- kemarin dulu
KOMPAS.TV - Untuk ketiga kalinya di 2025, bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate turun. Kebijakan ini demi mendukung pertumbuhan ekonomi.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 1516 Juli 2025 memutuskan BI rate turun 25 basis poin menjadi 5,25 persen.
Suku bunga deposit facility juga turun 25 basis poin menjadi 4,5 persen, dan suku bunga lending facility menjadi 6 persen.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, memastikan stabilitas rupiah, dan pencapaian sasaran inflasi.
Bagaimana hitungan Bank Indonesia? Kompas Bisnis membahasnya bersama Firman Mochtar, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia.
Baca Juga [FULL] Analisis Pakar: BI Rate Turun & Tarif Trump Lebih Ringan, Bagaimana Dampaknya ke Ekonomi RI? di https://www.kompas.tv/ekonomi/605707/full-analisis-pakar-bi-rate-turun-tarif-trump-lebih-ringan-bagaimana-dampaknya-ke-ekonomi-ri
#birate #sukubunga #ekonomi #pertumbuhanekonomi
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/606863/full-kupas-perhitungan-di-balik-bi-rate-turun-dorong-pertumbuhan-ekonomi
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 1516 Juli 2025 memutuskan BI rate turun 25 basis poin menjadi 5,25 persen.
Suku bunga deposit facility juga turun 25 basis poin menjadi 4,5 persen, dan suku bunga lending facility menjadi 6 persen.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, memastikan stabilitas rupiah, dan pencapaian sasaran inflasi.
Bagaimana hitungan Bank Indonesia? Kompas Bisnis membahasnya bersama Firman Mochtar, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia.
Baca Juga [FULL] Analisis Pakar: BI Rate Turun & Tarif Trump Lebih Ringan, Bagaimana Dampaknya ke Ekonomi RI? di https://www.kompas.tv/ekonomi/605707/full-analisis-pakar-bi-rate-turun-tarif-trump-lebih-ringan-bagaimana-dampaknya-ke-ekonomi-ri
#birate #sukubunga #ekonomi #pertumbuhanekonomi
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/606863/full-kupas-perhitungan-di-balik-bi-rate-turun-dorong-pertumbuhan-ekonomi
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Saudara-saudara menyaksikan Kompas Bisnis bersama saya Putri Oktaviani.
00:04Juli untuk ketiga kalinya di 2025,
00:07Bunga Acuan Bank Indonesia atau BI Red turun kebijakan ini
00:11demi mendukung pertumbuhan ekonomi.
00:18Rapat Dewan Gubernur atau RDG Bank Indonesia pada 15 hingga 16 Juli 2025
00:24memutuskan BI Red turun 25 basis point menjadi 5,25%.
00:29Suku bunga deposit facility juga turun 25 basis point menjadi 4,5%
00:36dan suku bunga lending facility sebesar 6%.
00:40Keputusan ini saudara konsisten dengan makin rendahnya
00:44perakhiran inflasi tahun 2025 dan 2026
00:47dalam sasaran 2,5 plus minus 1%
00:50terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah
00:53sesuai dengan fundamentalnya
00:55serta perlunya terus mendorong pertumbuhan ekonomi.
00:59Kedepan saudara Bank Indonesia akan terus mencermati
01:09ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
01:13memastikan stabilitas rupiah dan pencapaian sasaran inflasi.
01:17Bagaimana hitungan Bank Indonesia?
01:18Kompas Bisnis akan tanya langsung ke Firman Muhtar,
01:21Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia.
01:24Pak Firman, selamat pagi.
01:26Selamat pagi Mbak Okta, salam sehat.
01:29Salam sehat.
01:29Pak Firman, jadi bagaimana asesmen Bank Indonesia
01:31terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan khususnya
01:34pasca pengumuman kenaikan tarif resiprokel Amerika Serikat ke Indonesia
01:37yang kita tahu sebesar 19% dan sebaliknya tarif 0%
01:41untuk produk impor dari Amerika Serikat?
01:44Secara umum dapat kami sampaikan terkait global
01:46bahwa memang ketidakpastian masih tinggi.
01:49Presiden Trump kemarin beberapa kali melakukan pengumuman
01:53terkait dengan berbagai tarif.
01:55Terakhir, tanggal 14 Agustus,
01:58bagaimana beberapa negara akan ditetapkan
02:00kenaikan tarifnya menjadi di tanggal 1 Agustus
02:05yang akan datang banyak negara, sekitar 23 negara.
02:08Perkembangan ini tentunya akan berpengaruh
02:10terhadap bagaimana prospek perekonomian global.
02:13Mbak Okta, perhitungan kami perkembangan ini
02:16akan berdampak terhadap perekonomian dunia,
02:19akan tumbuh sekitar 3%,
02:21masih sekitar 3% di tahun 2025 ini.
02:25Perkembangan positif kami mencatat
02:27tentang bagaimana proses negosiasi
02:30pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat
02:33di mana perkembangan terakhir,
02:35tarif yang semula diterapkan menjadi 32% pada 1 Agustus.
02:39Kemudian berdasarkan perkembangan terakhir,
02:42Presiden Trump menyatakan kita akan mendapat
02:44tarif sekitar 19%.
02:46Tentunya ini menjadi positif bagi Indonesia
02:49dari perakiraan kita sebelumnya.
02:52Ada 3 faktor yang bisa berpengaruh positif
02:54bagi Indonesia.
02:55Pertama, tentang penurunan tarif ini
02:57akan membuat daya saing ekspor kita
02:59menjadi lebih baik dari perakiraan kita sebelumnya.
03:03Kemudian yang kedua, berbagai faktor
03:05kebijakan lainnya yang kita sudah dengar
03:07terkait dengan impor diperkirakan juga
03:09bisa mendorong bagaimana kegiatan ekonomi domestik
03:13yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
03:16Dan yang ketiga yang menjadi penting adalah
03:18tentang bagaimana impaknya terhadap persepsi
03:21pasar global terkait dengan prospek ekonomi Indonesia
03:24yang akan berdampak positif.
03:26Ketidakpastian pasar keuangan ke Indonesia
03:28tentunya akan menjadi lebih rendah.
03:30Jadi itu Mbak Okta,
03:32kondisi terkini pandangan kami
03:35terkait dengan kondisi global
03:36dan impak perkembangan dari negosiasi tarif.
03:40Oke, tadi ketidakpastian juga masih tinggi.
03:43Kalau di dunia ini pertumbuhannya
03:46diperkirakan sekitar 3 persen.
03:48Nah, dengan ases Mbak Indonesia tersebut,
03:50Pak Firman, apakah proyeksi pertumbuhan ekonomi
03:52di Indonesia pada semester 2 tahun 2025 ini
03:54bisa tumbuh di atas 5 persen
03:56dan apa saja faktor mendukungnya, Pak?
03:59Beberapa faktor tentunya akan banyak berpengaruh
04:01terhadap bagaimana kita melihat
04:03kondisi perekonomian domestik.
04:06Perkembangan terkini memang kita melihat
04:07pertumbuhan ekonomi memang harus terus kita dorong.
04:10Sehingga berbagai hal kami melihat
04:12di semester kedua,
04:14setidaknya 3 faktor yang bisa berpengaruh
04:16terhadap bagaimana prospek perekonomian kita ke depan.
04:20Yang pertama tentunya terkait dengan
04:21kondisi global,
04:22perkembangan positif yang seperti kami sampaikan tadi,
04:26bisa mendorong bagaimana perbaikan ekspor,
04:28bagaimana mendorong kegiatan ekonomi domestik
04:30melalui investasi.
04:32Yang kedua adalah bagaimana di semester kedua ini
04:36biasanya akan terjadi peningkatan ekspansi
04:38stimulus fiskal yang lebih besar dari semester pertama.
04:42Tentunya kegiatan-kegiatan ini akan mendorong
04:44pengeluaran pemerintah yang akan berlanjut
04:47kegiatan ekonomi domestik lainnya,
04:49investasi dan juga konsumsi.
04:52Dan yang terakhir, bagaimana respon dari
04:54kebijakan Bank Indonesia dalam semester pertama ini
04:57kita terus melakukan pelonggaran kebijakan moneter
05:00melalui suku bunga, melalui pendekatan likuiditas,
05:03melalui kebijakan makropodensial.
05:05Tentunya ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi kita
05:07di semester kedua.
05:08Kami, hitungan kami Mbak Okta,
05:11untuk tahun 2025 ini pertumbuhan ekonomi kita
05:15dengan perbaikan yang lebih baik di semester kedua,
05:19kita perkirakan ekonomi dalam kisaran
05:204,6 hingga 5,4 persen.
05:25Oke, 4,6 sampai 5,4 persen ini tentu
05:28optimisme dari Bank Indonesia dan tentu kita harapkan
05:30dengan tadi, Pak, salah satu ada penguatan ekonomi di domestik.
05:33Pak Firman, tren nilai tukar juga menguat pada Juni 2025 ini.
05:37Apa yang menyebabkan penguatan nilai tukar rupiah tersebut, Pak?
05:40Gimana proyeksi BI terhadap besaran nilai tukar rupiah
05:42hingga penghujung 2025?
05:45Beberapa perkembangan positif, setidaknya dari global,
05:49tadi saya sampaikan bahwa ketidakpastian
05:51memang masih cukup tinggi,
05:53termasuk dari bagaimana prospek Amerika ya,
05:55Serikat itu sendiri.
05:57Ketidakpastian tarif ini membuat bagaimana pelaku pasar,
06:01di pasar keuangan global, investor global,
06:03mulai berpikir bagaimana menciptakan,
06:06menempatkan aset yang lebih optimal.
06:08Itu satu sisi.
06:09Sisi lain, ada prospek defisit fiskal Amerika Serikat ini
06:14masih akan cukup tinggi.
06:15Dari awalnya lebih rendah 5,
06:17kemudian meningkat menjadi 3,
06:18kemarin hitungan kembali menjadi sekitar 6,4 persen dari PDB.
06:23Ini menimbulkan kekhawatiran dari pelaku investor global.
06:27Yang pada giliran terjadi pergeseran penempatan dana
06:31dari Amerika Serikat ke berbagai negara maju,
06:34termasuk Eropa yang sudah mulai meningkat.
06:37Dan perkembangan dalam 2 bulan terakhir ini,
06:39aliran modal juga sudah berkembang,
06:41mengalir kepada negara berkembang termasuk Indonesia.
06:44Inilah yang membuat bagaimana penempatan dana
06:48ke negara berkembang termasuk Indonesia ini
06:51yang mendorong kurs kita mulai dalam tren menguat.
06:57Perkembangan terakhir, tren kurs bergerak
06:59pada kisaran 16.200 sampai 16.300.
07:03Kedepan kami melihat bahwa dengan prospek perekonomian kita
07:07yang tetap baik, dengan inflasi yang semakin terjaga rendah,
07:11dan juga bagaimana aliran modal tadi saya sampaikan dari global.
07:15Kami perikirakan kurs ke depan masih akan tetap stabil
07:18dengan kecenderungan menguat.
07:20Dan ini positif untuk mendorong prospek perekonomian domestik tentunya.
07:25Ini kursnya diperkirakan masih cenderung stabil,
07:28bahkan juga menguat.
07:30Ini tentu dengan prinsip kehatian-hatian yang diterapkan oleh Bank Indonesia.
07:33Pak Firman, nanti kita lanjutkan kembali
07:35dan saudara tetap bersama kami di Kompas Bisnis.
07:41Kembali di Kompas Bisnis Saudara
07:55dan kita akan melanjutkan perbincangan bersama dengan
07:57Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Monitor Bank Indonesia,
08:00Pak Firman Motar.
08:01Pak Firman, kita lanjutkan kembali.
08:02Nah, ini kan Bank Indonesia dalam RDG Juli
08:05memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga, jadi 5,25 persen.
08:08Apa sebetulnya, Pak, yang jadi pertimbangan Bank Indonesia
08:11menurunkan suku bunga di tengah?
08:12Tadi sempat disinggung soal ketidakpastian global yang berlangsung
08:15dan apakah ada potensi penurunan suku bunga lagi di masa yang mendatang?
08:20Ya, Mbak Okta.
08:22Ada tiga faktor setidaknya yang berpengaruh
08:24mengapa Bank Indonesia secara meyakinkan
08:26menurunkan BI rate 25 basis point menjadi 5,25.
08:31Yang pertama, hasil hitungan kami
08:34melihat prospek ke depan terkait inflasi.
08:37Kami perkirakan inflasi ke depan makin lebih rendah dari perakiraan kita.
08:42Hitungan kami dengan kondisi saat ini memang inflasi saat ini
08:46di IHK yang terus turun dengan inflasi inti yang rendah.
08:53Kami perkirakan ke depan bahkan inflasi inti bisa turun lebih rendah
08:56daripada titik tengah kisaran proyeksi.
08:59Titik tengahnya adalah 2,5,
09:01sementara kisarannya masing-masing 1 persen,
09:04jadi 1,5 sampai dengan 3,5.
09:06Perkiraan kami inflasi inti akan makin rendah, itu yang pertama.
09:11Yang kedua adalah tentang sebagaimana sampaikan tadi Mbak Okta
09:14terkait dengan bagaimana prospek dan perkembangan dari nilai tukar.
09:18Prospek perkembangan nilai tukar, perkembangan terkini nilai tukar
09:22masih dalam tren menguat dan stabil dan perkiraan ke depan
09:25tentunya akan kami harapkan akan semakin stabil dan menguat.
09:29Hubungan dua ini antara inflasi dan nilai tukar
09:32tentunya akan berpengaruh kembali terhadap inflasi yang makin rendah yang kami sampaikan tadi.
09:36Yang ketiga adalah terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang kami sampaikan tadi
09:42dalam kisaran 4,6 hingga 5,4 yang perlu kita terus dorong.
09:46Berbagai indikator menunjukkan memang kita harus terus secara bersama-sama
09:50dengan berbagai, dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
09:54Kita perlu terus dorong.
09:56Ini menjadi penting di tengah ketidakpastian global yang tinggi seperti saya sampaikan tadi.
09:59Jadi dari tiga perkembangan tersebut inflasi yang makin rendah, nilai tukar yang stabil
10:04di tengah upaya kita mengambil melihat ekonomi perlu terus dorong
10:09kami memutuskan minggu lalu menurunkan BI rate menjadi 5,25%.
10:15Itu yang pertama.
10:17Yang ke depan adalah pertanyaannya bagaimana kita melihat kondisi ini.
10:22Kami melihat terus mencermati ruang-ruang untuk penurunan BI rate ke depan
10:27melihat tentunya prospek perekonomian dengan tetap menjaga stabilitas nilai tukar
10:32dan inflasi tersebut.
10:35Ini kita lihat dengan mempertimbangkan kondisi domestik dan global.
10:39Bukan hanya itu, Mbak Okta, seperti saya sampaikan, bagaimana upaya kita secara all out
10:44ingin mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas.
10:48Di samping menurunkan suku bunga, BI rate, kami juga secara cukup kuat
10:55mendorong peningkatan likuiditas.
10:58Bagaimana operasi moneter kami menurunkan SRBI sebagai instrumen operasi moneter kita
11:05yang semula sempat di awal tahun mencapai sekitar Rp 920 triliun.
11:11Kemarin di akhir Juni, di pertengahan Juli sudah turun sampai dengan Rp 782.
11:16Jadi kami tambahkan likuiditas di perekonomian.
11:19Itu yang terjadi.
11:21Tentunya juga kita melihat bagaimana kita melakukan pembelian SPN di pasar sekunder
11:26yang sampai dengan pertengahan Juli lalu sudah mencapai Rp 144 triliun.
11:32Upaya-upaya ini, Mbak Okta, yang kami lakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
11:39dengan tetap menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar.
11:44Oke, ada pertimbangan tadi soal bagaimana prospek inflasi maupun juga nilai tukar
11:50yang cenderung ke positif dan juga pertumbuhan ekonomi yang bisa mencapai
11:53bahkan melebih dari 5%.
11:55Nah, Pak Firman, ini kan adalah ketiga kalinya Bagi Indonesia menurunkan BI rate
11:58di tahun 2025 setelah bulan Januari dan juga bulan Mei kemarin.
12:02Tapi, suku bunga kredit perbankan, Pak, juga masih tinggi.
12:05Gimana upaya Bagi Indonesia untuk mempercepat transmisi penurunan suku bunga BI rate
12:10tadi ke suku bunga kredit?
12:12Ya, makasih Mbak Okta.
12:14Ini terus menjadi cermatan kami.
12:16Memang secara historis, empiris, memang akan ada jeda terkait dengan
12:21bagaimana penurunan suku bunga perbankan yang pada gilirannya
12:25akan berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit.
12:28Perkembangan penurunan BI rate yang tahun ini sudah turun 75 basis point
12:33tiga kali sampaikan Mbak Okta.
12:34Bahkan dibandingkan dengan pertengahan September yang lalu 2024
12:39itu sudah empat kali kita itu.
12:41Jadi, sudah 100 basis point.
12:43Perkembangannya memang terlihat bahwa secara umum penurunan suku bunga itu sudah terjadi.
12:49Di pasar uang itu sudah mulai menurun.
12:52Di pasar obligasi kita lihat yield SBN sudah turun.
12:55Dan ini perkembangan positif.
12:57Yang menjadi cermatan seperti disampaikan tadi adalah terkait dengan suku bunga di perbankan.
13:02Satu sisi sebenarnya likuiditas itu sudah cukup.
13:07Ya, itu yang terjadi yang dapat kami sampaikan.
13:09Cukup dalam arti berbagai indikator memperlihatkan bahwa alat liquid bank itu sudah cukup.
13:15Satu hal lain yang tercermin adalah bagaimana perilaku di lelang.
13:20Lelang SRBI, Sekuritas Bank Indonesia tadi, instrumen moneter, itu sudah sampai 4 kali.
13:27Jadi, yang masuk pelelangan, yang menangkan itu sudah sampai 4 kali.
13:31Jadi, menunjukkan bagaimana besarnya likuiditas tersebut.
13:35Ya, memang menjadi agak lemah karena apa?
13:38Karena ada dua faktor yang membuat perhatian kami adalah terkait dengan perilaku perbankan dari sisi suplai.
13:47Yang memang lebih berhati-hati menyingkapi kondisi terkini yang memang perlu terus didorong.
13:53Ini berpengaruh terhadap proses penempatan dananya, alokasi dananya yang lebih cenderung kepada surat-surat berharga sampai saat ini.
14:02Dan kemudian bagaimana ini berdampak terhadap perilaku penempatan penyaluran ke kreditnya yang memang masih belum cukup kuat.
14:11Perkembangan terakhir kredit 7,7%.
14:13Di satu sisi lain tentunya bagaimana proses permintaan ini memang belum cukup kuat.
14:21Kami di samping respon kami terkait dengan suku bunga tadi, Mbak Oktas,
14:26seperti saya sampaikan, kami juga mendorong melalui sisi likuiditas bagaimana posisi RSS, RBI kami yang terus turun.
14:34Kemudian kami lakukan di pembelian SPN di secondary market dengan menjaga kehatian-hatian, stabilitas.
14:40Satu hal lagi yang kami lakukan adalah kebijakan likuiditas makroprudensial.
14:45Ini adalah insentif kepada bank, bila mana bank memberikan kredit kepada sektor-sektor tertentu.
14:50Perkembangan terkini di KLM, kredit kebijakan likuiditas makroprudensial kita itu sudah mencapai 376 triliun.
14:59Jadi cukup besar.
15:00Jadi peluang-peluang ini yang kami harapkan memang ke depan akan semakin baik dengan kecukupan likuiditas yang memadai,
15:07kemudian kita dorong melalui suku bunga, likuiditas, pemerintah nanti akan secara bersama-sama di second semester akan membaik.
15:16Tentunya ini akan mendukung kredit menjadi lebih besar dari kondisi saat ini dan suku bunga yang semakin turun tentunya.
15:23Oke, kalau dari BI-nya sudah ada upaya untuk mendukung BI, sekian kali, tapi tentu harapannya ini dari perbankan juga bisa terdorong juga nih ya Pak Aya.
15:31Tentunya untuk bisa meningkatkan tadi selain konsumsi juga investasi untuk bisa mendukung bagaimana cita-cita pertumbuhan ekonomi tadi bisa sampai 5,4%.
15:38Nah Pak Firman, di tengah ketidakpastian global yang meningkat, bagaimana upaya BI bisa jaga stabilitas naik tukar,
15:44tapi tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, bagaimana koordinasi dan sinerginya dengan pemerintah?
15:48Ini menjadi penting di tengah ketidakpastian global yang memang masih tinggi, pasar keuangan masih memang terus bergerak.
15:56Kami di Bank Indonesia tentunya di samping bagaimana kita tetap menjaga, memberikan suku bunga yang konsisten,
16:03menjaga inflasi, stabilitas nilai tukar, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
16:06Kami di pasar falas tentunya terus aktif melihat bagaimana kita menjaga stabilitas di pasar falas tersebut.
16:15Kami melakukan intervensi bukan hanya selama ini di spot market, di pasar, di onshore,
16:23baik di spot maupun di domestic non-deliverable forward.
16:28Kami juga melakukan intervensi di pasar offshore, di luar negeri, di Amerika, di Hong Kong, kemudian di Meksiko.
16:38Itu yang kami lakukan sehingga ini akan berdampak karena pasar di offshore ini kadang-kadang memang menjadi trigger,
16:47pemicu perkembangan kursus kita di domestic.
16:50Ini yang kami lakukan secara aktif dan Alhamdulillah, Mbak Okta, kita melihat bagaimana pergerakan nilai tukar kita
16:56terus dalam tren menguat dibandingkan April, apalagi sekarang sudah bergerak pada kisaran 16.200-16.300.
17:06Tentunya ini kami lakukan koordinasi dengan baik agar arah perkembangan ini tetap positif.
17:13Dengan pemerintah kita lakukan koordinasi dengan KSSK, dengan Kementerian Keuangan, dengan LPS, dan juga OJK,
17:22kita terus lakukan koordinasi. Harapannya ini terus membangun optimisme di tengah kondisi ketidakpastian global
17:28yang memang masih terus kita cermati.
17:31Oke, tidak hanya intervensi dari Pak Indonesia yang diperlukan, tapi juga koordinasi dengan pemerintah
17:36untuk bisa menjadikan nilai tukar dan juga optimisme soal pertumbuhan ekonomi tadi bisa catatannya dalam 4,6 sampai 5,4 persen.
17:42Terima kasih Pak Firman Muhtar, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Monitor Bank Indonesia
17:47sudah bersama di Kompas Bisa. Sehat selalu Pak Firman.
17:49Terima kasih Pak Wokta, sehat selalu. Terima kasih.