Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • 2/7/2025
JAKARTA, KOMPAS.TV - Anggota Komisi X Fraksi PDI Perjuangan, Mercy Chriesty, mencecar Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Ia meluapkan kesedihannya atas dugaan pemerkosaan massal Tragedi 1998 saat rapat dengar pendapat bersama Fadli Zon.

Ini terungkap dalam rapat kerja bersama Kementerian Kebudayaan yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Rabu (2/07/2025).

Saat sesi tanya jawab, Mercy bilang punya tiga dokumen resmi terkait kasus ini, yang salah satunya dokumen dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).

Sambil menahan tangis, Mercy menyebut tidak ada satu korban pun yang berani untuk berbicara karena depresi.

Sementara itu, ungkapan kesedihan Mercy direspons permintaan maaf dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon.

Baca Juga Rapat dengan Fadli Zon di Komisi X DPR, Fraksi PDIP Minta Proyek Penulisan Sejarah Distop di https://www.kompas.tv/nasional/602868/rapat-dengan-fadli-zon-di-komisi-x-dpr-fraksi-pdip-minta-proyek-penulisan-sejarah-distop

#dpr #fadlizon #pemerkosaan #tragedi1998

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/602931/pecah-tangis-anggota-dpr-cecar-fadli-zon-soal-pemerkosaan-massal-1998-indo-update
Transkrip
00:00Kita beralih ke sorotan lain, saudara anggota Komisi 10 Fraksi PDI Perjuangan, Mercy Christy, mencecar Menteri Kebudayaan Fadlizon.
00:08Dia meluapkan kesedihannya atas dugaan pemerkosaan masal tragedi 98 saat rapat dengar pendapat bersama Fadlizon.
00:18Ini terungkap di dalam rapat kerja bersama Kementerian Kebudayaan yang digelar di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
00:26Saat sesi tanya-jawab, Mercy bilang punya tiga dokumen resmi terkait kasus ini yang salah satunya dokumen dari Tim Gabungan Pencari Fakta atau TGPF.
00:36Sambil menahan tangis, Mercy menyebut tidak ada satu korban pun yang berani untuk berbicara karena depresi.
00:43Sementara ungkapan kesedihan Mercy di respons permintaan maaf dari Menteri Kebudayaan Fadlizon.
00:50Kita bangsa sendiri kenapa begitu berat menerima ini?
00:53Ini, kalau saya bicara ini kita sakit Pak.
00:58Saya termasuk bagian juga yang ikut mendatai itu testimoni.
01:02Testimoni sangat menyakitkan.
01:05Kita bawa itu testimoni dalam desingan peluru.
01:10Aduh, Bapak bicara dari tadi itu saya itu menahan.
01:15Menahan, sangat menahan.
01:17Dan bukan cuma kasus kekerasan 98.
01:20Bapak bilang TSM, Bapak bilang tidak terima yang masal.
01:25Pak, kebetulan sebagian besar itu satu etnis.
01:29Kita tidak ingin membuka sejarah kelam itu.
01:32Satu etnis.
01:33Kalau diaspora, bisa siapa saja satu etnis.
01:38Banyak cerita Pak.
01:40Satu kasus saja sudah banyak.
01:43Lebih dari satu kasus.
01:44Saya minta maaf.
01:53Kalau ini terkait dengan insensitifitas, dianggap insensitif.
01:57Tapi saya sekali lagi dalam posisi yang mengutuk dan mengecam itu juga.
02:03Dan ini tidak ada hubungan dengan kasus-kasus yang lain ya.
02:06Karena maksud saya di Maluku atau di Aceh saya tidak tahu.
02:10Tapi jelas, kita semua mengutuk hal-hal yang semacam itu.
02:15Dan mengecam segala macam kekerasan terhadap perempuan.
02:19Itu saya kira dalam posisi yang sama sekali tidak berbeda dalam soal hal itu.
02:24Nah, cuma secara spesifik tadi.
02:27Kalau ada sedikit perbedaan pendapat terkait dengan diksi itu.
02:31Yang menurut saya itu pendapat pribadi.
02:33Yang mungkin kita bisa dokumentasikan secara lebih teliti lagi ke depan.
02:39Ini adalah hal-hal yang mungkin bagian dari perbedaan-perbedaan data atau pendapat
02:46yang perlu kita lebih akurat lagi ke depan untuk mendatanya.
02:51Saya kira tidak ada maksud-maksud lain dan tidak ada kepentingan sebenarnya dalam hal ini
02:56untuk mereduksi kalau itu sudah menjadi sebuah kenyataan-kenyataan
03:02apalagi ada dukungan dengan hukum.
03:04Dan memang orang-orang perpetrator ini, orang-orang pelaku yang semacam itu
03:09sampai sekarang pun saya kira harusnya bisa dihukum.
03:11Terima kasih telah menonton!

Dianjurkan