KOMPAS.TV - Gencatan senjata antara Iran dan Israel menandai berhentinya perang kedua negara. Hal ini jadi momentum bagi pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi puluhan WNI yang masih berada di Iran maupun Israel.
Bagaimana dengan perkembangan evakuasi WNI? Dan rencana ke depannya usai gencatan senjata?
Pagi ini kita akan bahas bersama Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha.
Baca Juga Gencatan Senjata Iran - Israel Jadi Momentum Pemerintah Indonesia Evakuasi WNI? di https://www.kompas.tv/internasional/602115/gencatan-senjata-iran-israel-jadi-momentum-pemerintah-indonesia-evakuasi-wni
#wni #kbri #teheran #iran #evakuasi
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/internasional/602118/full-kemlu-soal-usaha-evakuasi-wni-saat-genjatan-senjata-iran-israel-ada-kemungkinan-eskalasi
00:00Saudara kejatan senjata antara Iran dan Israel menandai berhentinya perang kedua negara.
00:05Hal ini menjadi momentum bagi pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi puluhan WNI yang masih ada di Iran maupun Israel.
00:12Kemudian bagaimana dengan perkembangan evakuasi WNI dan rencana ke depan, ya usai kejatan senjata.
00:17Kita akan bahas dengan sejumlah narasumber, salah satunya ada Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Juda Nugraha.
00:24Selamat pagi, Pak Juda.
00:27Selamat pagi, Mas. Bagaimana?
00:28Dan nanti juga akan bergabung bersama kami, Saudara, menyusul WNI yang saat ini belum terevakuasi dari Iran, Muhammad Jawad.
00:35Tapi saya ke Pak Juda terlebih dahulu.
00:37Pak Juda, untuk update WNI yang sudah dievakuasi, kalau kemarin kita sudah ada 11, kemudian 49, yang hari ini datang ataupun tiba di Indonesia ada berapa, Pak?
00:48Ya, dapat kami update bahwa sejak KBRI Teheran melakukan evakuasi jalan darat melalui Astara di perbatasan dan kemudian menuju ke Baku, Azerbaijan.
01:01Total ada 60 warga negara kita yang sudah ada di Baku sudah kembali ke Indonesia secara bertahap.
01:08Pada tanggal hari Selasa, 11, kemudian kemarin ada 49, sehingga total ada 60.
01:17Jadi dari 60 tersebut, 59 adalah warga negara Indonesia dan satu warga negara Iran pasangan dari warga negara Indonesia.
01:26Pada hari ini, yang sudah confirm jadwal penerbangan adalah 13 WNI dan 24 lainnya sedang menunggu jadwal penerbangan.
01:36Karena mereka memang menggunakan jalur penerbangan melalui Doha yang sebagaimana kita ketahui pada saat Iran melakukan serangan ke pangkalan militer Amerika yang ada di Qatar,
01:48terjadi penutupan wilayah udara di wilayah Timur Tengah dan kemudian mengganggu jadwal penerbangan.
01:52Nah, saat ini kami sudah mendapat informasi bahwa Bandara Hamad di Doha sudah fully operational,
02:00hanya mereka masih menata jelur-jelur penerbangan.
02:03Sehingga kita tunggu, mudah-mudahan untuk yang 24 bisa segera mendapatkan jadwal pepulangan ke Indonesia.
02:11Oke, berarti yang 24 yang belum dapat jadwal penerbangan ini masih menunggu di Baku, seperti itu Pak ya?
02:17Ya, masih menunggu di Baku, mereka dalam kondisi aman dan kemudian sudah ditangani oleh kabir Baku sejak awal pada saat ketibaan mereka tanggal 20.
02:27Oke, baik ini kan 97 di tahap pertama Pak Juda, tentunya masih ada tahapan kedua ataupun tahapan gelombang evakuasi yang kedua.
02:37Ini kapan akan dibuka untuk para WNI ini Pak?
02:40Ya, betul Pak Bermanan, kami sudah sampaikan kepada masyarakat Indonesia yang ada di Iran bahwa saat ini KBR Teheran membuka kesempatan untuk evakuasi gelombang kedua.
02:51Oleh karena itu kami sangat menghimbau agar para WNI dapat segera mendaftarkan kepada KBR Teheran mengenai kesediaan mereka untuk ikut dievakuasi.
03:03Kami memang sudah ada pembahasan mengenai kejahatan senjata namun dapat kami sampaikan bahwa hingga saat ini KBR Teheran masih menetapkan status siaga satu.
03:15Jadi kami membuka kesempatan dan silakan bagi WNI kita yang ingin dievakuasi kiranya bisa segera mendaftar di KBR.
03:23Oke, tapi sebenarnya prioritas dari pemerintah sendiri Pak Juda di tengah kejahatan senjata yang sudah disepakati kedua negara dengan kondisi yang mungkin relatif lebih kondusif.
03:33Ini justru menjadi kesempatan bagi kita untuk bisa menyelamatkan WNI dengan lebih lancar dan aman?
03:41Atau justru ketika sudah ekskalsinya turun ini banyak WNI yang justru oh ya sudah karena sudah aman kemudian mereka memilih untuk menetap?
03:49Seperti apa Pak?
03:49Ya, sebagaimana tadi kami sampaikan pembahasan mengenai kejahatan senjata ini sudah dilakukan namun hingga saat ini kami masih melihat bahwa potensi eskalasi masih dapat terjadi.
04:02Tentu kita tidak harapkan namun ketika status siaga satu masih diterapkan oleh KBR Teheran kami melihat bahwa potensi ancaman itu tetap ada dan oleh karena itu kita menghimbau warga negara kita untuk dapat ikut evakuasi.
04:19Nanti kalau sudah aman ya silahkan nanti kembali lagi ke KBR Teheran.
04:24Namun saat ini tentu akan sangat kita harapkan mereka aktif untuk bisa melakukan pendaftaran evakuasi.
04:33Kami sudah melakukan town hall meeting secara virtual kepada para WNI kita yang masih ada di sana dan kemudian kita harapkan mereka bisa mengikuti langkah-langkah yang sudah ditetapkan oleh KBR Teheran.
04:45Oke sejauh ini dari komunikasi pihak Kemelu dengan para WNI yang masih di sana ini bagaimana Pak? Apakah memang sama seperti beberapa hari sebelumnya di mana masih ada 200 lebih dari mereka yang memilih untuk tetap di sana dan tidak ingin di evakuasi?
05:01Sebagai contoh misalkan mayoritas warga negara kita berkempat tinggal di kota KOM.
05:10Ini adalah pelajar dan mahasiswa memang sebelumnya sangat jarang menerima serangan dari Israel.
05:17Namun sekali lagi dalam konteks konflik bersenjata seperti ini segala macam kemungkinan yang terburuk dapat terjadi.
05:24Sebagai contoh pada saat Amerika melakukan serangan kepada instalasi nuklir yang ada di Fordo, Fordo ini cerahnya 47 km dari Kota KOM.
05:35Walaupun kami juga sudah mendapat informasi tidak ada radiasi nuklir dari dampak serangan tersebut namun tetap potensi itu kan ada.
05:45Sebaiknya memang ikuti langkah-langkah yang sudah ditetapkan oleh KBRT Heran jangan menunggu sampai last minute.
05:54Ketika situasi nanti sudah sangat keotik dan sangat berbahaya kami dapat sampaikan bahwa kemampuan KBRT Heran untuk dapat membantu proses penyelamatan itu akan sangat-sangat terbatas.
06:06Kemudian bagaimana upaya dari Kemlu sendiri Pak Juda kalau misalnya memang mereka tetap kekeh gitu ya tidak ingin dievakuasi apa upaya-upaya yang dilakukan persuasinya kemudian bagaimana kemudian meyakinkan mereka untuk bisa kembali ke Indonesia terlebih dahulu sampai semuanya aman di Iran?
06:24Yang pasti KBRT Heran hingga saat ini masih fully operational dan kita terus menjaga komunikasi dengan para WNI kita yang ada di sana sekali lagi sesuai dengan peraturan perundang-undangan memang sudah menjadi kewajiban negara untuk melakukan langkah-langkah evakuasi warga negara di situasi yang berbahaya.
06:47Namun evakuasi itu sendiri sifatnya voluntary kami di pemerintah tidak dapat memaksa WNI kita untuk ikut evakuasi nah oleh karena itu yang kita lakukan adalah langkah-langkah persuasi pada para WNI termasuk kepada WNI-WNI yang sudah bisa kita evakuasi hingga saat ini kami juga minta bantuan untuk dapat juga penyampaikan ya kepada teman-temannya yang masih ada di Iran untuk bisa segera melakukan pendaftaran.
07:13Oke kalau misalnya nih Pak memang betul mereka ini tidak ingin dievakuasi dengan cara apapun sudah dipersuasi kemudian tetap menolak untuk dievakuasi karena mungkin punya pertimbangan-pertimbangan tertentu apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah kita untuk memaksikan keselamatan mereka misalnya menyediakan tempat aman ataupun menyiapkan evakuasi ke tempat-tempat yang lebih kondusif misalnya di negara-negara sekitar Iran Pak?
07:38Ya sebagaimana tadi kami sampaikan ketika situasinya sudah sangat berbahaya kami tidak bisa atau tidak dapat memberikan false hope ya bahwa kita dapat menyelamatkan mereka dalam kondisi atau keadaan seperti itu.
07:55Kemampuan KBRI Teheran akan sangat terbatas.
07:59Nah oleh karena itu sekali lagi memang ini pilihan dari setiap kode negara kita yang ada di sana namun yang perlu dipahami adalah pilihan tersebut mengandung resiko.
08:10Ketika mereka memilih untuk tetap tinggal di Teheran ada resiko yang harus diperhitungkan.
08:15Ada terakhir Pak, kemudian kalau misalnya kita bicara situasi sekarang ini ekskalasinya sedang menurun, kemudian kalau misalnya ketika nanti amit-amit ada ekskalasi yang meningkat, apakah ada kemungkinan dari pemerintah kita untuk mewajibkan evakuasi?
08:32Jadi bukan hanya bersifat voluntary lagi Pak?
08:34Dalam konteks tersebut kan kita merujuk kepada peraturan perundang-undang memang peraturan perundang-undangan tidak mewajibkan karena pilihan itu ada di masing-masing individu yang diatur adalah kewajiban bagi negara bagi pemerintah untuk melakukan proses evakuasi ya tidak ada rujukan bahwa kita bisa memaksa karena kalau memaksa itu kan berarti kalau tidak ikut ada sanksinya seperti itu.
08:59Nah aturan perundang-undangan kita tidak mengatur seperti itu.
09:03Jadi sekali lagi tentu pilihan ada di masing-masing individu, kita pastikan bahwa negara siap untuk membantu, namun kami juga perlu menyampaikan kondisi senyatanya, kami tidak ingin memberikan, kami sampaikan false hope bahwa dalam kondisi apapun, dalam situasi apapun, KBRI mampu untuk menyelamatkan mereka.
09:24Tidak sedesendate case ya bahwa kemampuan KBRI ketika situasi sudah sangat berbahaya itu sangat-sangat terbatas.
09:33Dan kami dapat sampaikan ya, kami dapat sampaikan bahwa dalam situasi yang sangat-sangat berbahaya kami juga punya kewajiban untuk melakukan pelindungan kepada personil dari KBRI.
09:44Jadi dalam beberapa kasus evakuasi sebelumnya, kita pun akhirnya memindahkan personil dari KBRI karena mereka sudah sangat berbahaya bagi mereka untuk tetap bertahan di sana.
09:55Nah itu yang dipertimbangkan oleh warga negara kita.
09:58Baik tentunya kita harapkan semoga ekskalasi ini terus menurun dan juga tidak terjadi gejolak lagi dan semoga juga ini bisa dimanfaatkan oleh pemerintah sebaik-baiknya untuk bisa mengevakuasi warga negara Indonesia dari sana.
10:10Terima kasih Pak Juda Nugraha, Direktur Pelindungan YNI Kemenlu sudah bergabung bersama kami di Sapa Indonesia Pagi.