- hari ini
KOMPAS.TV - Gencatan senjata antara Iran dan Israel yang diumumkan pada 24 Juni lalu menjadi titik balik dari konflik panas yang sempat mengguncang kawasan Timur Tengah.
Di tengah ketidakpastian perang Iran Israel, sebagian Warga Negara Indonesia (WNI) yang tengah menempuh pendidikan di Iran memutuskan untuk pulang ke Tanah Air.
Namun, tak sedikit pula WNI yang memilih untuk tetap tinggal di Iran. Simak dialog KompasTV bersama dua mahasiswa Indonesia di Iran dengan keputusan berbeda: Herry Supriono, yang memilih pulang, dan Halimatussadiyah, yang tetap bertahan di Kota Qom, Iran.
Sisi lain dari bertahan di zona perang juga dirasakan oleh para jurnalis yang meliput langsung dari tengah medan konflik. Untuk membahas perspektif tersebut, KompasTV juga membahas bersama Musthafa Abdul Rahman, eks jurnalis Harian Kompas yang pernah meliput di wilayah perang.
Baca Juga Bahas Kesepakatan Nuklir, Presiden AS Donald Trump Temui Delegasi Iran? di https://www.kompas.tv/internasional/602219/bahas-kesepakatan-nuklir-presiden-as-donald-trump-temui-delegasi-iran
#perangiranisrael #iran #teheran #wni
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/internasional/602221/full-gencatan-senjata-iran-israel-begini-cerita-mahasiswa-wni-yang-pulang-dan-bertahan
Di tengah ketidakpastian perang Iran Israel, sebagian Warga Negara Indonesia (WNI) yang tengah menempuh pendidikan di Iran memutuskan untuk pulang ke Tanah Air.
Namun, tak sedikit pula WNI yang memilih untuk tetap tinggal di Iran. Simak dialog KompasTV bersama dua mahasiswa Indonesia di Iran dengan keputusan berbeda: Herry Supriono, yang memilih pulang, dan Halimatussadiyah, yang tetap bertahan di Kota Qom, Iran.
Sisi lain dari bertahan di zona perang juga dirasakan oleh para jurnalis yang meliput langsung dari tengah medan konflik. Untuk membahas perspektif tersebut, KompasTV juga membahas bersama Musthafa Abdul Rahman, eks jurnalis Harian Kompas yang pernah meliput di wilayah perang.
Baca Juga Bahas Kesepakatan Nuklir, Presiden AS Donald Trump Temui Delegasi Iran? di https://www.kompas.tv/internasional/602219/bahas-kesepakatan-nuklir-presiden-as-donald-trump-temui-delegasi-iran
#perangiranisrael #iran #teheran #wni
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/internasional/602221/full-gencatan-senjata-iran-israel-begini-cerita-mahasiswa-wni-yang-pulang-dan-bertahan
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Senjata antara Iran dan Israel yang diumumkan pada 24 Juni lalu menjadi titik balik konflik panas yang sempat mengguncang Timur Tengah.
00:08Di tengah ketidakpastian itulah sebagian WNI yang menempuh pendidikan di Iran memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
00:15Tapi tak sedikit pula warga Indonesia kita yang memilih tinggal atau tidak meninggalkan Iran.
00:22Malam hari ini kami akan mengundang mahasiswa di Iran yang memutuskan untuk pulang yaitu ada Harry Supriyono
00:27dan ada Halimatu Sadiah mahasiswi Indonesia yang memilih ini tetap berada di kota kom Iran.
00:35Selamat malam Mas Heri.
00:38Halima selamat malam.
00:39Halima malam.
00:42Saya bukan mahasiswa.
00:47Mas Heri ini adalah pekerja ya Mas ya?
00:50Oh maha karya berarti.
00:53Ya kan banyak menghasilkan karya kalau pekerja ya.
00:55Baik Mbak kita ke Mbak Halimah dulu.
00:59Mbak situasi di kota Khum saat ini berapa jam jarak antara Khum ke Teheran ini Mbak?
01:08Ya jarak dari kota Khum ke Teheran itu kalau naik bus kota itu sekitar 2 jaman lah paling lama.
01:14Kondisinya gimana Mbak di Khum itu sekarang?
01:20Kondisinya di kota Khum ini normal-normal saja.
01:24Saya sempat juga melihat TK itu buka ya.
01:28Mereka keluar dan masuk di jemput orang-orangnya juga.
01:32Cuma ini karena lagi ada peringatanmu haram, kota agak sepi.
01:36Dan mereka biasanya berkumpul kayak di rumah masing-masing atau di masjid atau di haram
01:42untuk memperingati kematian Husein Cucu Rasulullah.
01:46Oke Mbak Ijin, di sana sekarang jam berapa Mbak?
01:51Sekarang di sini sekitar jam tengah lima atau jam empatan lah.
01:57Oh sore ya.
01:58Beda sekitar 2 jaman.
02:00Ya, ini Mbak kan berita terbaru bahwa saya ada pengumuman genjatan senjata.
02:05Perasaan Mbak sendiri dan teman-teman di sana gimana Mbak dengan adanya genjatan senjata itu?
02:11Ya, Alhamdulillah dengan adanya genjatan senjata kami jadi bisa komunikasi lagi dengan keluarga
02:18karena dengan adanya perang kemarin komunikasi internet internasional itu dimatikan
02:24dan hanya bisa menggunakan internet lokal.
02:26dan kami kesulitan untuk berhubungan dengan keluarga.
02:29Dengan adanya pijatan senjata, internet sudah makin dilonggarkan.
02:34Jadi kami bisa berhubungan kembali dengan keluarga.
02:37Berarti sedikit demi sedikit aktivitas sudah mulai pulih kembali ya Mbak ya?
02:43Ya, Alhamdulillah kalau dikum dari kemarin sih normal-normal aja
02:46karena dia mungkin tidak mendapatkan serangan dari Israel.
02:51Karena itu jadi berbeda dengan tentang.
02:53Oh, jadi sebenarnya yang fokus pada saat terjadinya perang itu, ini fokusnya di Teheran ya Mbak ya?
03:01Bukan dikum ya?
03:03Jadi tidak merasakan gitu?
03:06Oke, ya.
03:06Iya, dikum kami tidak merasakan serangan sama sekali.
03:12Mungkin ada beberapa kabar, tapi saya pernah bertanya kepada teman saya yang tinggal di bagian kum yang lain.
03:18Katanya tidak ada, tidak mendapatkan serangan.
03:21Yang ada itu hanya di sekitaran pinggiran kum mungkin ya.
03:24Oke.
03:24Bukan di kota kumnya sendiri.
03:26Siap, baik. Terima kasih.
03:27Ijin Mbak Halimah kita bergeser ke Mas Heri terlebih dahulu ya.
03:31Halo Mas Heri.
03:34Halo, ya Mas.
03:35Oke, Mas Heri sendiri tinggal di Iran waktu itu. Sudah berapa lama waktu itu?
03:42Ada 16 tahun mungkin, Mas.
03:44Oh, lama sekali.
03:48Berarti di sana itu mulai kerja selama 16 tahun atau dari kuliah atau gimana Mas Heri?
03:53Ya, dari kuliah Mbak terus bekerja di sana.
03:55Oke, nah yang membuat Mas Heri waktu itu ya, kita flashback ke belakang, memutuskan untuk belajar di Iran dan kemudian menetap di sana selama 16 tahun itu apa kira-kira apa?
04:09Memilih Iran menjadi tempat studi.
04:14Iya, karena di Iran adalah, Iran ini adalah negara unik ya Mas ya.
04:18Dia mandiri, dia memiliki sistem pemerintahan yang berbeda dengan kebanyakan negara lain, dia demokrasi religius.
04:26Itu hampir tidak ada di dunia selain di Iran dan itu menjadi daya tarik dia sendiri.
04:32Dan saya juga waktu kuliah di Indonesia mengambil jurusan ekonomi dan tertarik dengan ekonomi Islam yang menjadi bidang studi di Iran.
04:44Sehingga saya memutuskan untuk belajar di sana.
04:47Nah, ini yang mungkin menjadi kebalikan ya.
04:50Kalau Mbak Halima 2 bulan dan tetap memilih untuk tetap di sana, nah justru Mas Heri ini sudah 16 tahun tapi justru memilih untuk meninggalkan Teheran atau meninggalkan Iran.
05:02Iran, apa yang menjadi alasan dari Mas Heri?
05:06Ya, lebihnya saya kepada masalah keluarga ya Mas ya.
05:10Istri dan anak karena kita tinggal di Teheran yang menjadi target utama serangan Israel.
05:16Tidak seperti di Guom atau kota-kota lain.
05:19Teheran itu hampir setiap malam itu terdengar suara-suara ledakan seperti itu.
05:24Walaupun memang kalau kita keluar kita tidak menyaksikan bekas-bekas udal di jalanan gitu.
05:29Tidak ada hanya suara-suara ledakan itu terdengar cukup keras setiap malam begitu.
05:35Dan keluarga kami ya, istri anak itu merasa terdengar.
05:41Jadi was-was takut ya, jadi akhirnya memilih pulang gitu ya Mas ya.
05:44Dan saya mengkhawatirkan efek trauma seperti itu bagi mereka.
05:49Mas Heri, kan 16 tahun nih berada di Iran ya Mas Heri.
05:52Pasti Mas Heri tahu betul begitu pada saat sebelum perang kemarin Iran-Israel dan juga sesudah apa yang paling berdampak besar yang paling dirasakan Mas?
06:00Mas, misalnya bangunan banyak yang runtuh atau banyak yang trauma atau seperti apa Mas Heri?
06:06Bangunan tidak banyak yang runtuh Mas, tidak seperti yang dibayangkan.
06:10Hanya beberapa titik saja yang kemudian bisa kita lihat dampak dari rudal Israel.
06:15Seperti misalnya di perumahan dosen, ilmuwan nuklir itu terlihat.
06:20Tapi itu juga tidak runtuh, hanya sebagian saja.
06:22Kemudian kantor media nasional Iran yang terkena juga yang sempat viral itu di media,
06:29yang ketika siaran di bom itu lantai 4 saja.
06:33Itu yang kita lihat terus depot bahan bakar di dekat kami tinggal, mungkin sekitar 7-10 kg gitu.
06:40Itu juga terlihat sisanya kita tidak melihat gedung-gedung rusak apa seperti itu tidak.
06:47Yang kita saksikan lebih jelas adalah kelengangan jalan, kemudian tokoh-tokoh yang sebagian tutup
06:54karena memang mereka memilih tutup karena warga sebagian sudah pindah ke kota lain untuk sementara.
07:00Oke, berarti pada saat kemarin mengalami perang selama 12 hari ya Mas Sar,
07:10waktu itu susahnya, susah nggak untuk makan, untuk keluar, atau memilih untuk di dalam rumah saja?
07:17Karena itu tadi kan di Teheran mencekam sekali suasananya kala itu.
07:21Tidak mencekam sekali sih Mbak, kami kesulitan juga mendapatkan makanan warung-warung masih buka
07:28di hari pertama, kedua, hingga sampai pertengahan mungkin itu tetap buka.
07:33Dan kami dalam menyediakan kebutuhan sehari-hari tidak mengalami kesulitan.
07:40Apalagi yang penyedia jasa online itu banyak yang menawarkan untuk mengantarkan sampai ke rumah.
07:47Oke, nah nanti kita akan berbincang lagi ya Mas Akbar ya bersama dengan warga negara kita
07:54yang masih memilih untuk tetap berada di Iran dan juga di Indonesia yang akhirnya pulang.
07:58Lebih lengkapnya nanti kita akan kembali lagi di Sampai Indonesia Malam akhir pekat.
08:02Saudara sisi lain bertahan di zona perang ternyata tidak hanya dialami oleh warga
08:07tapi juga jurnalis yang meliput di tengah perang.
08:11Seperti apa sebenarnya pada saat jurnalis ini meliput di tengah konflik begitu ya
08:16kita akan membahas bersama dengan ex-jurnalis harian Kompas
08:21yang pernah meliput perang bersama Mustafa Abdul Rahman.
08:25Selamat malam Pak Mustafa.
08:27Dan juga ini kita punya warga negara Indonesia yang sudah tiba kalau tadi ada by Zoom.
08:33By Zoom ya.
08:34Sekarang kita...
08:34Kehadiran langsung Mas Fakih ya.
08:37Mas Taki.
08:38Mas Taki ya Mas Taki.
08:39Mas Taki ya Mas Taki yang Alhamdulillah sudah nyampe hari?
08:43Hari Kamis.
08:44Hari Kamis sudah nyampe di sini.
08:46Oke sebelumnya Pak Mustafa.
08:47Pak Mustafa berapa tahun dulu menjadi seorang wartawan?
08:51Saya sekitar 30 tahun.
08:5330 tahun mulai.
08:54Sekitar tahun 1991 sampai 2022.
08:58Oh 2022.
08:59Nah pengalaman meliput perang apa saja yang pernah dialami oleh Pak Mustafa.
09:04Nah ini karena isu yang paling hot.
09:07Ya.
09:08Ini adalah isu Iran.
09:10Iran.
09:10Maka saya ingin menyampaikan ketika saya dua kali melakukan tugas jurnalistik ke Iran.
09:19Yang pertama yaitu pada tahun 2009.
09:22Sudah lama ya.
09:23Sudah 16 tahun yang lalu.
09:25Ya.
09:27Meliput pemilu Iran saat itu.
09:29Ya.
09:29Yang dimenangkan oleh Ahmadinejad.
09:32Ya.
09:33Kemudian yang kedua berkunjung lagi ke Iran.
09:37Tugas jurnalistik juga.
09:39Ya.
09:39Meliput pemilu juga.
09:40Pada tahun 2013.
09:42Ya.
09:43Yang dimenangkan oleh Hasan Rohan.
09:46Ya.
09:47Yang pertama ini agak.
09:50Agak ini agak apa namanya menarik.
09:52Ya.
09:53Karena pada pemilu tahun 2009 yang dimenangkan oleh Ahmadinejad.
09:59Yang itu adalah kandidat dari kubu konservatif.
10:03Ya.
10:04Dan lawannya saat itu adalah Sir Hussein Musawi.
10:08Dari kubu reformis.
10:11Kubu moderat.
10:11Oke.
10:12Pada awal-awal pengumuman pemilu itu.
10:16Kan seperti di sini.
10:17Jadi perhitungan itu dari provinsi ke provinsi.
10:20Ketika awal-awal itu.
10:22Mir Hussein Musawi yang dari kubu moderat ini selalu menang.
10:26Oh ya.
10:27Wah.
10:28Pendukungnya saat itu berserak-serak ya.
10:31Sampai turun ke jalan.
10:32Tapi tiba-tiba di akhir disalip.
10:36Seolah Ahmadinejad ini suaranya.
10:40Ibaratnya pendatang baru disalip gitu ya.
10:42Bukan pendatang baru.
10:43Bukan pendatang baru.
10:45Sini inkaben sebetulnya.
10:46Oh inkaben juga.
10:47Yang Ahmadinejad kan.
10:48Yang pendatang baru ini yang Hussein Musawi.
10:51Yang dari kubu moderat.
10:53Ketika pemumuman hasil pemilu.
10:55Awal-awalnya masih dimenangkan oleh Hussein Musawi.
10:59Sehingga dari kubu reformasi itu berserak-serak ya.
11:04Sampai turun ke jalan.
11:05Tapi tiba-tiba pada penghitungan suara terakhir.
11:09Ahmadinejad ini menyalip ke Hussein Musawi.
11:12Sehingga hasil finalnya dimenangkan oleh Ahmadinejad.
11:16Kontan pada waktu itu terjadi kurusuan.
11:18Kontan Teheran itu.
11:19Dan saya sebagai saksi pada waktu kurusuan.
11:22Mulai mempar batu.
11:23Apa namanya.
11:24Nyerang toko-toko.
11:26Membuah karban gitu kan.
11:27Rusak Teheran itu.
11:28Sehingga aparat keamanan turun di jalan.
11:32Tapi tidak beberapa lama bisa diatasi.
11:35Oh oke.
11:36Baik nanti kita akan lanjutkan ngobrol.
11:38Mengenai bagaimana situasi.
11:40Pada saat itu ya.
11:41Pada saat itu istilahnya.
11:42Dan juga bagaimana sebenarnya.
11:44Dinamika politik dalam negeri di Iran sendiri.
11:47Nah itu yang menganjutkan ini.
11:49Nanti akan kita ngobrol ya.
11:51Nanti masih panjang.
11:51Dan juga dalam geopolitik posisi Iran itu bagaimana.
11:55Kita akan lebih ngobrol.
11:55Tapi kita lanjut terlebih dahulu ke Mas Heri.
11:59Masih bersama kami.
12:00Oke.
12:01Nah Mas Heri mungkin bisa diceritakan.
12:04Perjalanan ini Mas.
12:05Hingga akhirnya Mas sampai di tanah air.
12:08Serunya atau istilahnya bukan serunya ya.
12:10Ya seru dalam kalangan.
12:11Bagaimana perjuangannya Mas.
12:13Hingga sampai Alhamdulillah di tanah air kembali.
12:16Silahkan.
12:18Ya pada hari Jumat lalu.
12:20Minggu lalu.
12:21Kita berangkat dari Teheran bersama-sama dengan rombongan yang lain.
12:27Sekitar 4 bis.
12:28Kita berangkat menuju pos perbatasan Astara di perbatasan Iran Azerbaijan.
12:35Di situ sepanjang perjalanan tidak ada hambatan apapun dan kita sampai di pos perbatasan.
12:43Di situ mengantri agak lama karena memang ada rombongan lain dari negara lain yang berusaha keluar dari Iran juga.
12:49Nah setelah beberapa jam akhirnya kita bisa masuk ke Baku Azerbaijan.
12:56Kemudian disambut oleh kita besar Indonesia untuk Iran.
13:00Yang saat itu menyambut kami di Baku.
13:02Lalu kita dibawa dari perbatasan ke kota Baku dan tinggal di salah satu hotel di kota tersebut.
13:10Selama 2 malam kami menginap di sana.
13:12Karena kemudian menanti untuk mendapatkan tiket menuju Indonesia yang awalnya harus bertransit dulu di Doha.
13:21Sebagian transit di Doha, sebagian transit di Turki dan sebagian di negara lain.
13:27Dan saya ke bagian gelombang pertama, kloter pertama.
13:31Saya harus transit di Doha sebelum ke Indonesia.
13:35Pada saat kita terbang menuju Doha dari Baku.
13:39Di tengah perjalanan sebelum sampai ke Doha, pilot pesawat mengumumkan bahwa bandara Doha ditutup karena Iran melakukan serangan ke pangkalan militer Amerika Serikat.
13:51Sehingga saat itu kami terpaksa mendarat darurat di bandara Jeddah.
13:57Dan kita menunggu selama 7 jam di bandara Jeddah, menunggu bandara buka kembali dan akhirnya bisa menuju ke Doha.
14:03Artinya perjuangan sekali ya mas ya untuk sampai ke Indonesia ya mas ya?
14:09Betul-betul mbak, ya.
14:11Kalau ya itu tadi ceritanya mas Heri.
14:17Tapi saya mau kembali lagi ke mbak Halimantus.
14:19Mbak Halimantus kalau sekarang kan keadaannya ya sudah lebih tenang ya mbak ya?
14:24Bisa dikatakan seperti itu.
14:25Nah sekarang berarti artinya aktivitas dari warga sendiri sudah bisa beraktivitas normal kah?
14:30Kalau di Tehran juga katanya sudah normal.
14:38Tadi teman saya barusan berangkat dari Kung ke Tehran.
14:42Mereka sudah berkali-kali ke asrama mengambil barang yang dibutuhkan.
14:47Dan memang katanya sudah mulai normal.
14:51Kalau ke bandara sendiri, bandara kan kemarin sempat ditutup ya bandara Iran.
14:55Kalau sekarang sudah dibuka?
14:56Saya masih kurang tahu informasinya, cuma kata teman saya tadi seperti yang belum dibuka.
15:05Oke.
15:06Nah, halo.
15:08Masih dengar mbak ya?
15:09Halo.
15:10Nah mbak, kalau obrolan-obrolan masyarakat lokal sendiri akhir-akhir ini apakah masih tetap membahas mengenai perang?
15:19Atau sudah tidak terlalu khawatir lagi tentang perang?
15:23Masyarakat di sini sepertinya sudah merayakan kemenangan ya.
15:32Mereka merayakan kemenangan Iran atas Israel.
15:37Setudah itu mereka fokus untuk hidup selanjutnya.
15:40Sekarang itu kebetulan ada peringatan Muharra.
15:43Mereka sibuk mengadakan acara peringatan.
15:48Terus mereka juga sudah seperti untuk orang-orang yang sudah terkena serangan itu mereka mendasarkan diri kepada pemerintah untuk dilakukan perbaikan rumahnya.
15:59Seperti suatu pembangunan kembali.
16:01Jadi bisa dikatakan mereka sudah move on gitu Pak.
16:03Oke, nah tapi situasi di sana kan boleh dibilang belum stabil juga ya.
16:10Tiba-tiba muncul lagi konfrontasi, muncul lagi statement yang akhirnya membuat bergejolak lagi.
16:18Nah dari kemen lu sendiri ada statement kalau misalkan nanti terjadi gejolak lagi dan mungkin terjadi istilahnya perang lagi.
16:26kemen lu sendiri mengatakan tidak apa, untuk akan membatasi untuk akan modir warga yang ada di sana untuk kembali ke Indonesia.
16:37Nah apabila situasi itu terjadi, Mbak Halimah sendiri sikap akan memilih tetap untuk stay di sana atau untuk berpikir lagi untuk kembali ke Indonesia.
16:46Kita akan berbicara dengan keluarga dulu, karena saya masih di bawah tanggungan keluarga.
16:56Jika keluarga masih mengizinkan saya stay di Iran, sekalian di Iran, dan memang situasi masih terkendali, aman, saya akan tetap di sini.
17:05Tetapi jika memang ada kesempatan evakuasi dan kondisi memang tidak memungkinkan dan harus pulang, dan keluarga juga mendesak, saya akan pulang.
17:13Oke. Kalau dari Mas Takis sendiri, berapa lama sih Mas di Iran?
17:18Baru lima bulan, Mbak.
17:19Baru lima bulan.
17:20Lima bulan.
17:21Baru lima bulan, baru sebentar ya, tadi kan Mas Hari jauh lebih lama.
17:2412 tahun, Mbak Halimah juga baru dua bulan.
17:27Iya, baru dua bulan.
17:27Lima bulan. Nah berarti Mas Takis sendiri mengalami bulan-bulan terakhir sebelum terjadinya perang sendiri.
17:35Mungkin bisa diceritakan situasinya pada saat itu, dan mungkin obrolan-obrolan di masyarakat-masyarakat lokal pada saat itu.
17:41Ya, awalnya ketika Jumat pagi ya, serangan itu, kami sedang melaksanakan salat subuh.
17:49Oke.
17:50Nah, lalu setelah itu kami beranjak untuk istirahat kembali.
17:55Iya.
17:55Lalu ada suara dentuman seperti itu, Pak.
17:58Nah, awalnya kami mengira itu adalah suara ini, suara pintu yang dibanting dari...
18:04Oh, dari sekitar aja pintu seperti itu, oke.
18:07Iya.
18:08Ternyata?
18:09Nah, ternyata setelah saya lihat grup UNI, pada nanya ada yang dengar suara barusan tidak gitu.
18:16Iya.
18:17Nah, ternyata itu adalah suara ya redakan.
18:20Oke.
18:20Emang Mas Takis sendiri di Teheran ya?
18:22Di Teheran, Pak.
18:23Oke.
18:24Kalau udah di Teheran, nyampe di sekarang, di Indonesia kan tadi katanya sudah oke, sudah mulai normal kembali gitu ya.
18:32Pengen balik ke sana lagi?
18:34Iya.
18:34Jika Kak Andri sudah mulai membaik, orang tua saya mengizinkan untuk balik lagi.
18:39Oh, kalau masnya di sana, mahasiswa berarti?
18:42Atau?
18:42Mahasiswa.
18:42Oh, mahasiswa.
18:43Nah, tapi kalau pihak kampus sendiri sudah mencoba untuk menghubungi, misalnya, oke kampus sudah buka, boleh lagi berkegiatan?
18:51Iya, boleh.
18:51Sudah di telpon?
18:54Sudah dikonfirmasi, awalnya untuk para mahasiswa yang akan pulang ke negara masing-masing akan disediakan kelas online.
19:04Nah, tapi kemungkinan dua bulan ke depan, jika keadaan sudah membaik, kami diizinkan untuk kembali masuk.
19:10Oh, masih nunggu lagi ya, Mas Ambar ya?
19:12Oke.
19:12Masih nunggu lagi.
19:13Nah, kita ke Pak Mustafa yang ya istilahnya berpengalaman lah dalam situasi konflik perang seperti ini.
19:19Nah, apa yang bisa disampaikan atau saran yang bisa diberikan dari Pak Mustafa untuk istilahnya warga, khususnya warga negara Indonesia yang ada di situasi perang seperti ini, Pak?
19:31Ya, bagi UNI yang berada di daerah konflik seperti Iran ini, ya memang harus hati-hati, harus waspada, harus antisipasi kalau setiap saat perang terjadi.
19:45Tidak hanya perang dengan negara lain ya, tapi situasi di dalam negeri.
19:52Jadi, di Iran kan peta politik di Iran itu kan terbelah antara kubu moderat sama kubu radikal.
20:00Sampai sekarang?
20:00Sampai sekarang.
20:02Dan itu kan terpatri sejak tahun 90-an.
20:05Ya, seperti yang saya ceritakan tadi, pemilu di Iran itu sering keras.
20:10Karena benturan pertarungan antara kubu moderat dan kubu radikal tersebut.
20:15Sampai pada situasi perang tersebut, tadi kemarin itu ya, pejabat Iran ketika memberi statement ketika perang kemarin itu terlihat juga terbelah.
20:27Oh, maksudnya pada saat perang Iran-Israel, internalnya sendiri juga terbelah.
20:31Jadi, ada yang memberi statement moderat, yaitu yang disampaikan oleh Presiden Iran, Masud Beseskyian,
20:39dan kemudian Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Aragi, ini selalu memberi statement positif, memberi harapan.
20:46Ketika berkecamuk perang, sebelum Amerika ikut campur ya, dan bahkan para analis, para pengamat memprediksi ini bisa perang dunia ketiga ini.
20:56Di saat genting-gentingnya itu, Presiden Iran itu kan perang meletus pada tanggal 13, tanggal 15 atau tanggal 16.
21:05Presiden Iran itu tiba-tiba menelpun Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan,
21:10dan dalam pembicaraan Dewa tersebut, Presiden Iran meminta supaya Turki bisa menjadi mediator pertama.
21:19Yang kedua, Presiden Iran menyampaikan pada Presiden Turki bahwa Iran siap menghentikan perang,
21:26asalkan Israel menghentikan perang juga.
21:29Ini sebelum Donald Trump tiba-tiba menyuruhkan kesehatan sana, ini belum.
21:33Jadi, ada statement memberi harapan.
21:36Nah, ini yang kalau kita melihat atau dalam konteks peta politik Iran,
21:42Presiden Iran itu mempresentasikan kubu muderat.
21:47Hadapun kubu muderatikannya, itu adalah pemimpin siri virtual,
21:51Ali Hameni, yang selalu memberi statement keras kan.
21:55Nah, ini kan berkaitan Pak Mustafa sangat paham nih ya,
21:59karena 16 tahun, istilahnya pernah dua kali meliput perang.
22:03Nah, saran mungkin yang bisa diberikan oleh Pak Mustafa untuk teman-teman kawan-kawan kita
22:09yang masih ada di Iran ya, membaca situasi sekarang ini,
22:15stay atau balik dulu gitu ya?
22:17Balik dulu seperti itu, sebagai orang yang sangat paham mengenai peta di internal politik di Iran.
22:24Mungkin yang sudah terlanjur evakuasi ke sini, yang sudah di Indonesia seperti Mas Taki ini,
22:29lebih baik menunggu dulu, tidak perlu buru-buru kembali ke Teheran.
22:33Sambil terus melakukan komunikasi dengan Teheran, melihat atau memantau perkembangan di sana.
22:42Tidak hanya dengan Israel, tapi di dalam negeri gimana?
22:45Karena di dalam negeri itu agen musad itu berkeliaran di sana itu.
22:52Bisa aja dia meredakkan bom, menerbakan nirawa, itu bisa ditanyakan.
22:58Jadi agen-agen musad itu sana cukup kuat.
23:02Nah, tapi kalau buat yang WNI yang masih di sana, yang seperti tadi Mbak Halima juga?
23:06Nah, menunggu sekarang tentu harus koordinasi dengan KBRI ya.
23:10KBRI di Teheran, itu paling penting itu.
23:12Dimanapun WNI di luar negeri harus koordinasi dengan KBRI setempat.
23:16Nah, dia pasti harus minta saran KBRI.
23:19Karena KBRI yang lebih tahu.
23:21Kalau KBRI itu adalah menyarankan supaya stay di sana, ya sudah stay.
23:27Tapi kalau dianjurkan evakuasi, ya ikut aja.
23:30Tentu instruksi yang bertanggung jawab, ya.
23:33Iya, yang bertanggung jawab.
23:34Dan biasanya segala sesuatunya yang ngatur itu adalah KBRI.
23:38Dimanapun di luar negeri.
23:40Tidak hanya di Iran, dimanapun.
23:42Oke, Pak Mustafa terima kasih untuk luar biasa ya.
23:46Share pengalaman.
23:46Maksudnya harusnya tidak hanya beberapa menit ya Mas Akbar ya.
23:49Kayak kita lagi didongengin ya.
23:51Terima kasih juga Mas Taki.
23:54Kemudian juga di sambungan Zoom ini ada tadi Mas Hari dan juga Mbak Halimah.
24:00Terima kasih Mbak Mas semuanya sampai jumpa.
24:02Boleh saya tanggapi Mbak bisa masukkan sedikit?
24:04Boleh sedikit aja Mas.
24:05Oh iya, itu mohon maaf nih ke Pak Mustafa.
24:09Saya pikir masalah apa namanya?
24:14Bahwa dua kubur reformis dan konservatif itu memang ada.
24:19Tapi tidak selalu berujung dengan kekerasan.
24:22Dan kedua memang jika dikatakan bahwa satu kubur itu lebih moderat, satu radikal.
24:31Sebetulnya ini dua kebijakan yang satu.
24:32Satu memakai diplomasi ketika gagal.
24:35Kemudian menggunakan sikap yang lebih tegas begitu.
24:41Dan agen-agen Maksad terakhir kali itu 700 orang berhasil diamankan oleh aparat keamanan.
24:49Kebijakan sendiri begitu.
24:50Oke, jadi situasi memang lebih kondusif seperti itu.
24:54Dan selama ini dari KBRI sangat responsif dengan keadaan ini kan?
24:57Iya, dan tetap harus berjaga-jaga ya begitu ya tetap.
25:00Oke, saudara total bersama kami di Sapa Indonesia malam akhir pekan.
25:03Kami masih punya informasi lainnya untuk Anda.
25:05Simak, tetap bersama kami.
Dianjurkan
0:39
|
Selanjutnya