Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin dulu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Rapat kerja Komisi X DPR bersama Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, diwarnai orasi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).

Aksi orasi ini dilakukan sebagai bentuk kritik kepada Fadli Zon yang menyebut tidak ada pemerkosaan massal dalam tragedi kerusuhan 1998.

KontraS menuntut Fadli Zon meminta maaf kepada publik dan menolak penulisan sejarah ulang yang saat ini sedang dikaji oleh Kementerian Kebudayaan.

Baca Juga Ekspresi Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Dituntut 7 Tahun Penjara Kasus Harun Masiku | iNDO UPDATE di https://www.kompas.tv/nasional/603096/ekspresi-sekjen-pdi-p-hasto-kristiyanto-dituntut-7-tahun-penjara-kasus-harun-masiku-indo-update

#fadlizon #penulisansejarah #tragedi1998 #pemerkosaanmassal

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/603098/polemik-fadli-zon-tragedi-pemerkosaan-1998-hingga-penulisan-ulang-sejarah-indo-update

Kategori

🗞
Berita
Transkrip
00:00Kita ke informasi lain, rapat kerja Komisi 10 DPR bersama Menteri Kebudayaan Fadlizon
00:04diwarnai orasi komisi untuk orang hilang dan korban tindak kekerasan kontras.
00:10Aksi orasi ini dilakukan sebagai bentuk kritik kepada Fadlizon
00:13yang menyebut tidak ada pemerkosaan masal dalam tragedi kerusuhan 1998.
00:18Dan informasi ini sekaligus menutup Indonesia Update hari ini.
00:21Saya Ihsan Sitorus pamit, sampai jumpa.
00:30Komisi untuk orang hilang dan korban tindak kekerasan kontras berorasi saat rapat kerja Komisi 10 DPR bersama Menteri Kebudayaan Fadlizon.
00:45Aksi orasi ini dilakukan sebagai bentuk kritik kepada Menteri Kebudayaan Fadlizon
00:49yang menyebut tidak ada pemerkosaan masal dalam tragedi kerusuhan 1998.
00:55Kontras menuntut Fadlizon meminta maaf kepada publik dan menolak penulisan sejarah ulang
01:02yang saat ini sedang dikaji oleh Kementerian Kebudayaan.
01:07Sementara dalam ruang sidang, anggota Komisi 10 Fraksi PDI Perjuangan, Mercy Christy,
01:13mencecar Menteri Kebudayaan Fadlizon.
01:17Anggota Dewan ini mengaku punya tiga dokumen resmi terkait kasus ini
01:21yang salah satunya merupakan dokumen dari tim gabungan pencari fakta pemerkosaan masal 98.
01:28Kita maksud sendiri, kenapa begitu berat menerima ini?
01:34Ini sih, kalau saya bicara ini kita sakit, Pak.
01:37Saya termasuk bagian juga yang ikut mendatai itu testimoni.
01:42Testimoni sangat menyakitkan.
01:45Kita itu testimoni dalam desingan peluru.
01:50Aduh, Bapak bicara dari tadi itu saya itu menahan.
01:54Menahan, sangat menahan.
01:57Dan bukan cuma kasus kekerasan 98.
02:00Bapak bilang TSM, Bapak bilang tidak terima yang masal.
02:05Pak, kebetulan sebagian besar itu satu etnis.
02:09Ini kita tidak ingin membuka sejarah kelam itu.
02:11Satu etnis.
02:12Kalau diaspora, bisa siapa saja satu etnis.
02:18Banyak cerita, Pak.
02:20Satu kasus saja sudah banyak.
02:22Lebih dari satu kasus.
02:24Saya kenapa?
02:24Tuh, duh.
02:25Kalau, kalau.
02:26Ya, bentar dulu.
02:28Perubahannya 52.
02:31Ungkapan kesedihan anggota parlemen ini pun direspon permintaan maaf dari Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.
02:38Kalau, saya minta maaf.
02:41Kalau ini terkait dengan insensitifitas, dianggap insensitif.
02:45Tapi saya sekali lagi dalam posisi yang mengutuk dan mengecam itu juga.
02:50Dan ini tidak ada hubungan dengan kasus-kasus yang lain ya.
02:55Cuma secara spesifik tadi, kalau ada sedikit perbedaan pendapat terkait dengan diksi itu.
03:01Yang menurut saya itu pendapat pribadi ya.
03:04Yang mungkin kita bisa dokumentasikan secara lebih teliti lagi ke depan.
03:08Ini adalah hal-hal yang mungkin bagian dari perbedaan-perbedaan datang pendapat.
03:16Kita lebih akurat lagi ke depan untuk mendatang.

Dianjurkan