Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin dulu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Prabowo menargetkan bangun 3 juta rumah per tahun.

Namun sederet persoalan membayangi mulai dari keterjangkauan, harga, lokasi hingga kualitas.

Fungsi dasar rumah layak huni pun jadi harapan publik, di luar kuantitas untuk mengatasi backlog perumahan.

Rumah 18 meter persegi mungkin mudah dibangun dan secara administratif dapat diklaim sebagai pencapaian.

Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruara Sirait blak-blakan soal batas ukuran minimum rumah subsidi jadi 18 meter persegi yang menuai polemik.

Menteri Maruara menyebut harga tanah di perkotaan jadi salah satu pertimbangan.

Kita bahas dengan Syaiful Huda, selaku Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PKB dan ada Elisa Sutanudjaja, Direktur Eksekutif Rujak Center for Urban Studies.

Baca Juga Hashim Djojohadikusumo Sebut Rencana Rumah Subsidi Jadi 18 Meter Persegi Masih Dikaji di https://www.kompas.tv/nasional/602066/hashim-djojohadikusumo-sebut-rencana-rumah-subsidi-jadi-18-meter-persegi-masih-dikaji

#rumahsubsidi #rumah18meter #prabowo

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/602786/polemik-rumah-subsidi-18-meter-persegi-hanya-kejar-target-3-3-juta-unit-sapa-malam
Transkrip
00:00Terima kasih.
00:30Terima kasih.
01:00Terima kasih.
01:30Terima kasih.
01:32Terima kasih.
01:59Terima kasih.
02:01Terima kasih.
02:03Terima kasih.
02:05Terima kasih.
02:07Terima kasih.
02:09Terima kasih.
02:11Terima kasih.
02:13Terima kasih.
02:15Terima kasih.
02:17Terima kasih.
02:19Terima kasih.
02:21Terima kasih.
02:23Terima kasih.
02:25Terima kasih.
02:27Terima kasih.
02:29Terima kasih.
02:31Terima kasih.
02:33Terima kasih.
02:35Terima kasih.
02:37Terima kasih.
02:39Terima kasih.
02:41Terima kasih.
02:43Terima kasih.
02:45Terima kasih.
02:47Terima kasih.
02:49Terima kasih.
02:51Terima kasih.
02:53Pada tahun 2023, Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS menunjukkan kekurangan rumah atau backlog di Indonesia masih berkisar 9,9 juta unit.
03:04Namun, berbagai sumber menyebut lebih dari 16 juta unit rumah di Indonesia kosong.
03:13Dari data Susenas BPS pada tahun 2024 menunjukkan ada sebanyak 1,9 juta lebih kekurangan rumah terjadi di wilayah pedesaan.
03:22Sementara untuk wilayah perkotaan, backlog atau kekurangan kepemilikan rumah mencapai 7,9 juta lebih.
03:32Untuk di wilayah Jakarta, menyadur data yang dimiliki Kementerian Pekerjaan Umum,
03:38dilihat dari jenis pekerjaan, pekerja non-formal mendominasi angka backlog, yakni sebesar 685.044 rumah tangga,
03:47di susul wira swasta sebesar 325.735 rumah tangga,
03:54dan di urutan terakhir ada pekerja formal yakni sebesar 52.710 rumah tangga.
04:03Rumah 18 meter persegi bisa menjadi simbol paling nyata yang terfokus pada kuantitas,
04:09yang hanya menciptakan kuantitas unit rumah namun tak bisa ditempati karena bangunannya yang sangat kecil.
04:17Elisa Sutanujaya, Eksekutif Direktur Rujak Center for Urban Studies mengatakan,
04:22rumah subsidi yang ukurannya makin kecil tidak bisa dihuni lebih dari satu generasi.
04:28Jadi kalau kasus Jakarta bukan soal tanahnya yang tidak ada,
04:34tapi ya harusnya di redevelop, orang yang tadinya rumahnya satu lantai,
04:38isinya cuma satu, ya diubah menjadi yang, apa, rumahnya menjadi yang,
04:43apa namanya, jadi empat lantai yang isinya bisa beberapa keluarga.
04:47Jadi terlihat aneh akibat dari desain yang dibuat pemerintah sendiri.
04:51Jadi misalnya, maksud saya contohnya gini, rusun awa kita makin lama makin kecil.
04:56Dari yang waktu jaman kemerdekaan, standarnya itu lima puluhan meter persegi tuh rusun.
05:02Atau rumah, rumah sehat.
05:04Makin lama makin kecil, makin kecil sekarang kalau misalnya rusun awa cuma tinggal ada yang 28 meter persegi.
05:09Itu otomatis nggak bisa multi-generasional family.
05:11Presiden Prabowo menargetkan bangun 3 juta rumah per tahun.
05:18Namun, sederet persoalan membayangi.
05:20Mulai dari keterjangkauan, harga, lokasi, hingga kualitas.
05:26Fungsi dasar rumah layak huni juga jadi harapan publik,
05:30diluar kuantitas untuk mengatasi backlog perumahan.
05:33Rumah 18 meter persegi mungkin mudah dibangun,
05:36dan secara administratif dapat diklaim sebagai pencapaian.
05:41Tim Liputan, Kompas TV
05:43Untuk membahas hal ini, sudah bersama kami,
05:49Anggota Komisi 5 DPR RI,
05:52dari fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Syaiful Huda,
05:54dan juga ada Eksekutif Direktur Ujjak Center for Urban Studies,
06:00Elisa Sutanujaya.
06:03Selamat malam, Bung Huda dan Mbak Elisa.
06:09Selamat malam.
06:11Ya, Mas Huda, selamat malam.
06:18Ya, kami masih mencoba menghubungi kedua narasumber kami.
06:23Ada anggota Komisi 5 DPR RI,
06:26dari fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Syaiful Huda,
06:28dan juga ada Eksekutif Direktur Ujjak Center for Urban Studies,
06:33Elisa Sutanujaya.
06:37Selamat malam, Bung Huda.
06:41Malam.
06:42Baik.
06:42Malam, malam.
06:43Baik, baik, Bung Huda.
06:44Ini saya langsung saja bahas soal rencana pemerintah yang akan menggulirkan rumah subsidi ya,
06:53di Jabodetabek seluas 18 meter persegi.
06:56Ini dengan ukurannya sebegitu sempit,
06:58apakah bisa memenuhi kebutuhan layak hunian yang ada di Jabodetabek, Mas Huda?
07:04Ya, ini bagian dari diri khusus yang kira-kira semangatnya ini bagian dari tantangan kita
07:15untuk menyediakan rumah terjangkau bagi masyarakat berpendapatan rendah,
07:23terutama rumah subsidi.
07:25Nah, tantangannya itu kira-kira gini, objektifnya itu.
07:28Yang pertama, terkait dengan gagasan rumah subsidi dengan besaran bangunan 18 meter,
07:41ini belum ada regulasinya.
07:44Jadi ini baru pada level diskusi, di level pemerintah,
07:48karena itu bantah-membantah ini dari banyak perspektif,
07:53saya kira perlu dikumpulkan oleh pemerintah,
07:57dan lalu nanti kita bawa di dalam rapat dengan Komisi 5
08:04terkait dengan usulan-usulan yang sedang berkembang.
08:08Ini yang pertama.
08:09Jadi belum ada regulasi yang menyatakan bahwa
08:14pemerintah sudah memutuskan 18 meter rumah subsidi.
08:19Nah, yang kedua,
08:20objektif yang pertama menyangkut soal pemerintah wajib menyediakan rumah yang terjangkau.
08:28Yang kedua adalah isu menyangkut soal
08:33bagaimana pemerintah yang akan memberikan rumah terjangkau itu
08:38harus memenuhi aspek yang pertama adalah terkait dengan aspek kenyamanan
08:45sebagai rumah hunian dan aspek fungsi sosial yang harus terus bisa berjalan dengan baik.
08:56Nah, pada konteks ini, dua objektif ini tidak bisa ditawar.
09:01Dua-duanya harus berjalan dan harus terlaksana dengan baik.
09:07Nah, karena itu isu menyangkut soal usulan 18 meter rumah subsidi ini
09:14saya tidak tinggal dilakukan jajak pendapat saja kepada publik
09:23publik yang punya hak untuk mendapatkan atau
09:29rumah subsidi ini.
09:35Nah, dijajak pendapat tidak terkait dengan usulan ini.
09:38Yang kedua, saya kira pemerintah mempercepat saja simulasinya.
09:42Dibikin dulu saja rumahnya.
09:45Nanti teman-teman para calon pembeli masyarakat NBR ini
09:52untuk melihat langsung apakah rumah dengan tipe 18 itu layak atau tidak.
09:59yang walaupun pada konteks regulasi memang belum ada.
10:07Standar yang dikeluarkan oleh World Bank pun juga tidak ada standar 18 itu.
10:17Kalau bicara soal regulasi, sebenarnya kan ada juga Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
10:23yang juga ditindaklanjuti dengan standar SNI sebenarnya
10:29tentang hunian layak ini 7,2 meter persegi per jiwa
10:34atau kalau misalnya standar WHO itu 9 meter persegi per jiwa.
10:38Yang Anda maksudkan ini spesifik untuk hunian 18 meter persegi.
10:42Tapi kalau mengacu ke Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011,
10:45sebenarnya kan sudah ada aturan itu untuk menentukan hunian layak.
10:48Betul, makanya saya bilang tadi regulasi terkait dengan tipe 18 ini belum ada.
10:58Oke.
10:59Jadi ini baru pada level wacana, di level pemerintah,
11:04di level kementerian perumahan dan kawasan permukiman.
11:08Karena itu kita sangat berharap di level pemerintah kompak dulu
11:13dengan Satgas, dengan Kementerian Perumahan,
11:23dan beberapa stakeholder lain yang terkait dengan pengadaan rumah subsidi ini.
11:30Nah, isu menyangkut kekompakan ini penting ya.
11:33Di tengah semua publik punya ekspektasi yang kuat,
11:38termasuk saya sendiri mendorong betul supaya
11:42backlog 12 juta rumah ini,
11:48ini bisa kita tuntaskan sampai 5 tahun ke depan.
11:53Dan pemerintah sedang punya rencana itu,
11:56karena ditargetkan per tahun akan membangun rumah 3 juta.
12:02Nah, pada konteks itu menjadi penting betul,
12:06kita kompak dulu, terutama di level pemerintah,
12:10memastikan berbagai isu yang tidak produktif,
12:16saya kira tidak perlu untuk dilanjutkan.
12:19Oke.
12:19Tadi Anda juga menyinggung soal masyarakat yang berperhasilan rendah.
12:23Nah, dengan rumah ukuran 18 meter persegi,
12:26yang dijual dengan harga 100 jutaan,
12:28ini masuk akal nggak dengan kemampuan masyarakat berpenghasilan rendah kita
12:33yang belum punya rumah, Mas Uda?
12:35Terkait dengan itu,
12:40beberapa survei termasuk selama ini,
12:44pemerintah bisa menyelenggarakan rumah subsidi hampir 250 ribu per tahun,
12:53itu relatif bisa terjangkau.
12:56Karena itu tema objektif terjangkau itu menjadi sangat penting.
13:00Karena fakta yang terjadi di lapangan hari ini kan,
13:04daya beli masyarakat kita turun.
13:07Termasuk para penggembang,
13:09para developer hari ini merasakan
13:12turunnya animo masyarakat berpendapatan rendah
13:17yang membeli rumah,
13:22membeli rumah subsidi.
13:23Nah, itu menjadi PR pada saat yang bersamaan.
13:26Tapi sekali lagi,
13:28hal terkait dengan isu yang sifatnya terjangkau dan layak huni,
13:36tidak bisa dikompromikan.
13:37Oke.
13:37Tidak bisa dikompromikan.
13:39Oke.
13:39Saya mau ke Bu Elisa Sutanujaya
13:42dari Executive Director Ujaks Center for Urban Studies.
13:46Selamat malam, Bu Elisa.
13:48Selamat malam.
13:50Ya, Bu Elisa,
13:50apakah rencana pemerintah bangun 3,3 juta rumah subsidi per tahun?
13:54Ini salah satu strateginya untuk
13:57dengan mengecilkan ukuran 18 meter,
13:59ini bisa relevan nggak dengan kebutuhan masyarakat kira-kira?
14:04Ya, menurut saya sangat tidak relevan ya.
14:13Ya, Bu Elisa.
14:14Ini saya juga menunjukkan bahwa ini ya.
14:17Halo.
14:18Ya, silakan.
14:18Silakan.
14:19Ya, menunjukkan kemalasan juga ya dari pemerintah untuk mengatasi masalah backlog itu.
14:28Kesannya bahwa hanya bisa dikecilkan, maka solusinya itu.
14:33Dan ini kelihatan sekali sangat didorong oleh developer ya,
14:38keinginan untuk mengecilkan itu.
14:40Karena kan orientasi developer adalah mencari keuntungan dari penjualan ya,
14:44dengan mengecilkan dan semakin terjangkau kepada kelas tertentu,
14:50maka dia pikir akan lebih appeal kepada orang-orang tersebut.
14:53Padahal kalau kita melihat data rumah subsidi yang bahkan belum dikecilkan ya,
14:59di Jawa Barat saja ada 123 ribu rumah subsidi yang tersedia.
15:07Sementara orang yang ingin beli di Jawa Barat itu cuma 50 ribuan.
15:12Berarti itu kan ada 85 ribu yang tidak ada calon penguninya gitu.
15:18Jadi itu bayangan bahwa dia itu tidak match gitu antara supply dan demand gitu.
15:24Yang dulu aja nggak laku gitu, apalagi dikecilkan lagi gitu.
15:29Nah, ini kan juga pemerintah bilang,
15:32sekarang ini sedang mengkaji lagi ukuran rumah subsidi.
15:34Tapi menurut Anda, apakah aspek ini lebih penting yang perlu dipertimbangkan
15:40dari sekedar ukuran atau kuantitas rumah?
15:44Kuantitas itu sebenarnya bisa ditingkatkan tanpa perlu mengecilkan.
15:49Tadi sempat ada suplikan wawancara saya ya,
15:55yang dimana kami sudah melakukan densifikasi gitu.
15:58Nah, itu misalnya tanah yang sama,
16:01yang tadinya luasnya cuma satu lantai,
16:05bertambah empat lantai dan seterusnya.
16:09Nah, itu berarti otomatis bisa menambah jumlah keluarga gitu.
16:14Dari satu lantai yang cuma satu keluarga,
16:15jadi empat keluarga, atau delapan keluarga, atau dua belas keluarga.
16:19Itu menambah supply juga gitu.
16:20Istilahnya kalau pemerintah usaha adalah vertikalisasi gitu.
16:24Oke, oke.
16:25Bung Huda, Mas Huda,
16:27kalau tadi Anda menyinggung soal kekompakan,
16:29kalau saya melihat,
16:31sepertinya ini juga belum ada kekomunikasi begitu.
16:33Nah, kira-kira komunikasi ini perlu dibangun juga,
16:36atau Komisi 5 juga akan membangun dialog dengan,
16:39apa namanya, para pihak-pihak terkait nggak?
16:42Misalnya, seperti melibatkan pengembang,
16:44asosiasi, apa namanya, real estate,
16:47dan juga para masyarakat yang ingin menghuni rumah ini nantinya.
16:53Tahu saya, dan kebetulan Komisi 5 juga sudah mengundang para stakeholder.
16:58Tapi memang temanya tidak terkait dengan gagasan terkait 18,
17:03tipe 18 ini.
17:05Itu dia.
17:07Jadi, sebagai sebuah isu gagasan,
17:10saya tadinya berharap model begini tidak perlu menjadi kursus di publik.
17:17Jadi, menurut saya tinggal duduk bersama satu meja
17:21dengan para stakeholder di level pemerintah
17:25untuk memastikan apakah gagasan ini relevan atau tidak.
17:31Itu diputuskan saja di dalam sebuah forum yang sifatnya duduk bersama,
17:37tertutup,
17:38dan lalu nanti suara,
17:40satu suara nanti disampaikan kepada publik,
17:42misalnya disimpulkan bahwa
17:45tipe 18 memang tidak layak
17:48sebagai sebuah rumah unian
17:51dan kemudian pemerintah konsen terhadap isu yang lain.
17:56Tiba ke jebak pada isu yang kontraproduktif.
18:00Terakhir saya ke Bu Alisa kalau gitu.
18:02Terakhir, Bu Alisa singkat,
18:03kalau dari Anda solusinya bagaimana?
18:05Apakah unian vertikal jadi solusi atau bagaimana?
18:10Kalau kami sebenarnya yang menyarankan agar pemerintah itu juga bernitra
18:14dengan masyarakat secara swadaya ataupun basisnya kooperasi gitu.
18:18Karena sampai hari ini yang menyediakan rumah terbesar adalah secara swadaya sampai 70%.
18:23developer itu di bawah 10%.
18:26Jadi bermitra lah sama masyarakat.
18:28Oke, baik.
18:30Kalau begitu ini memang harus duduk bersama sepertinya.
18:33Seperti yang dikatakan Bu Huda tadi,
18:34tidak hanya pemerintah dan DPR,
18:36tapi juga stakeholders lain seperti Real Estate
18:38dan juga calon-calon penghuni rumah itu sendiri
18:41yang memiliki pengaruh
18:44bagaimana menilai bahwa rumah itu layak atau tidak
18:48untuk dihuni, terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah.
18:50Baik, terima kasih.
18:51Semoga ada solusi ke depan.
18:52Bu Huda dan Ibu Elisa telah bergabung di Sapa Indonesia Malam hari ini.
18:58Sampai jumpa lagi, selamat malam.
19:00Malam.
19:01Saudara, setelah jeda masih ada sorotan lainnya
19:03yang menarik untuk Anda simak di Sapa Indonesia Malam tetap bersama kami.
19:16Bufa, hadiah miliaran!
19:22Sampai jumpa lagi.

Dianjurkan