Viral! Cerita Tim Medis Corona Hibur Diri Goyang Maumere Sampai Merasa Didiskriminasi
- 4 tahun yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Inilah aksi tim medis di sebuah RS Swasta di Tangerang bergoyang Maumere. Aksi mereka ini untuk menghibur diri setelah menangani pasien Covid-19 pada dini hari sekitar pukul 03.00 WIB.
Mereka berjoged untuk melepas penat dan memulihkan kembali semangat mereka dalam menangani pasien Covid-19.
Salah satu tim medis yang ikut bergoyang Maumere ini adalah DR Andy Nazarudin. Dr Andy mengatakan aksi joged bersama itu setelah melakukan visit ke pasien Covid-19 yang sudah sehari-hari ia lakukan. Lalu, ada seorang perawat yang mengusulkan untuk berjoged. Mereka pun berjoged tanpa latihan dan spontanitas begitu saja.
Dr Andy juga menceritakan bagaima suka duka dirinya sebagai tim medis yang menangani pasien Corona. Sukanya, Dr Andy merasa tim-nya sudah merasa seperti keluarga sendiri karena mereka sama-sama mengetahui resikonya dalam menangani pasien Corona. Mereka pun menjaga solidaritas dalam tim demi menyemangati satu sama lain dalam menangani virus ini.
Dukanya adalah Dr Andy merasa mendapatkan diskriminasi baik dari kalangan yang ia sudah kenal seperti contohnya dijauhkan oleh sesama dokter dan perawat. Pasalnya, tidak semua dokter di RS Swasta yang ia tempati menjadi dokter yang menangani virus Corona. Andy sebagai dokter spesialis paru mau tak mau harus menangani pasien Corona. Hal itu pun disadari oleh Dr Andy sebagai bagian resiko dari pekerjaannya.
Bukan hanya dijauhi oleh orang luar, Dokter Andy juga terpaksa menjauhkan diri dari keluarganya. Dr Andy harus menjalani isolasi mandiri di rumahnya dengan tidur di ruangan sendiri, menjaga jarak fisik dengan anggota keluarganya, dan menggunakan alat makan sendiri. Ia juga harus membatasi komunikasi dengan keluarganya. Hal ini untuk mencegah indikasi penularan virus Corona.
Mereka berjoged untuk melepas penat dan memulihkan kembali semangat mereka dalam menangani pasien Covid-19.
Salah satu tim medis yang ikut bergoyang Maumere ini adalah DR Andy Nazarudin. Dr Andy mengatakan aksi joged bersama itu setelah melakukan visit ke pasien Covid-19 yang sudah sehari-hari ia lakukan. Lalu, ada seorang perawat yang mengusulkan untuk berjoged. Mereka pun berjoged tanpa latihan dan spontanitas begitu saja.
Dr Andy juga menceritakan bagaima suka duka dirinya sebagai tim medis yang menangani pasien Corona. Sukanya, Dr Andy merasa tim-nya sudah merasa seperti keluarga sendiri karena mereka sama-sama mengetahui resikonya dalam menangani pasien Corona. Mereka pun menjaga solidaritas dalam tim demi menyemangati satu sama lain dalam menangani virus ini.
Dukanya adalah Dr Andy merasa mendapatkan diskriminasi baik dari kalangan yang ia sudah kenal seperti contohnya dijauhkan oleh sesama dokter dan perawat. Pasalnya, tidak semua dokter di RS Swasta yang ia tempati menjadi dokter yang menangani virus Corona. Andy sebagai dokter spesialis paru mau tak mau harus menangani pasien Corona. Hal itu pun disadari oleh Dr Andy sebagai bagian resiko dari pekerjaannya.
Bukan hanya dijauhi oleh orang luar, Dokter Andy juga terpaksa menjauhkan diri dari keluarganya. Dr Andy harus menjalani isolasi mandiri di rumahnya dengan tidur di ruangan sendiri, menjaga jarak fisik dengan anggota keluarganya, dan menggunakan alat makan sendiri. Ia juga harus membatasi komunikasi dengan keluarganya. Hal ini untuk mencegah indikasi penularan virus Corona.