Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin dulu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Punya rumah di tengah Kota Jakarta, dekat dengan sarana transportasi publik, tapi harga lebih terjangkau? Salah satunya melalui model hunian yang ditawarkan Flat Menteng.

Lantas, bagaimana konsepnya? Mengapa bisa lebih murah? Dan bisakah menjadi solusi perumahan bagi kelas menengah kita?

Simak ulasan KompasTV bersama penghuni Flat Menteng, M. Andi Pratama Hardiansyah dan Famega Syahfira, serta Kabid Pembiayaan dan Kemitraan Perumahan DKI Jakarta, Ledy Natalia.

Baca Juga Tuai Polemik, Satgas Perumahan Kaji Ulang Ukuran Rumah Subsidi 14 Meter Persegi di https://www.kompas.tv/nasional/602266/tuai-polemik-satgas-perumahan-kaji-ulang-ukuran-rumah-subsidi-14-meter-persegi

#flatmenteng #koperasi #perumahan #jakarta

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/604775/full-serba-serbi-konsep-flat-menteng-solusi-hunian-layak-di-jakarta-yang-realistis-sapa-malam
Transkrip
00:00Wah, kemarin udah laku satu nih saya jual rumah, harusnya hari ini bisa laku lagi nih satu, besok laku lagi satu, besok laku lagi satu, uang ngumpul, saya bisa beli sepatu roda, alhamdulillah.
00:18Ayo ada yang mau beli rumah lagi, beli rumah, beli rumah, ada yang mau beli rumah, ayo beli rumah, beli rumah, malam mas.
00:26Rezeki emang gak kemana, saya mau liat-liat rumah dulu.
00:29Iya mau, saya gak perlu liat prosurnya karena saya mau langsung beli aja.
00:33Oh boleh juga, tapi kalau liat-liat dulu juga gak apa-apa nih.
00:37Ini rumah dengan suasana baru, satu-satunya rumah disini yang palang pintunya gak pakai besi.
00:46Wah, palang pintunya gak pakai besi.
00:47Gak pakai besi.
00:48Oke, langsung aja kalau gitu, berapa harganya?
00:52Harganya sih murah cuma 550.
00:54550 juta di tengah hunian kota, 550 juta di tengah kota.
01:00Apa-apa, juta?
01:01550 juta, langsung aja saya beli.
01:04Miliar, mohon maaf.
01:05Miliar.
01:06Tadi udah dibilang, palangnya bukan dari besi.
01:08Satpan berbaris sampai panjang begitu begini sebuah.
01:11Buset.
01:12Iya.
01:12Itu mahal banget, 550 juta, miliar.
01:14Tapi bisa dicicil.
01:15Nah, cicilannya.
01:16180 ribu.
01:18Peruk?
01:19Perhari.
01:20Perhari?
01:20Iya.
01:21180 ribu perhari, ah bisa lah.
01:23Kurangin makan aja.
01:24Selama 200 tahun?
01:25Iya.
01:26Tidur aja gak nyampe, mas.
01:27Gimana sih, mas?
01:28Ini yang bener dong.
01:29Tapi saya jamin, mbak tidur sini mimpi indah terus.
01:32Iya, iya sih mimpi indah.
01:34Soalnya ya mimpi aja gak berani, soalnya ya kerja mulu kan ya.
01:38Tapi dijamin mimpinya indah, tidur makin pulas ya kan.
01:41Oh spring bed-nya, spring bed-nya mahal punya.
01:43Bukan, jadi fokus nyari duit.
01:47Ya ampun.
01:48Itu gak bisa ditawar nih, misalnya di, kan bisa ada diskon-diskon tuh awalnya.
01:52Bisa ditawar.
01:53Hei, bentar, bentar, bentar.
01:55Ini pada.
01:58Ini mas-mas yang kemarin beli rumah.
01:59Mas-mas yang kemarin beli rumah.
02:01Iya.
02:01Gak, gak, gak.
02:02Mbak, jangan, jangan beli rumah di dia.
02:05Jangan.
02:05Jangan, kenapa, kenapa.
02:06Kan katanya tadi, berapa, 550?
02:08Deket stasiun.
02:09Deket stasiun.
02:10Murah kan, 3.500, nah terus.
02:12Tinggal satu bulan, karena deket stasiun, kita bisa akrab sama Mas Sinis.
02:17Mbak, jangan mbak datang ke sana, jalanannya masih belum beres, masih batu-batu semua.
02:23Jadi pembohongan.
02:24Estetik mbak, estetik batu-batu semua kayak KKP dari sekarang.
02:27Eh, estetik dari mana rumah lu cuma.
02:28Krematik itu lama-lama.
02:30Rumah lu mock-up depannya masuk ke dalamnya, low-wong, gak ada apa-apa Firza.
02:34Lah, ya gitu banget urusan emas, beli barangnya.
02:36Ngomong-ngomong, tau namanya, emang udah kenal berarti ya?
02:38Saya udah beli, kemarin.
02:40Saya udah, saya ketipu mbak.
02:42Jangan, dibilangnya katanya aksesnya cepat, cuma satu menit.
02:45Iya.
02:45Kalau jam 3 subuh.
02:46Iya.
02:47Lah bener dong?
02:49Gak ada salahnya saya?
02:49Jam 3 subuh mah, orang siapa berangkat kerja.
02:53Gimana sih?
02:55Mohon maaf nih ya mas.
02:57Apa?
02:57Namanya kan saya juga jualan.
02:58Jangan pegang-pegang.
03:00Emang apa, emang saya naju.
03:02Geli dipegang kamu.
03:04Tapi mau gimana, saya kan namanya jualan mas.
03:06Tapi kan jualan gak boleh ini, kayak boong-boong dikit kan gak boleh.
03:10Kasian gitu.
03:11Saya kan, saya kan cuma kerja doang.
03:14Jangankan saya, atasan saya juga gak tau gimana cara bikin rumah yang adil dan nyaman mas.
03:19Gimana?
03:19Jadilah, kalau gitu, kalau misalnya ini boongan, gimana kalau misalnya yang tadi kita lihat tuh, Kang.
03:27Ada rumah di tengah kota, yang harganya katanya masih terjamin, bisa buat kita-kita nih kaum-kaum muda.
03:33Nah buat sekarang, buat lu juga aja.
03:35Gak usah, ini dibikin rumah lu aja, dibikin jadi banyak.
03:39Hah?
03:39Dibikin jadi banyak.
03:39Gak usah, kita cari yang dipenteng aja.
03:41Iya, kita lihat liputannya ini dia.
03:42Sekelumit kehidupan di Jakarta, setiap hari, jalanan dipenuhi hilir mudik para pencari nafkah dari berbagai kota penyaga.
03:54Tak semua orang beruntung bisa punya hunian di Jakarta, apalagi di dekat pusat kota.
03:59Maka, banyak orang harus berjibaku mencari celah di jalan, hingga berdesakan di transportasi publik demi menjeput rezeki di Jakarta.
04:09Tapi gini, asap punya rumah di tengah kota, terlebih di kawasan elit Jakarta, bukan cuma mimpi.
04:16Inisiatif perumahan kolektif berbentuk rumah flat di Menteng, muncul dari sekelopok orang yang membentuk kooperasi perumahan.
04:24Hunian tapak yang bisa dihuni lebih dari satu keluarga muncul sebagai solusi bagi kelas menengah.
04:29Demi punya hunian terjangkau, berlokasi strategis di pusat kota.
04:36Harganya saya siang tahu, murah banget untuk bisa tinggal di tengah kota kayak gitu.
04:42Dengan semua kebapak deket, terus transportasi umum juga deket kama, di dekat KRL, WMT,
04:50dan juga kantor saya juga deket kama, cuma 15 menit.
04:55Jadi itu sih membedakan dengan tempat lain.
04:59Jadi misalnya uang yang saya punya, kalau saya belikan apartemen, juga nggak dapat.
05:04Jarak dan akses ya, akses cukup mudah sekali.
05:08Yang awalnya saya setelah ini pengen mempunyai kendaraan ya, membeli kendaraan,
05:14kemarin akhirnya niat itu saya urungkan,
05:17karena saya pikir setelah 6 bulan saya di sini, saya nggak menurunkan kendaraan sama sekali.
05:20Jadi itu cukup dengan jalan kaki KMRG, ke KRL, ke Strasa Kertara gitu.
05:28Flat Menteng ini dikelola badan berbentuk kooperasi,
05:32di mana para penghuninya juga merupakan anggotanya.
05:35Hal inilah yang membuat harga hunian flat menteng jadi bisa lebih murah,
05:40meski berlokasi di tengah kota.
05:42Di kooperasi perumahan ini, yang menjadi developer adalah penghuninya sendiri gitu.
05:48Karena dia, dan terlebih juga yang menguasai tanahnya,
05:52entah itu mau jangka panjang, sewa jangka panjang, atau HGB, atau segalapun,
05:58itu adalah penghuninya sendiri yang merupakan anggota kooperasi.
06:02Penghuninya ya tentu saja tidak mau mengambil untung buat dirinya sendiri kan.
06:07Misalnya margin keuntungan developer itu sekitar 20-40 persen.
06:14Nah itu otomatis harganya, kalaupun ada harganya,
06:18itu sudah terpakas sekitar 20-40 persen itu, makanya dia makin terjangkau kan.
06:25Nah lalu pada saat pengelolaannya, tentu penghuni tidak mau pengelolanya,
06:30maintenance-nya mahal kan.
06:33Dia cari cara supaya bagaimana tetap baik, tetap rapi, tapi terjangkau buat mereka.
06:40Kawasan Menteng selama ini dikenal sebagai kawasan permukiman kelas atas.
06:45Lokasi kawasan Menteng juga sangat strategis,
06:48karena dekat dengan berbagai fasilitas publik,
06:51termasuk transportasi seperti KRL, MRT, maupun Transjakarta.
06:56Tentunya memiliki harga properti yang tinggi.
06:58Pakar Tata Kota, Yayat Supriyatna, menilai konsep hunian seperti flat menteng
07:03merupakan bentuk gaya hidup generasi saat ini yang perlu difasilitasi pemerintah.
07:10Jadi fenomena ini adalah bagian dari gaya hidup generasi baru.
07:17Gaya hidup generasi baru yang tidak mau ribet,
07:20dapat kerja, bahkan sebetulnya ini harusnya difasilitasi,
07:24karena mereka umumnya pada umumnya nggak mau punya mobil.
07:29Tidak perlu bawa kendaraan.
07:32Di inti kota, publik transportnya bagus, kemana-mana jalan kaki, super efisien.
07:39Sebetulnya ini bisa dijadikan fenomena back to city.
07:43Kehadiran konsep hunian seperti flat menteng diharap bisa dikembangkan banyak pihak,
07:48termasuk pemerintah, sebagai solusi bagi warga yang ingin punya rumah di tengah kota
07:53dengan harga yang lebih terjangkau.
07:56Tim Liputan, Kompas.
08:01Siapa sih yang tidak ingin ya Kang Dika ya?
08:03Punya rumah di tengah kota Jakarta, dekat dengan sarana transportasi,
08:06dekat dengan kantor gitu ya, tapi yang penting adalah harganya terjangkau.
08:11Bisa ini kita lakukan?
08:12Nah salah satunya tadi melalui model yang ditawarkan hunian flat menteng.
08:15Sebenarnya bagaimana konsepnya?
08:17Masih ada huniannya, terus berapa harganya?
08:20Pengen ya Kang?
08:21Itu yang paling penting.
08:22Harganya berapa ya?
08:23Itu yang paling penting daripada semuanya ya?
08:26Betul, betul.
08:27Kita ulas malam hari ini bersama penghuni flat menteng ada Mas Andi Pratama,
08:31Hatian Syah dan juga Mbak Pamega Syafira.
08:34Selamat malam, Mbak dan juga Mas.
08:36Malam.
08:38Dan ada juga Kabit Pebiayaan dan Kemitraan Rumah DKI Jakarta,
08:42Lady Natalia, Mbak Lady.
08:43Selamat malam.
08:43Selamat malam, Mbak.
08:45Selamat malam, Lady.
08:46Nah oke, untuk pertanyaan yang pertama pasti ditanya semua orang adalah berapa sih Mas harganya memang?
08:52Kalau rangenya ya, itu antara 380 sampai satuan kayak gitu.
09:01380 jutaan?
09:02Iya.
09:03300 jutaan.
09:04Iya.
09:05Ini Menteng lebih tepatnya di mana?
09:08Kelurahan Menteng.
09:09Kelurahan Menteng kayak gitu.
09:11Satu kelurahan dengan KI ya.
09:12Dan dekat sekali dengan Stasiun Yudirman dan MRT dan Trans Jakarta kayak gitu.
09:21Untuk di daerah situ, hitungannya jadinya sangat terjangkau sekali.
09:25Dengan akses ya, pastinya dapet aksesnya yang menarik sekali.
09:28Terus juga fasilitas, transport gampang, mau ada ke mana-mana jalan-jalan kayaknya dekat juga kan?
09:34Iya, dekat juga kayak gitu.
09:35Oke, pertanyaannya kok kemudian kok bisa gitu kan?
09:38Kalau kita nyari-nyari di rumah-rumah gitu, apalagi kan konsepnya ini minimalis ya, artinya modern begitu juga.
09:44Kok bisa ini 380 juta untuk berapa hunian dan kok apakah biayanya balik nggak nih untuk yang sudah keluar misalnya pengeluaran apa namanya?
09:52Misalnya bikin rumahnya, batu-batanya dan lain sebagainya.
09:56Ya sudah, itu semua sudah mencakup pembiayaan pembangunan dan sebagainya kayak gitu, perizinan dan sebagainya kayak gitu.
10:05Dan sudah intinya apa ya, siap huni lah kayak gitu.
10:10Walaupun interior belum ya kayak gitu.
10:11Oh, oke-oke. Jadi tinggal bawa badan aja begitu ya.
10:16Oh, oke-oke.
10:18Oke, ini mungkin juga nanya ke ibu Mbak Lady.
10:22Terima kasih loh.
10:23Lihatnya lebih muda ya.
10:25Karena kayaknya kita seumuran sih.
10:27Jadi gimana dari sisi PM Prof sendiri melihat ada inisiasi seperti ini, ada langkah selanjutnya kah?
10:36Atau mungkin ada langkah yang ingin dilakukan oleh PM Prof untuk mendukung mungkin?
10:41Ya, jadi jujur sebenarnya ini konsep yang baru ya dan inovatif sih sebenarnya.
10:46Kita seneng-seneng aja gitu ya.
10:48Cuma mungkin yang perlu dipastikan, tadi kami juga banyak bicara ya di sebelum ini, bahwasannya harga Rp380 itu sepertinya belum berikut tanah ya, berarti ya.
11:00Oh iya, belum.
11:01Ya, belum berikut tanah.
11:02Nah, kemudian sebenarnya kata kuncinya memang layak dan terjangkau.
11:06Dari sisi layak dan terjangkau, sangat layak dan sangat terjangkau gitu ya.
11:09Tapi mungkin kita perlu cari tahu dulu nih gitu ya, yang paling penting adalah secure tenure-nya, jadi masanya itu benar-benar membuat si penghuninya nyaman.
11:20Jadi jangan sampai nanti kemudian setelah beberapa tahun lalu kemudian ada satu perjanjian yang kemudian salah satu pihak ponpresasi gitu ya, sehingga membuat orang ini menjadi tidak nyaman ketika menghuni di sana.
11:33Nah, kemudian yang terakhir kepastian hukum gitu ya, artinya apakah rumah ini dimiliki, kalau misalkan dimiliki berarti kan bukti kepemilikan harus ada gitu ya.
11:44Ada SMSS atau sertifikat hak milik atas satuan rumah susun dan atau juga SKBG.
11:51SKBG ini berarti kan dia tidak membeli tanahnya, hanya bangunannya saja.
11:56Jadi ada dua nih bukti kepemilikan yang diakui oleh undang-undang.
11:59Nah, jujur ini mungkin kita juga perlu gali gitu ya, apakah kemudian dengan inovasi seperti ini ada kendala nggak nih gitu ya,
12:09di dalam para penghuninya memperoleh kepastian untuk kepemilikannya gitu.
12:14Jadi perlu ditelusuri dulu gitu, karena saya jujur waktu diundang ke sini, saya hanya baru lihat dari Youtube gitu ya.
12:21Dan intinya sebenarnya...
12:22Tapi dua perannya belum, masuknya untuk melihat gitu?
12:25Oh, belum.
12:25Oke, karena kita juga penasaran nih sebenarnya kan ini tinggal di kawasan Menteng begitu ya.
12:32Sebagai perempuan, sebagai ibu rumah tangga, pasti kan juga memikirkan bukan hanya yang dekat dengan perkantoran,
12:38misalnya di tengah kota, tetapi juga kemudian di tengah-tengah hidup di Jakarta.
12:43Gimana dengan lingkungannya? Aman kan nih, ramah nggak buat anak?
12:45Karena kan ini bertingkat-tingkat ya, kayaknya 3-4 tingkat ada ya, 4 lantai ya.
12:49Nanti usai jadah akan dijawab tetap bersama kami.
12:51Ya seperti yang tadi kita lagi tanyakan ya Kang ya, kalau misalnya oke ini ada rumah di tengah-tengah pusat Jakarta,
13:12tapi kan kemudian kita juga pasti mempertanyakan ya, kalau misalnya gimana dengan keamanannya ya Kang ya?
13:20Iya, mungkin juga dari Mbak Fami ya, kayak ini kan sebagai ibu rumah tangga kondisinya juga pasti dipikirin gitu.
13:27Itu gimana di flight Menteng ini?
13:30Iya, kalau untuk lingkungannya itu tuh kebetulan memang ada di tengah-tengah Menteng yang banyak pohon,
13:36dan juga jalannya itu cukup lebar untuk memang bisa untuk main anak-anak dan nggak ada lalu lintas gitu.
13:43Jadi memang menurut saya itu lingkungan yang enak gitu dan tenang dan banyak pohon.
13:49Jadi memang agak unik itu di tengah kota, tapi ada lingkungan kayak gitu.
13:53Iya, iya.
13:53Oh iya, kemudian...
13:55Kalau misalnya, kalau saya sebenarnya lebih penasarannya sebenarnya Mbak ya, berapa harganya sih?
13:59Balik lagi ya?
14:00Iya, iya.
14:00Yang misalnya yang Mbak Fami punya gitu, itu yang berapa luasnya kah gitu?
14:06Punya kami ini ya 40 meter, harganya 380 juta.
14:11Kamar?
14:11380 juta.
14:12Satu kamar.
14:13Oh satu kamar, jadi satu kamar, ada dapur, ada ruang tamu?
14:16Iya, ada dapur, ruang tamu.
14:18Dapur ruang tamu, ruang tengah itu jadi satu kayak gitu.
14:20Oh, jadi kalau gitu sebenarnya kayak mirip-mirip kayak apartemen atau flat yang di Ben Hill juga ada ya, Bu?
14:25Ya sebenarnya kalau...
14:26Iya, tapi ini tidak berikut tanah kan?
14:29Sama kayak di Ben Hill tidak berikut tanah, cuman bangunannya dia miliki gitu.
14:34Iya, jadi mungkin bisa saya jelasin juga ya, Teng, ke pemilikannya.
14:36Jadi kenapa harganya bisa murah nih 380 juta di Menteng?
14:39Itu karena kita nggak beli tanah.
14:41Jadi tanahnya ini adalah kami sewa selama 60 tahun kepada salah satu anggota kooperasi juga gitu.
14:47Jadi ini biaya sewanya 90 juta per tahun yang dibayar setiap bulan gitu.
14:54Jadi kita setiap bulan, kalau saya misalnya sama suami, kami bayar sekitar 700 ribu sebulan untuk sewa tanah itu.
15:05Kemudian tadi kepastian hukumnya gimana nih?
15:08Nah, kepertian hukumnya itu ada di kooperasi.
15:10Jadi kooperasi memiliki bangunan dan kita semua terikat dengan perjanjian hukum antara kooperasi dengan pemilik tanah.
15:18Jadi memang di...
15:20Kepemilikannya itu ada di kooperasi.
15:23Kooperasinya.
15:24Dan itu nggak deg-degan misalnya tiba-tiba nanti di tahun keberapa tiba-tiba...
15:28Apa gitu misalnya digusur atau...
15:29Maksudnya kan nggak...
15:30Nggak lah, karena kan kepemilikannya sendiri...
15:32Karena kita udah ada perjanjian dengan notaris kan, untuk sewanya juga.
15:37Kita kan itu sebenarnya biasa kan, apa tadi long list itu kan, memang ada kepastian hukumnya bahwa kalau kita udah ada perjanjian ya memang nggak bisa digusur gitu.
15:48Atau diusir, mungkin kayak orang-orang trauma ya biasanya.
15:51Iya betul.
15:52Mungkin itu nggak ada perjanjiannya kali ya kalau sewa-sewa yang dengan orang-orang itu kan, atau nggak ada kepastian di notarisnya.
15:59Tapi kalau kami, kami udah kebetulan salah satu anggota itu adalah lawyer.
16:03Jadi memang kita juga bukan...
16:05Secara legalnya ya, secara legalnya udah dipikirkan gitu.
16:08Legalnya udah dipikirkan dan kita juga meskipun saling kenal tapi nggak yang...
16:11Ya kekeluargaan aja nggak bisa dong, harus ada kepastian hukumnya.
16:15Meskipun mungkin berbeda ya, kita nggak punya kepemilikan secara individu karena semuanya dimiliki kooperasi.
16:20Dan itu juga sebagai sistem untuk mengontrol agar harganya nggak bisa dinaikin nih sama orang.
16:26Nggak terlalu melonjok tiba-tiba gitu.
16:28Karena kooperasi nanti yang akan memegang semua ini dan akan menentukan misalnya dijual lagi.
16:34Misalnya kan misalnya saya nggak mau tinggal lagi di situ, kita bisa kembalikan nih ke kooperasi gitu.
16:39Jadi si tadi investasi yang berupa uang untuk bangun tadi 380 juta itu hitungannya sebagai...
16:47Apa namanya kayak simpanan pokok gitu.
16:50Kayak semacam simpanan pokok lah kayak gitu.
16:52Oh bener-bener menganus sistem kooperasi banget dong gitu ya.
16:54Iya betul.
16:55Itu bisa dikembalikan lagi.
16:56Tentu dikembalikan lagi dan akhirnya nanti yang mencari pembeli lagi itu kooperasi gitu.
17:00Kooperasi.
17:01Jadi misalkan ini aku mau jual ke temanku, ya aku bisa menyarankan kooperasi tapi untuk keputusannya tetap kooperasi kayak gitu ya.
17:07Kita nggak bisa jual jadi, oke kita jual aja 2 miliar gitu ya.
17:10Oh, nggak bisa.
17:11Harus balik ke kooperasi.
17:13Ini kalau Mbak Ledy ngeliat kayak gini ini sebenernya bisa diaplikasiin juga di tempat lain selain di sini nggak mungkin kayak di flat?
17:22Kalau dari sisi pemerintah sih sebenarnya konsep yang mirip-mirip tuh KTV ya, konsolidasi tanah vertikal.
17:28Itu sudah kita lakukan di tengah kota juga.
17:31Saat ini yang sudah dilakukan itu di Palmerah sama Tanah Tinggi.
17:35Nah itu memang programnya program CSR.
17:38Jadi orang-orang yang punya tanah kecil-kecil itu digabung.
17:43Jadi tentunya mereka harus ada dasar kerelaan hati untuk menggabungkan itu.
17:47Kemudian dibangunkan rumah susun atau flat itu kemudian dibagi per unit-unit gitu.
17:55Tapi kalau di sini kan tanahnya memang dimiliki oleh mereka.
17:59Jadi SAM, SRS-nya keluar di situ.
18:01Karena tanahnya dimiliki kan.
18:03Kalau ini kan tanahnya atas tanah kooperasi ya.
18:05Eh, perorangan.
18:07Perorangan.
18:08Kemudian building-nya sendiri kooperasi kan gitu.
18:12Jadi ini sebenarnya sudah dilakukan juga oleh Pemprov DKI gitu ya, konsep konsolidasi tanah vertikal.
18:18Meski sebenarnya dalam perjalanan kan pasti banyak tantangan.
18:21Kenapa? Karena penyebaran tanah itu kan status kepemilikannya beda-beda.
18:26Ada tanah negara, SAM, garapan dan lain sebagainya.
18:29Nah itu yang menjadi kendala.
18:30Tetapi memang Pemprov sudah memulai di situ dan mudah-mudahan memang menjamur ya.
18:36Bisa banyak untuk mengatasi area kumuh sebenarnya.
18:39Kalau ini kan sebenarnya pemenuhan untuk apa ya, generasi milenial dan genzi ya.
18:45Yang serba semuanya harus serba gampang, serba mudah, dekat dengan transportasi dan segala macem.
18:50Oke.
18:51Sebenarnya dari pemerintah juga sudah concern terhadap hal ini.
18:54Dan ke depan memang kita juga akan ada program untuk bisa menggandeng badan usaha.
18:59Kita memanfaatkan tanah-tanahnya milik Pemprov yang ada di tengah kota.
19:04Kemudian nanti ke depan kita juga, sebenarnya saat ini kita juga sudah punya fasilitas pembiayaan perolehan rumah ya.
19:11Kalau tadi kan harus lunas ya di depan ya.
19:14Nah kalau di pemerintah itu kita punya ada yang namanya FEPR, fasilitas pembiayaan perolehan rumah gitu.
19:20Jadi mudah-mudahan dengan ini kan bisa juga semakin membantu ya.
19:24Nah yang aku penasaran juga nih biasanya kan ada beberapa pasangan gitu ya Kang ya.
19:28Kayak melihat oke saya harus punya hunian rumah karena saya punya tanahnya jelas, bangunannya jelas.
19:34Nah tapi kalau untuk Mbak Mas Niasni kenapa memilih untuk oke lah kita tetap di Jakarta di tengah-tengah.
19:40Tapi ya kan ada yang memilih untuk oke kita berada di pinggiran Jakarta tapi kita punya tanahnya, landed house-nya.
19:46Tapi kalau ini sebaliknya apa pertimbangannya sebenarnya?
19:49Kalau kita ya sebenarnya kita lebih memilih kita punya hunian nih bukan punya rumah gitu.
19:55Jadi nggak penting tuh buat kami punya sertifikat dan tanah itu.
20:00Karena yang kami butuhkan bukan investasi nih, kita pengennya hunian gitu.
20:06Jadi pengen punya tempat untuk tinggal aja di tengah kota Jakarta.
20:09Dan di sini juga kooperasi ini sebenarnya nggak ada keuntungannya buat siapa-siapa gitu.
20:15Jadi memang...
20:16Ya balik lagi ke penghuni kayak gitu.
20:18Semua yang diputaran di situ.
20:20Kami nggak ada ketakutan sama sekali gitu.
20:23Soalnya itu tadi apa namanya secara hukum semuanya udah jelas kayak gitu.
20:27Antara perjanjian kooperasi dengan pemilik tanah terus kooperasi dengan penghuni semuanya ada jelas.
20:32Jadi kami bener-bener nggak ada rasa takut gitu.
20:35Dan ya sedangkan itu kami pengen punya hunian yang layak, yang nyaman dan yang apa ya mengakupondir semua kebutuhan kami.
20:44Oh iya, tapi pasti pengen punya juga dong.
20:46Iya, atau udah aja.
20:48Atau ini udah cukup menurut Mas sama Mbak?
20:51Untuk saat ini cukup sih ya, cukup.
20:54Selama 6 bulan ini ya sebelum pindah, sebelum maksudnya saya memutuskan bener-bener menempati itu pun.
21:01Dulu juga ada ketakutan-ketakutan kayak apakah saya akan memiliki kendaraan dan sebagainya kayak gitu.
21:07Ternyata pas sudah tinggal selama 6 bulan ini saya nggak perlu lagi kendaraan ternyata kayak gitu.
21:13Saya nggak butuh beli kendaraan dan ternyata hidup saya di sini baik-baik saja dan mungkin malah lebih baik kayak gitu.
21:19Oh gitu.
21:20Oke berbicara soal hunian juga kan ini sebenarnya ada rumah subsidi begitu ya.
21:24Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruara Sirait ini mencabut rencana pemangkasan luas rumah subsidi.
21:31Menurut Menteri PKP pencabutan atau pembatalan wacana luas minimal rumah subsidi 18 meter persegi karena banyaknya respon negatif dari masyarakat.
21:42Soal rumah subsidi yang diperkecil jadi tujuannya sebenarnya sederhana karena kami mendengar banyak sekali anak muda yang ingin tinggal di kota
21:52tapi kalau tanahnya di kota mahal mau diperkecil.
21:56Tapi sudah mendengar begitu banyak masukan termasuk dari teman-teman anggota DPR Komisi 5
22:01maka saya sampaikan secara terbuka permohonan maaf dan saya cabut ide itu.
22:06Ya terima kasih.
22:08Terima kasih.
22:14Ini tadi menarik juga yang tadi diobrolin ya akhirnya ditarik ini ngobrol sama Mbak Leddy.
22:20Ini kalau ngeliat tadi respon tadi 18 meter.
22:26Kemudian banyak resmen dari netizen
22:29Rame nih, masa segini aja rumah gitu kan
22:33Sebenernya yang layak menurut Pemprov DKI itu berapa sih besarannya
22:40Kalau kami dulu pernah juga membangun yang 18 meter persegi
22:45Tapi itu di tahun 97 ya
22:47Nah sekarang kita tidak lagi membangun yang dari 18
22:50Jadi dulu tuh ada 18, 21, 24, 30
22:54Sekarang kita tidak lagi membangun yang ukuran-ukuran itu
22:57Jadi kami hanya membangun yang 36 meter persegi
23:00Jadi untuk semua rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah
23:04Itu luasannya 36 meter persegi
23:06Karena itu dianggap yang paling layak
23:08Ya mungkin kenapa pemikirannya dikecilkan 18
23:13Ya kan tanah di Jakarta semakin terbatas
23:16Kemudian dengan keterbatasan itu
23:19Berarti kan tiap tahun tanah akan naik terus nih
23:2210% terus tiap tahun
23:23Sementara pendapatan naiknya paling cuma 3,5-5% paling tinggi kan
23:29Jadi untuk mencapai back housing, backlog itu ya mungkin caranya dengan mengecilkan gitu
23:34Tetapi ternyata kayak kami punya program hunian terjangkau milik
23:38Itu yang ukuran studio aja nggak laku mas
23:41Jadi mereka pengen memang yang hunian itu yang dengan dua kamar agak luas gitu
23:48Ada ruang privasi juga
23:50Iya betul
23:51Ada sarana dan prasarana untuk ruang ketemu keluarga gitu
23:54Iya karena kalau 18 tapi juga lurus ke atas kan agak serem ya Mbak
23:58Lalu lagi
24:00Bisa 8 kamar sih tapi kakak semua tuh
24:05Mungkin pertanyaan terakhir ya untuk Mbak Masnya yang sudah berapa lama nih tinggal di
24:10Sekitar 6 bulanan lah
24:12Oh 6 bulan, kira-kira nyesel nggak nih?
24:14Atau justru udah kayaknya kita berpikir yaudahlah kita akan
24:18Kayaknya ya berapa puluh tahun kalau bisa selamanya
24:20Selamanya deh tinggal dengan konsep seperti ini
24:22Nggak ada penyesalan sama sekali dan yang rencana awalnya saya mungkin akan menjauh dari Jakarta secepatnya kayak gitu
24:31Sekarang ternyata
24:32Nggak mau? Nggak usah ya?
24:33Nggak usah
24:34Jangan-jangan punya mobil pun juga mikir-mikir ya karena kemana-mana juga ada muda
24:38Iya betul sekali
24:39Oke terima kasih kalau begitu untuk informasinya semoga nanti kapan-kapan ya Kang kita main kesan
24:45Soalnya biar penasaran di dalamnya ini
24:46Seperti apa? Bentuknya seperti apa gitu
24:49Nanti boleh ya kalau kita berkunjung boleh dijamu ya Mas ya?
24:52Boleh sekali, boleh sekali
24:53Ya pengen makanan ya
24:54Oke terima kasih Ibu Lady terima kasih mas semuanya
24:57Iya sama-sama

Dianjurkan