Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • 25/6/2025
JAKARTA, KOMPAS.TV - Meski harga minyak mentah dunia naik karena perang pecah di Timur Tengah, sektor hulu atau produsen minyak tidak selalu "happy".

Gejolak harga minyak justru membuat rencana bisnis berantakan karena berubah-ubahnya asumsi di masa depan.

Sampai 25 Juni, harga minyak mentah jenis Brent yang jadi acuan Indonesia terus bergerak naik turun, terutama jika Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan pernyataan.

Setelah terbang tinggi nyaris ke 80 Dolar per barel, minyak mentah kembali melandai.

Produsen atau perusahaan hulu migas bilang, kenaikan harga minyak mentah tak serta merta memberikan keuntungan besar bagi industri.

Sebab, harga logistik dan pendukungnya juga terkerek naik. Yang lebih disukai oleh sektor hulu adalah harga minyak mentah yang stabil.

Tidak ada perang pun, Indonesia sebenarnya bergulat dengan declining rate atau laju penurunan produksi minyak karena sumur yang makin tua.

Meski produksi dalam negeri makin berat, ternyata pemerintah tidak mengubah target 1 juta barel di tahun 2030.

Di Indonesia, asumsi harga minyak mentah dalam APBN tahun ini adalah 82 Dolar Amerika Serikat per barel.

Meskipun realisasinya, harga minyak Indonesia atau ICP ada di level 60-an Dolar Amerika Serikat.

Sedangkan, target lifting atau produksi minyak sesuai APBN adalah 605 ribu barel per hari, meski realisasinya ada di sekitar 573 ribu barel per hari.

Fluktuasi harga minyak mentah dunia juga memengaruhi hitungan bisnis di masa depan. Kondisi ini sangat berisiko bagi sektor hulu karena migas adalah industri padat modal.

Fluktuasi harga minyak menjadi keniscayaan yang selalu masuk dalam perhitungan produsen.

Faktor terbaru yang terjadi saat ini adalah Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang kerap mengeluarkan pernyataan tak terduga dan menggerakkan pasar.

Baca Juga Tiongkok-Rusia Desak Gencatan Senjata, Iran Pertimbangkan Tutup Selat Hormuz di https://www.kompas.tv/internasional/601413/tiongkok-rusia-desak-gencatan-senjata-iran-pertimbangkan-tutup-selat-hormuz

#selathormuz #lifting #minyakdunia

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/601567/harga-minyak-naik-turun-bisakah-ri-wujudkan-target-lifting-1-juta-barel-meski-sumur-menua
Transkrip
00:00Apakah permintaan Menteri ESDM Bahli Lahadalia yaitu mengerek produksi minyak dalam negeri mudah diwujudkan?
00:07Kalau usia sumur Indonesia semakin tua, yang pasti asumsi dan rencana bisnis sektor hulu migas mendadak perantakan saat harga minyak berfluktuasi.
00:16Jika tidak ada faktor perang Iran, Indonesia pun menghadapi tantangan mengejar target produksi atau lifting.
00:23Meski harga minyak mentah dunia naik karena pecah perang di Timur Tengah, sektor hulu atau produsen minyak tidak selalu happy.
00:35Gejolak harga minyak justru membuat rencana bisnis berantakan karena berubah-ubahnya asumsi di masa depan.
00:42Sampai 25 Juni harga minyak mentah jenis pran yang jadi acuan Indonesia terus bergerak naik turun, terutama jika Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan pernyataan.
00:53Setelah terbang tinggi nyaris ke 80 dolar per barel, minyak mentah kembali melandai.
00:59Produsen atau perusahaan hulu migas bilang kenaikan harga minyak mentah tak serta-merta memberikan keuntungan besar bagi industri.
01:06Sebab harga logistik dan pendukungnya juga terkerek naik.
01:09Yang lebih disukai oleh sektor hulu adalah harga minyak mentah yang stabil.
01:14Saya sih berharap ya supaya perang di bagian lain di dunia ini itu bisa secepatnya meredah dan kembali ada understanding yang baik ya.
01:27Sehingga untuk industri migas itu juga akan mempermudah ya karena isu-isu harga minyak naik dan kemudian nanti turun.
01:35Jadi gejolak-gejolak yang sangat variatif harga minyak ini jangan ada deh supaya perencanaan untuk boleh eksplorasi, cari minyak dan gas lagi dan untuk mengembangkannya itu bisa berdasarkan asumsi-asumsi yang lebih baik.
01:51Karena kalau banyak gejolak kan asumsinya juga jadi gak karu-karuan kan.
01:56Nah itu yang hal-hal yang saya harapkan dunia kita lebih aman deh.
02:03Tidak ada perang pun Indonesia sebenarnya bergulat dengan declining rate atau laju penurunan produksi minyak karena sumur yang makin tua.
02:11SKK Migas bilang bukan hal mudah untuk mencari tambahan produksi jika tidak ada upaya strategis.
02:16Dari sisi itu tentu saja kita juga harus menyadari yang namanya industri atau kondisi sumur yang ada di Indonesia itu memang sumur-sumur tua.
02:31Sudah berproduksi puluhan tahun.
02:34Ya kembali lagi kalau umpamanya we do nothing itu decline rate-nya akan menjadi luar biasa.
02:40Nah makanya memang kita kemarin juga sudah disebutkan oleh Pak Menteri.
02:46Bahwa kita membutuhkan kolaborasi dengan pihak-pihak yang bisa membawa teknologi untuk mengangkat itu tadi.
02:55Mengangkat atau mempertahankan produksi atau menahan dari sisi decline rate.
03:01Sumur-sumur tua yang mungkin para K3S tidak berminat untuk mengoperasikannya.
03:10Kalau memang itu masih ada potensinya itu ya silakan aja dikembalikan kepada pemerintah.
03:16Meski produksi dalam negeri makin berat, ternyata pemerintah tidak mengubah target 1 juta barel di tahun 2030.
03:25Di Indonesia, asumsi harga minyak mentah dalam APBN tahun ini adalah 82 dolar AS per barrel.
03:32Meskipun realisasinya, harga minyak Indonesia atau ICP ada di level 60-an dolar AS.
03:38Sedangkan target lifting atau produksi minyak sesuai APBN adalah 605 ribu barrel per hari.
03:44Meski realisasinya ada di sekitar 573 ribu barrel per hari.
03:49Pada beberapa kesempatan juga saya mendampingi Bapak Menteri SDM, target kita untuk lifting minyak per hari.
04:04Sampai saat ini kami masih tetap pada sasaran untuk mencapai 1 juta barel per day.
04:12target kita di antara tahun 2028 dan 2029.
04:18Itu dengan demikian memang kemarin ada beberapa wilayah kerja yang akan segera dilelang.
04:25Begitu juga kita perlu untuk meningkatkan kerjasama dan strategic partnership dengan para investor dari luar negeri termasuk National Oil Company
04:39untuk meningkatkan eksplorasi.
04:46Karena kalau kita berbicara tentang peningkatan lifting namun tidak ditambah dengan eksplorasi untuk mencari sumber temuan baru
04:59tentunya akan sangat sulit bagi kita untuk mencapai target tersebut.
05:04Karena kita mengetahui natural decline dari sumur-sumur kita saat ini yang sudah masuk dalam kategori mature fields itu bisa sampai kurang lebih 20% per tahun penurunannya.
05:21Fluktuasi harga minyak mentah dunia juga mempengaruhi hitungan bisnis di masa depan.
05:26Kondisi ini sangat beresiko bagi sektor hulu karena migas adalah industri padat modal.
05:30Sebenarnya di migas itu kan apalagi kita yang upstream ini, tantangannya adalah ya selalu ada risiko.
05:39Risiko mulai dari risiko eksplorasi.
05:42Kalau kita eksplorasi kita lakukan seismik, kita lakukan drilling yang eksplorasi,
05:49itu kan chance ketemunya itu istilahnya siapa yang tahu gitu walaupun secara perhitungan, teori dan ini kita sudah dapatkan.
05:57Tahu-tahu misalnya kita dapat gasnya atau minyaknya ternyata terlalu tight gitu, reservoirnya nggak bisa ngalir atau ini.
06:04Jadi karena risiko yang tinggi itu dan butuh modal yang besar di dalam orang melakukan drilling aja harga satu sumur itu,
06:14ya tergantung di mana sih gitu.
06:16Tapi kalau kita eksplorasi mungkin di laut itu bisa lebih dari 20 juta dolar satu sumur.
06:21Bahkan kalau laut dalam itu udah 50 juta ke atas satu sumur.
06:25Jadi padat modal, sangat padat modal.
06:29Nah kayak tadi proyek Forel dan Terubuk itu ya sekitar 600 juta dolar.
06:36So that's sangat mahal ya gitu itu aja.
06:41Jadi makanya kita mengharapkan itu semoga bisa kasih return yang baik.
06:44Faktor terbaru yang terjadi saat ini adalah Presiden Amerika Serikat Donald Trump
06:50yang kerap mengeluarkan pernyataan tak terduga dan menggerakkan pasar.
06:54Di Amegasari Anjaya, Tim Liputan, Kompas TV

Dianjurkan