Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • 9/7/2025
KOMPAS.TV - Tiga bulan telah berlalu, namun Indonesia belum mampu melunakkan kerasnya hati Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengetok tarif barang sebesar 32 persen. Hingga kini, tidak ada yang berubah. Tarif tetap bertahan di angka 32 persen.

Indonesia belum sukses melobi, meskipun sudah menawarkan impor lebih dari Rp500 triliun untuk menekan defisit Amerika Serikat dan meredam kemarahan Trump.

Di sisi lain, negara-negara yang tergabung dalam BRICS Plusatau yang oleh Trump disebut sebagai kelompok "anti-Amerika"terkesan merespons santai berbagai ancaman Presiden AS itu. Kelompok BRICS mengklaim bahwa tidak ada pihak yang akan menang dalam perang dagang global.

Benarkah klaim tersebut? Kompas Bisnis akan mengulas data lengkapnya bersama Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, terkait ketetapan tarif oleh Trump, kegagalan lobi Indonesia, dan sikap negara-negara BRICS dalam menghadapi tekanan dagang Amerika Serikat.

Baca Juga Pengamat Baca Alasan DPR Belum Bahas Pemakzulan Gibran-Kekuatan 'Keluarga Solo' | SAPA PAGI di https://www.kompas.tv/nasional/604081/pengamat-baca-alasan-dpr-belum-bahas-pemakzulan-gibran-kekuatan-keluarga-solo-sapa-pagi

#brics #tariftrump #pemerintah #ekonomi

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/604096/full-ekonom-bongkar-dampak-tarif-trump-dan-brics-ke-ri-mana-lebih-kuat
Transkrip
00:00Saudara Anda menyaksikan Kompas Bisnis bersama saya Putri Oktaviani.
00:05Tiga bulan berlalu, Indonesia belum mampu melunakan kerasnya hati Presiden Amerika, Donald Trump,
00:11yang menggetok tarif barang sebesar 32 persen.
00:14Tak ada yang berubah, tarif tetap di 32 persen.
00:17Indonesia belum sukses meski sudah menawarkan impor lebih dari 500 triliun rupiah
00:23agar defisit Amerika Serikat tak makin membuat Trump murka.
00:27Satu sisi saudara, Amerika Serikat seakan tahu bagaimana mempermainkan Indonesia dan negara lain
00:32dengan mengundur pengenaan tarif sampai 1 Agustus.
00:37Negara mitra dagang kembali diberi waktu hampir tiga minggu untuk bernegosiasi lagi.
00:43Di satu sisi negara-negara yang gabung dalam BRICS Plus atau kalau kata Trump,
00:49ini adalah kelompok anti Amerika, seakan merespon santai ancaman Trump.
00:53BRICS mengklaim tidak ada yang menang dalam perang dagang.
00:58Benarkah? Kita ke data berikutnya.
01:02BRICS boleh aja santai, tapi Indonesia tetap harus waspada.
01:08Sebab saudara, negara-negara pesaing ekspor justru dapat tarif yang lebih rendah.
01:14Misalnya nih ya, kalau Indonesia itu kan 32 persen.
01:18Nah Vietnam dalam tarif terbaru pesaing Indonesia soal tenaga kerja dan rumah bagi manufaktur ini
01:24hanya dikasih ini 20 persen.
01:26Padahal sebelumnya Vietnam itu 46 persen.
01:31Yang artinya 14 persen lebih tinggi dari tarif Indonesia.
01:35Jepang dan juga Malaysia ini juga sama-sama dapat 25 persen.
01:42Apakah Indonesia harus waspada sebab daya saing produk ekspor Indonesia ke Amerika Serikat?
01:48Bisa lebih lemah.
01:49Nah ekspor Indonesia terbesar ke Amerika Serikat itu adalah mesin elektrik dan peralatan sekitarnya.
01:56Kemudian pakaian jadi dan alas kaki.
01:58Produk-produk ini saudara banyak dihasilkan di Vietnam yang kena tarif yang lebih rendah dari Indonesia.
02:04Tentang elektrik juga Indonesia bersaing dengan ini dia, Malaysia dan juga Jepang.
02:11Apakah getokan Trump sampai sini saja?
02:14Jawabannya enggak.
02:17Kata Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau PCO, Hasan Nasbi.
02:22Tim negosiasi sudah kembali ke Amerika Serikat untuk melobit tarif.
02:26Salah satunya Menko Ekonomi, Erlangga Hartarto.
02:30Kita sudah berada di DC.
02:32Pagi ini tim negosiasi kita yang akan melanjutkan diskusi itu sudah berada di DC.
02:38Dan Bapak Menteri Koordinator Perekonomian sedang dalam perjalanan dari Indonesia menuju DC.
02:44Tanggalnya ini, tanggalnya kan dimundurkan jadi tanggal 1 Agustus.
02:47Artinya ada beberapa minggu kesempatan kita untuk bernegosiasi.
02:51Dan bangsa kita, pemerintah kita sangat optimis dengan negosiasi.
02:58Dan tentu hubungan baik itu bisa menjadi modal sosial yang bagus untuk melanjutkan diskusi dan negosiasi di sana.
03:07Ngomong-ngomong soal BRICS, jadi BRICS ini kan mengadakan konferensi tingkat tinggi ke-17 pada 6-7 Juli 2025 di Brazil.
03:16Nah Brazil ini kan merupakan ketua BRICS 2025 dan kini beranggotakan 11 negara termasuk Indonesia.
03:23Nah ini sekaligus KTT BRICS pertama bagi Indonesia.
03:27Trump menilai kelompok BRICS ini adalah negara-negara yang anti sama Amerika Serikat.
03:33Oleh sebab itu, siapapun yang ada di dalamnya akan kena getok tambahan 10%.
03:39Jadi 3-2 tambah 10, Indonesia resikonya kena 42%.
03:45Nah BRICS dalam deklarasi di Rio de Janeiro bilang ada kekhawatiran serius atas tarif impor
03:51yang dinilai ilegal karena tidak konsisten dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO.
03:57Yang menarik saudara, pernyataan ini tidak spesifik bilang nama Trump.
04:02Jadi gimana respon lawan Trump di BRICS? Kita ke data selanjutnya.
04:08Oke ini kata Presiden Rusia Vladimir Putin.
04:11Segala indikator menunjukkan modal globalisasi liberal mulai usang.
04:16Pusat aktivitas bisnis kini bergeser ke pasar, negara berkembang.
04:21Pernyataan putih ini menarik ya, seakan santai dan punya kepercayaan diri yang luar biasa.
04:26Liberal atau model dagang Amerika Serikat di dunia udah ketinggalan jaman alias kurno.
04:32Kalau kami bahasakan ya, sebenarnya Amerika yang butuh dunia bukan dunia yang butuh Amerika Serikat.
04:39Nanti kita tanya ke ekonomi ya, tapi kita ke data selanjutnya terlebih dahulu.
04:43Oke ini kata juru bicara Kemenlo Tiongkok, mau nih BRICS bukan blok konfrontatif.
04:49Tak ada yang menang dalam perang dagang.
04:53Nah ini juga menarik ya, karena ini juga menunjukkan betapa santainya BRICS.
04:57Di zaman yang serba bisa acting dan bisa latihan acting, memang sulit membedakan.
05:03Orang santai beneran atau ini tuh kayak Dach Syndrome.
05:06Jadi seakan tenang di atas air, tapi sebenarnya kakinya tuh terus bergerak mengayuh agar tidak tenggelam.
05:12Sekretaris Kabinet Let Call Teddy Indra Wijaya bilang,
05:17di tengah tebaran ancaman Trump soal tarif, yang antre masuk BRICS ini banyak.
05:23Indonesia diterima artinya punya posisi yang penting di dunia.
05:27Awalnya BRICS lima negara, kemudian berkembang, sehingga Indonesia menjadi anggota resmi ke-10 dari 11,
05:38jadi satu Arab Saudi belum resmi.
05:40Dan ini banyak sekali yang antri untuk masuk BRICS.
05:44Dan ini menunjukkan bahwa Indonesia semakin didengar, semakin diperhatikan, semakin dipandang,
05:54dan semakin dibutuhkan di dunia global.
05:56Oke, tapi nampaknya Indonesia belum mampu melunakan tarif dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
06:02Meski sudah menawarkan impor lebih dari 500 triliun rupiah,
06:06jika tidak ada negosiasi lanjutan, Indonesia akan kena getok tarif 32% pada 1 Agustus,
06:12plus 10% karena tergabung dalam BRICS tadi.
06:15Nah, Kompas Binsirsa Dara akan mengulas bersama dengan Kepala Ekonomi BCA, David Semual, tapi usai jeda.
06:26Kembali lagi di Kompas Binsirsa Dara.
06:37Dan Kompas Binsirsa akan tanya ke Kepala Ekonomi Bank Sentral Asia atau BCA, David Semual,
06:42tentang getok tarif Trump, lobby yang belum membuahkan hasil dan sikap BRICS.
06:45Selamat pagi Pak David.
06:47Selamat pagi Mbak Wokta.
06:49Pak David, menarik nih, kalau kita ingat ini kan kebijakan Liberation Day, itu kan dihubungkan pada April lalu.
06:55Artinya lobby Indonesia selama 3 bulan ini kayaknya belum membuahkan hasil.
06:58Padahal seakan kayaknya sudah all out tarif dan non-tarif sudah disesuaikan dengan keinginan Amerika Serikat penawaran komersial,
07:03bahkan 2 kali budget defisit mereka atau lebih dari 500 triliun rupiah.
07:07Pertamina, Exxon, sudah komunikasi.
07:09Apalagi sebetulnya dipunya Indonesia dalam bisa dikatakan 3 minggu nih negosiasi ke depan sampai 1 Agustus.
07:15Ya ini kelihatannya kan memang Trump ini memang sangat kuat ya.
07:21Dari sisi negosiasi itu dia ingin mendapatkan kepentingan yang maksimal buat negaranya ya tentunya.
07:30Nah kita sebenarnya juga perlu mengetahui lebih dalam sebenarnya apa sih ganjalannya kenapa mereka belum menurunkan tarif kita.
07:40Karena tarif ini masih sama 32 persen dan ada kemungkinan tambahan tarif lagi ya.
07:45Karena kita juga masuk dalam keanggotaan BRICS ya.
07:48Jadi ada tambahan lagi 10 persen dan untuk beberapa produk tertentu juga masih ada tarif yang sebenarnya ikutan dari tarif yang dikenakan waktu era Trump 1.0.
08:02Ya jadi masih ada tambahan tarif juga untuk beberapa tarif lain.
08:06Untuk beberapa produk lain.
08:08Nah untuk Indonesia sendiri ya memang ada beberapa hal mungkin yang masih menjadi ganjalan ya.
08:14Kemungkinan besar mungkin yang kaitannya dengan non-tarif ya.
08:17Ada beberapa tuntutan Trump itu memang yang tidak terkait dengan urusan perdagangan internasional ya.
08:24Dan ini memang kaitannya juga erat dengan kepentingan ekonomi nasional kita juga ya.
08:30Jadi memang mungkin di sini masih ada tarik menarik.
08:33Dan harapannya dalam negosiasi kan ini apa take and give ya.
08:38Ada beberapa yang kita berikan dan juga kita ingin juga dari pihak Amerika juga memberikan semacam fleksibilitas juga untuk beberapa hal lain yang mungkin menyangkut nasional interest kita juga.
08:49Oke Pak David kan kalau kita ingat kemarin Trump juga mengatakan bahwa bersedia sebetulnya dengan penyesuaian dan juga syarat.
08:57Salah satunya adalah tadi kalau selain investasi juga bangun pabrik di Amerika Serikat.
09:02Memungkinkan gak nih kira-kira kalau misalnya Indonesia harus ya bisa dikatakan ngikutin aja gitu maunya Trump?
09:08Ya sebenarnya dari beberapa tawaran kan sudah ada ya.
09:11Ada perusahaan swasta kita juga yang rencananya akan melakukan investasi di sana ya.
09:17Dan juga kita sebenarnya mengundang ya investor Amerika untuk masuk ke Indonesia di beberapa sektor strategis juga ya.
09:25Termasuk yang terkait dengan mineral ya.
09:27Tapi tetap saja ya Mbak Okta kita tentunya perlu juga menyiapkan strategi atau rencana kontingensi ya.
09:37Terhadap kemungkinan-kemungkinan terburuk ya.
09:40Jadi kalau misalnya memang sampai nanti tanggal 1 Agustus negosiasinya ketat ya dan memang sulit buat kita untuk menawarkan lagi hal-hal lain ya.
09:52Padahal kita sudah optimal memberikan semua yang mereka inginkan ya kita juga perlu melakukan seperti saya sampaikan juga 3 bulan lalu ya.
10:00Bahwa persiapan-persiapan kontingensi ini rencana-rencana kontingensi juga perlu kita siapkan.
10:06Dan ini juga mungkin pemerintah sudah paralel ya melakukan sejak 3 bulan lalu untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk tersebut Mbak Okta.
10:17Oke Pak David kalau kita lihat tarif pesaing ekspor Indonesia yaitu Vietnam itu kan lebih rendah Vietnam itu 20%.
10:23Seberapa tertekan daya saing ekspor Indonesia melawan Vietnam?
10:27Ya sebenarnya kalau dibanding Vietnam kita dari segi produk itu relatif agak berbeda ya.
10:36Kita banyak ekspor ke Amerika Serikat itu misalnya yang terkait dengan komoditas itu CPO salah satunya.
10:43Lalu juga produk-produk yang terkait dengan, nah ini sayangnya yang terkait dengan labor intensif Mbak Okta.
10:48Jadi seperti apa pakaian lalu juga alas kaki, furniture, nah ini lebih labor intensif dan tentu kita akan terganggu ya kalau misalnya sampai ada hambatan tarif.
11:00Karena pesaing-pesaing kita juga relatif ada yang lebih rendah juga untuk tarif yang produk-produknya saya sebutkan tadi.
11:07Dan ini tentu akan mengganggu ya daya beli masyarakat ya konsumsi bisa terganggu juga dan ini tentu akan mempengaruhi pertumbuhan kita.
11:16Jadi kalau untuk Vietnam memang produknya agak sedikit berbeda tapi untuk negara-negara lain yang mungkin saja tarifnya bisa saja masih dalam proses negosiasi tentunya ya.
11:28Bisa saja lebih rendah nah ini tentu bisa mengganggu kita.
11:31Misalnya dengan Malaysia kita kan tentu bersaing untuk produk-produk CPO.
11:35Untuk pakaian kita bersaing dengan negara-negara Asia Selatan dan Amerika Latin tentunya ya.
11:40Begitu juga dengan alas kaki ya dan furniture juga.
11:43Jadi memang kita harus antisipasi Mbak Oktar.
11:47Oke katakanlah tadi misalnya komoditasnya berbeda gitu.
11:50Tapi Pak kalau misalnya kita tadi kan juga ada industri yang padat ya misalnya kayak sepatu alas kaki pakaian dan lain sebagainya.
11:56Ini mungkin gak sih Amerika Serikat nih kayaknya jadi beralih ke negara lain seberapa berbahaya ini tentunya untuk Indonesia?
12:03Ya ini ada kemungkinan tersebut ya.
12:06Nah jadi kita juga sebenarnya kan ada dulu GSP ya.
12:12Kita mau diberikan preference.
12:13Nah sekarang kan sudah tidak lagi.
12:15Nah sedangkan beberapa negara lain masih ada keuntungan GSP tersebut ya.
12:19General system preference.
12:20Jadi mereka ada semacam subsidi lah untuk masuk ke pasar Amerika Serikat.
12:24Nah tentunya kalau ada tambahan tarif lagi dan juga ditambah lagi dengan 10% tadi karena kita menjadi keanggotaan BRICS dan tarif-tarif yang menjadi apa masih berlangsung ya sejak ramuan 0.0 ini tentu sangat membebani ya sektor-sektor yang saya sebut tadi ya.
12:42Nah itu kenapa saya mengatakan kembali ya kita juga harus perkuat pasar alternatif ya diversifikasi dan juga pasar domestik kita.
12:53Kita juga pasar domestik sebenarnya sangat besar dan kita lihat juga terakhir-terakhir ini juga karena sulit masuk ke negara barat dan Amerika.
13:03Ini juga banyak negara lain produk-produknya masuk ke Indonesia ya.
13:06Termasuk dari Vietnam tadi yang disebut Bawakta ya.
13:09Nah itu juga masuk ke dalam negeri. Nah ini juga kita perlu ada strategi juga untuk memperkuat kapasitas maupun juga kemampuan domestik kita ya.
13:18Tentu dengan percepatan diregulasi dan seterusnya Mbak Bawakta.
13:22Oke. Pak David tapi bukankah defisit Amerika? Ini sebenarnya membuat Indonesia di atas angin.
13:27Haruskah Indonesia semakin memohon-mohon kecelam dalam waktu bisa dilakukan 3 minggu ini?
13:33Ya sebenarnya kita punya banyak bargaining position.
13:36Dari sisi neraca jasa sebenarnya kita juga import cukup besar ya ke Amerika Serikat ya.
13:42Kita ketergantungannya cukup besar.
13:44Nah ini juga bisa menjadi daya tawar tentunya ya.
13:47Karena kita defisit cukup besar di sisi neraca jasa ya.
13:51Dan saya pikir juga ya kita dari sisi lain juga kan terus mengundang sebenarnya investor Amerika juga untuk masuk ke dalam negeri ya.
14:00Di berbagai sektor.
14:02Nah dalam waktu yang singkat ini memang kita harus menidentifikasi sebenarnya apa sih yang diinginkan dari Amerika ini.
14:12Poin apa.
14:13Dan sampai di mana kita jangan juga sampai nantinya mengganggu juga national interest.
14:20Itu juga jangan sampai terjadi ya.
14:22Jadi ya kita harus ada titik poin di mana juga jangan sampai semuanya juga dikasih ke mereka juga.
14:29Kalau bisa itu terjadi ya artinya juga nanti malah relatif lebih buruk ya dampak ekonominya ke Indonesia.
14:37Betul itu juga perlu diperhatikan bahwa tidak hanya kita lagi-lagi memohon kepada Amerika Serikat.
14:42Tapi harus perkuat tadi sempat dikatakan Pak David juga soal penguatan di domestik.
14:46Pak David menarik Presiden Rusia Vladimir Putin bilang model dagang liberal itu udah usang dan beralih ke negara berkembang.
14:52Benarkah demikian dan kalau kita bicara soal BRICS ini sebetulnya punya power jadinya itu Trump atau BRICS sih Pak sebetulnya?
14:58Ya sebenarnya keinginan Amerika Serikat ini kan menjauhkan negara-negara dari negara core BRICS ini ya.
15:08Kita lihat di sini masuk di situ China, Russia, Brazil juga termasuk juga Indonesia kan negara besar di situ di dalam skema BRICS ya.
15:17Dan saya pikir ke depan ini justru sumber pertumbuhan global itu datangnya bukan dari negara barat ya.
15:25Karena negara barat itu pertumbuhannya sudah terbatas ya.
15:28Apalagi yang mau dibangun di sana.
15:30Nah sumber pertumbuhan itu sebenarnya ada di selatan ya.
15:32Jadi di negara-negara selatan itu sumber pertumbuhannya besar dan memang suara dari negara-negara selatan ini kelihatannya memang dalam fora-fora internasional kurang kuat gitu ya.
15:44Maksudnya tidak berperan lah ya.
15:45Padahal tatanan global ini kan sudah banyak berubah sebenarnya dalam 70 tahun terakhir ya sejak perang dunia.
15:54Jadi sebenarnya kalau kita lihat ya perlu diperhatikan juga suara-suara dari negara selatan dan juga di saat yang sama kerjasama ekonomi,
16:04perdagangan, investasi ini juga bisa diperkuat ya lewat fora-fora internasional termasuk BRICS.
16:11Dan kita sebenarnya tidak menutup kemungkinan juga kalau kita lihat kan kita juga politik kita bebas aktif ya.
16:18Jadi kita ikut juga dalam OECD.
16:20Jadi siapapun yang ingin berinvestasi dan berdagang dengan Indonesia itu sebenarnya terbuka luas gitu ya.
16:27Jadi kita tidak ingin masuk ke dalam salah satu orbit gitu ya.
16:31Kita berteman dengan semuanya begitu.
16:34Tapi di dalam kondisi sekarang memang kelihatannya Trump banyak melakukan manuver-manuver untuk menekan ya.
16:41Negara-negara di satu titik dia ingin supaya negara-negara tersebut memilih.
16:45Apakah mau ikut orbit Amerika atau sebaliknya semacam itu Mbak Orta ya.
16:50Oke tadi kalau misalnya dikatakan politik Indonesia itu bebas aktif, non-block bahkan untuk keperdagangan.
16:55Tapi karena kita sudah menjadi anggota BRICS dan tadi ada ancaman tambahan 10 persen.
16:59Artinya sikap seperti apa sih Pak yang harus ditunjukkan Indonesia?
17:02Karena tadi jangan sampai kita gabung ke BRICS tapi jadi buah sih malah kaman nih buat Indonesia.
17:07Ya itu makanya tadi saya sampaikan perlu ada semacam rencana kontingensi ya.
17:11Kita sudah memutuskan untuk masuk ke dalam BRICS tentunya susah untuk kita untuk menarik diri ya.
17:19Kita sudah masuk dalam keanggotaan BRICS dan masih banyak negara lain sebenarnya yang tergabung ke sana.
17:27Dan dari sisi size ekonomi ini juga luar biasa sebenarnya BRICS ini.
17:31Kalau kita tinggalkan juga kita kehilangan kesempatan ya.
17:35Itu kurang lebih hampir 70 persen ekonomi global ya negara-negara yang masuk ke dalam BRICS ya.
17:41Dari sisi populasi, dari sisi market juga besar.
17:45Jadi memang si malah kama seperti katakan Pak Wakta tadi ya.
17:49Tapi di sisi lain kita juga terus lah.
17:52Ini kita masih ada waktu ya dalam beberapa hari ke depan sampai awal Agustus untuk terus bernegosiasi.
17:59Kita memberikan tawaran-tawaran terbaik tentunya.
18:01Tapi di sisi lain jangan sampai kita ditekan karena kita juga negara yang merdeka tentunya ya.
18:08Untuk memutuskan sesuai dengan kepentingan nasional kita Mbak Wakta.
18:12Oke jadi catatan soal bagaimana sebetulnya kodam perdagangan ya lagi-lagi ada timbal balik ya Pak ya.
18:16Saat menguntungkan untuk setiap negara.
18:18Jadi Pak David apa sih sebetulnya yang harus diantisipasi jika dalam waktu 3 minggu ini.
18:23Kita ngomong amit-amit aja ya 3 minggu ini juga tidak membuahkan hasil gitu.
18:27Karena kalau dilihat data impor 3 bulan terakhir produk Tiongok juga lumayan banjir ke Indonesia.
18:31Bahkan ada inikasi damping.
18:33Apa yang harus dilakukan?
18:35Ya tadi kita harus lakukan percepatan diregulasi kapasitas domestik diperkuat.
18:39Ya kita ada program-program nasional yang memang bisa mendorong pertumbuhan.
18:45Tapi di saat yang sama juga kita harus perkuat kapasitas dalam negeri.
18:48Karena kalau kita dorong program nasional tersebut tapi kapasitas dalam negerinya tidak cukup.
18:53Tentunya kita akan mendorong import lebih besar lagi.
18:56Ya itu yang kita khawatirkan.
18:58Di saat yang sama ya kita juga menjaga ya untuk produk-produk vital yang penyerapan tenaga kerjanya besar.
19:05Ya saya pikir perlu juga diadakan aturan-aturan yang lebih restriktif juga ya.
19:10Karena kita juga harus melindungi industri nasional kita ya.
19:13Kita tidak ingin daya beli masyarakat menurun.
19:16Masyarakat tidak punya pekerjaan dan ujung-ujungnya tentu akan mengganggu ya kondisi sosial ekonomi dalam negeri tentunya.
19:25Nah di saat yang sama ya kita terus melakukan diversifikasi produk yang kita ekspor ya.
19:31Bukan hanya bertumpu pada sektor-sektor yang saya sebut di depan tadi ya.
19:35Termasuk juga kita melakukan terus hilirisasi.
19:39Dan di saat yang sama kita melakukan diversifikasi negara-negara tujuan ekspor kita.
19:43Tadi saya sebutkan negara-negara BRICS ini potensinya besar sekali ya.
19:47Jadi dan ini growth-nya lebih kencang, pertumbuhannya lebih kencang ya dibandingkan negara-negara yang kita sebut old economy ya.
19:56Old economy ya Eropa, Amerika ini kan old economy.
19:59Yang memang kapasitasnya untuk tumbuh sudah terbatas ya.
20:04Jadi saya pikir ini kesempatan juga kita untuk perluasan pasar.
20:07Di saat yang sama ya politik kita kan bebas aktif ya terus kita lakukan kerjasama juga dengan OECD.
20:14Ini penting juga OECD karena kita kalau ikut OECD kita mendapatkan juga semacam nilai plus ya.
20:21Karena OECD ini kan memiliki standar-standar benchmark internasional yang diakui banyak negara maupun perusahaannya.
20:28Jadi ini juga bisa membantu lebih banyak lagi investasi masuk ke Indonesia Mbak Oktar.
20:33Oke ini kayaknya kekuatan BRICS ini juga perlu diperhitungkan begitu oleh Presiden Amerika Donald Trump.
20:39Karena tadi kalau kita mengingat bahwa Indonesia menjadi anggota BRICS jangan sampai jadi buasnya malah kama balik lagi.
20:44Tapi pemerintah juga selain negosiasi harus juga tentu memperhatikan bagaimana kondisi dalam negeri,
20:48diversifikasi pasar, perkuat domestik, program dukung pertumbuhan,
20:52juga memperhatikan kapasitas dalam negeri dan juga jaga produk supaya
20:54terutama yang serapan tenaga kerjanya besar ini juga bisa berdampak tidak hanya untuk memikirkan ekspor saja
21:01tapi juga berkembang di dalam negeri.
21:02Terima kasih Kepala Ekonomi Bank Sentral Asia atau BCA Pak David Sumol sudah bersama di Kompas Bisnis.
21:07Salam-salam Pak David.
21:08Selamat pagi Mbak Oktar, terima kasih.

Dianjurkan