KOMPAS.TV - Menjaga independensi Bank Indonesia menjadi hal krusial di tengah tantangan ekonomi yang tidak menentu.
Sebagai otoritas moneter, BI memiliki peran strategis dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, mengendalikan inflasi, serta memastikan sistem keuangan berjalan sehat.
Jika independensi terganggu, kebijakan moneter berisiko dipengaruhi kepentingan jangka pendek yang justru bisa memperburuk situasi ekonomi.
Oleh karena itu, menjaga BI tetap independen dari intervensi politik atau tekanan eksternal sangat penting demi kepercayaan pasar, kredibilitas kebijakan, dan kestabilan ekonomi nasional. Siman ulasan selengkapnya melalui tayangan berikut.
#bankindonesia #independensi #ekonomi
Baca Juga Update! Airlangga & Sri Mulyani soal Negosiasi Tarif Trump, AS-Indonesia Capai Kesepakatan? di https://www.kompas.tv/nasional/589241/update-airlangga-sri-mulyani-soal-negosiasi-tarif-trump-as-indonesia-capai-kesepakatan
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/589249/full-rupiah-lemah-ekonomi-sulit-jangan-ganggu-bank-indonesia
Sebagai otoritas moneter, BI memiliki peran strategis dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, mengendalikan inflasi, serta memastikan sistem keuangan berjalan sehat.
Jika independensi terganggu, kebijakan moneter berisiko dipengaruhi kepentingan jangka pendek yang justru bisa memperburuk situasi ekonomi.
Oleh karena itu, menjaga BI tetap independen dari intervensi politik atau tekanan eksternal sangat penting demi kepercayaan pasar, kredibilitas kebijakan, dan kestabilan ekonomi nasional. Siman ulasan selengkapnya melalui tayangan berikut.
#bankindonesia #independensi #ekonomi
Baca Juga Update! Airlangga & Sri Mulyani soal Negosiasi Tarif Trump, AS-Indonesia Capai Kesepakatan? di https://www.kompas.tv/nasional/589241/update-airlangga-sri-mulyani-soal-negosiasi-tarif-trump-as-indonesia-capai-kesepakatan
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/589249/full-rupiah-lemah-ekonomi-sulit-jangan-ganggu-bank-indonesia
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Ada yang belum mengatakan bahwa ekonomi Indonesia bagusnya di atas kertas, tidak di depan mata, ekonomi kita di depan mata, ekonomi kita kuat dan angka terlihat lagi, kita berjual.
00:19Akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat, sehubungan dengan itu, Bank Indonesia pada tanggal 7 April 2025 memutuskan untuk melakukan intervensi di pasar offshore NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York.
00:45Kuna stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global.
00:51Pembiayaan utang akan terus dilaksanakan secara hati-hati dan terukur dengan memperhatikan outlook dari defisit APBN serta ketersediaan likuiditas pemerintah dan tentu mencermati dinamika pasar keuangan dan termasuk pasar obligasi.
01:13Serta menjaga keseimbangan antara tingkat biaya dan risiko utang.
01:22Halo, saya Bionegasari Anjaya, Anda bersama saya, Kompas Bisnis.
01:33Kita membahas tentang Bank Indonesia, posisi Bank Indonesia di tengah ekonomi yang tidak baik seperti itu, Mas.
01:40Maret, rupiah kita belum terpuruk, dan cadangan defisit kita juga rekor tertinggi di 157 miliar USD.
01:53Ini apa yang terjadi sih, Mas? Karena bertumbuhnya pada utang dan pada pajak cadangan defisit kita.
02:02Akan sesestain apa atau akan setahan apa dengan cadangan defisit yang rekor tertinggi sejarah ini untuk menahan gunjangan terhadap rupiah?
02:11Sebenarnya kita cukup happy dengan cadangan defisit 157 miliar USD, artinya bahasanya empol.
02:22Diharapkan cukup.
02:25Sehingga Bank Indonesia dalam melakukan stabilitas nilai tukar rupiah tidak perlu buru-buru menaikkan suku bunga acuan.
02:30Tapi seberapa besar tekanan terhadap rupiah sehingga cadangan defisit kita masih terjaga di level yang rekor tadi, itu akan dijawab pada bulan April.
02:42Karena tekanan besarnya kan baru terjadi pada bulan April salah satunya.
02:47Kemudian ada beberapa momen nih Mbak yang harus diperhatikan soal cadangan defisit.
02:53Juni, Agustus, dan Oktober adalah tiga bulan keramat.
02:58Karena ini adalah puncak pembayaran utang jatuh tempo kita.
03:03Juli itu sekitar 178 triliun, kemudian sisanya itu 100-100 triliun.
03:11Artinya sebagian utang itu harus dibayar kepada kreditur asing.
03:19Artinya ada konversi dari rupiah kepada dolar lah katakanlah.
03:23Itu kan butuh cadangan defisa yang mengerus juga.
03:26Kedua, ada momen krusialnya apa? Pembagian dividen.
03:30Jadi April ini bulan keramat juga.
03:34Karena pembagian dividen biasanya repatriasi dari investor untuk mentransfer ke negara asalnya.
03:40Keluar.
03:41Ini juga momentum yang krusial mengerus cadangan defisa.
03:44Satu lagi adalah kemana gerakan dari harga komoditas.
03:48Karena mempengaruhi DAE, devisa asil ekspor.
03:52Di saat yang bersamaan, outlook harga komoditas ini tahun ini kurang begitu bagus.
03:57Jadi nanti ada implikasi ke cadangan defisa.
03:59Jadi view kita sampai akhir tahun cadangan defisa mungkin kecendungannya justru akan tergerus.
04:05Oke.
04:06Tergerusnya berapa dalam, Mas?
04:09Harapannya nggak lebih dari 20 miliar dolar sampai akhir tahunnya.
04:13Jadi balik lagi ke posisi 130-an miliar dolar.
04:16Ini situasi sama ketika cadangan defisa ketika pandemi ya?
04:20Ya, kurang lebih ya.
04:22Artinya ekonomi kita juga, kalau misalnya skenario terburuknya sama dengan kondisi pandemi, Mas?
04:28Ya, bisa dikatakan kalau dari sisi cadangan defisa ya?
04:34Ya.
04:35Tapi yang kita lihat kan ini skenario-nya masih skenario soft lending.
04:40Iya, iya, iya.
04:41Artinya rupiah masih bisa ditahan lah.
04:43Masih dijagain lah.
04:44Masih dijaga ya.
04:4517 ribu itu level psikologis yang wajar.
04:49Karena...
04:49Oh, 17 ribu sekarang itu level yang wajar?
04:52Sangat wajar.
04:52Sangat wajar.
04:53Sangat wajar.
04:53Hard lendingnya berapa?
04:5420 ribu, 22 ribu.
04:57Mas, Mas, sebentar. Kita bahasakan pakai bahasa manusia deh, Mas.
05:01Bahwa 17 ribu adalah level wajar itu kenapa?
05:04Karena 98 juga kita 17 ribu.
05:06Apa yang membedakannya?
05:08Bahwa 17 ribunya sekarang itu masih baik-baik aja kok.
05:12Kayak gitu loh.
05:13Situasi rupiah, misalkan sekarang misalnya 17 ribu per dolar,
05:18ini tentu konteksnya beda dengan tahun 98.
05:21Karena 98 itu, itu dari 5 ribu kemudian langsung jadi 16 ribu 800.
05:25Jadi artinya yang dilihat di sini volatilitasnya.
05:29Jadi semakin volatilitasnya terlalu ekstrim, tinggi,
05:32itu yang menandakan terjadinya krisis.
05:35Tapi misalnya dari 15 ribu, 16 ribu, ke 17 ribu,
05:39ini asalkan nggak sampai 20 ribu ya,
05:42itu masih menandakan bahwa ada gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar,
05:46tapi belum bisa disebut saat ini terjadi krisis moneter.
05:51Itu bedanya.
05:52Saya simpulkan ya mas, jadi sebenarnya rupiah melemah ke 17 ribu nggak apa-apa.
05:56Asalkan...
05:57Bukan nggak apa-apa.
05:58Pelemahannya gradual.
06:00Eh?
06:01Oh, bukan nggak apa-apa.
06:02Karena kalau bilang nggak apa-apa...
06:04Seakan baik-baik aja ya?
06:05Seakan baik-baik aja ya melemah, gitu.
06:11Enggak nggak.
06:11Oh, enggak.
06:12Tetap...
06:13Ada yang harus diwaspadai.
06:14Udah harusnya menguat, kan?
06:15Iya, iya, iya, iya.
06:16Jadi gimana bahasanya?
06:18Jadi rupiah...
06:19Jadi sebenarnya yang membedakan rupiah 98 adalah dia naiknya secara drastis,
06:25sedangkan pelemahan rupiah yang terjadi di tahun ini adalah secara gradual.
06:30Dan itu orang jauh lebih siap dengan pelemahan rupiah secara gradual.
06:34Ya.
06:35Kayak gitu ya?
06:35Oke, tapi sebenarnya gini, mas.
06:37Nilai wajah rupiah sebenarnya ada di berapa sih, mas?
06:40Tanpa intervensi?
06:41Sebenarnya kalau tanpa intervensi, 17.200, 17.500.
06:47Jadi ini kan sudah nih.
06:48Bahkan Bank Indonesia sebelumnya mencoba ya, melakukan intervensi yang tidak biasa.
06:53Salah satunya di NDF.
06:55Non-Deliverable Forward.
06:57Mas, ketika rupiah melemah, di sini kan Bank Indonesia menunjukkan posisinya lah.
07:03Dia berada di pasar dengan melakukan intervensi sebelumnya, triple intervention.
07:08Lalu yang terbaru adalah mengintervensi pasar offshore, NDF, derivatif.
07:14Mas Bimo bacanya seperti apa? Apakah ini sebuah kepanikan yang dilakukan oleh Bank Indonesia?
07:19Karena dia seakan clueless, gue udah masuk di pasar spot, ternyata rupiah tetap melemah.
07:24Ya udah, masuk di pasar NDF yang sebenarnya itu bukan hal yang normal untuk Bank Sentral.
07:28Tentu ini bukan hal yang wajar ya, karena pasar rupiah di NDF itu, ini kan lebih banyak berisi trader dan juga spekulan.
07:40Oke.
07:40Ini artinya menebak nih, rupiah ke depannya berapa.
07:44Karena artinya non-deliverable forward ini kan rupiah akan di-deliver pada waktu sekian, harganya kemudian ditentukan sekian.
07:53Jadi ini adalah pasar yang sangat spekulatif sebenarnya.
07:57Dan itu menunjukkan bahwa Bank Indonesia keluar dari pakum kebiasaannya.
08:02Hanya mengintervensi di pasar spot rupiah.
08:04Oke.
08:05Dan dalam kendari juridiksinya Bank Indonesia.
08:08Oke, oke.
08:10Jadi ini sesuatu, market membacanya masih cukup confidence nggak dengan intervensinya Bank Indonesia di pasar spekulan?
08:19Kayak gitu loh, bukankah ini sama saja Bank Indonesia yang saya bilang ke Mas Bime ya sebelumnya, bahwa bukankah ini sama saja Bank Indonesia yang sedang melawan dunia?
08:27Kayak gitu loh, sedang menggarami lautan kalau teman saya bilang kayak gitu loh Mas.
08:31Ya, pasar mungkin melihatnya sekarang begini ya, apapun yang dilakukan Bank Indonesia, yang penting rupiahnya relatif bisa terkendali.
08:40Tidak terlalu mengalami pelemahan, dan cadangan devisa masih cukup besar.
08:48Kreativitas-kreativitas itu meskipun mubazir ya, tapi bisa dibenarkan untuk saat ini.
08:57Karena waktu itu juga pemenarannya adalah masa libur.
09:00Libur.
09:00Ya, pasar belum dibuka di dalam negeri.
09:03Sehingga harus ada intervensi, karena pelemahan rupiah itu memang sudah terlihat di pasar internasional.
09:09Internasional ya, offshore.
09:10Offshore-nya.
09:10Jadi, itu mungkin bisa jadi salah satu pembenaran.
09:14Tapi, cara-cara begini nggak bisa dilakukan berkali-kali.
09:17Sama seperti misalnya, untuk memberikan suntikan ke ekonomi melalui burden sharing atau cetak uang,
09:25pada saat COVID-19, ini kan menimbulkan polemik, karena dianggap independensi Bank Indonesia juga terganggu ya.
09:34Kembali lagi ke masa Orde Baru itu, dulu ada Dewan Moneter.
09:39Artinya, dalam situasi COVID-19, banyak yang bilang juga, oh iya ini kondisi emergensi.
09:45Tapi, ketika Bank Indonesia mau melakukan hal yang sama, burden sharing, setelah COVID,
09:51apalagi sekarang 3 juta rumah mau dibiayai dengan pembelian utang pemerintah,
09:57itu pasar akan bilang, no, jangan ngulang lagi.
10:02Karena kemarin hanya emergensi.
10:04NDF juga begitu, kemarin hanya emergensi.
10:08Manfaatkan pada saat libur.
10:09Itu adalah upaya terbaik BI, karena marketnya masih tutup di dalam negeri.
10:13Artinya, masih bisa diterima.
10:16Termaafkan ya?
10:17Dimaafkan kali itu.
10:18Tapi, kalau terus-menerus melakukan stabilitas rupiah dengan cara NDF,
10:23tentunya ini kan menganggap bahwa intervensi moneternya nggak akan efektif.
10:28Oke.
10:29Saya sederhanakan bahwa ini ada istilah asing juga, istilah yang tidak awam, yaitu NDF,
10:35yaitu derivatif yang tadi kita bilang ya, mas.
10:38Ini pasar future.
10:39Kalau pasar future, kalau orang Jowo, saya sekarang, ya kita bahasakan dengan istilah Jowo, mohon maaf.
10:45Ini ada istilah Ijon.
10:46Istilah Ijon itu ketika kita membeli bawang merah, ladang bawang merah, misalnya masa tanam bawang merah adalah 90 hari.
10:54Tetapi ketika bawang merah itu ditanam baru 10 hari, sudah ada yang memborong.
10:58Inilah posisi Bank Indonesia ketika masuk ke pasar rupiah di pasar luar negeri, yaitu offshore.
11:04Seperti itu ya, mas Bima, ya?
11:05Betul, betul.
11:06Baik, kita akan berlanjut di segmen setelah ini.
11:11Dalam waktu dekat nih dengan kondisi ekonomi seperti ini,
11:14kalau kita menganalogikan,
11:16Bu Sri Mulyani adalah tangan kanan dan Bank Indonesia tangan kiri,
11:21harmonisasi seperti apa nih?
11:22Yang bisa mendukung fiskal,
11:24tetapi tidak mengintervensi Bank Indonesia,
11:27tidak membebani Bank Indonesia juga,
11:29sama seperti burden sharing ketika pandemi gitu loh, mas.
11:33Iya, betul.
11:33Jadi, yang paling penting kan bagi peran,
11:36tapi bukan berarti bergabung.
11:39Nah, sekarang bagi perannya bagaimana?
11:42Sebenarnya perannya,
11:43kalau memang Bank Indonesia membantu likuiditas ekonomi,
11:48maka dia bisa gunakan sebenarnya instrumen salah satunya suku bunga.
11:53China melakukan itu.
11:55Jadi, pada waktu perang dunia pertama,
11:57dia mendevaluasi yuan dan menurunkan suku bunga.
12:02Nah, di saat yang bersamaan,
12:03kalau kita cadangan devisanya besar,
12:05suku bunga harusnya bisa diturunkan.
12:0625 basis point, 50 basis point secara bertahap.
12:10Sehingga apa?
12:11Sehingga UMKM,
12:12ini kan banyak yang tertekan sekarang,
12:14UMKM, industri manufaktur tadi,
12:16bisa dapat pinjaman dengan bunga lebih rendah.
12:19Kalau bunganya lebih rendah,
12:20daripada dia bayar bunga lebih tinggi,
12:22uangnya bisa buat merekrut karyawan,
12:24buat gaji karyawan.
12:25Itu logika ekonominya.
12:26Kalau Bank Indonesia mau membantu itu.
12:28Oke.
12:29Membantu sisi instrumen itu.
12:31Instrumennya suku bunga.
12:31Tapi jangan Bank Indonesia masuk,
12:34beli surat utang pemerintah.
12:36Kalau di pasar sekunder,
12:37itu bagian dari stabilitas moneter.
12:39Oke.
12:40Tapi kalau dia membeli di pasar primer,
12:43jadi udah pasti ini akan diserap Bank Indonesia.
12:45Oh, itu nggak bisa.
12:46Atau melakukan yang bahasa teknisnya disebut debt switch, ya?
12:50Debt switch.
12:51Ya.
12:52Jadi,
12:52meroll over,
12:54lebih panjang lagi,
12:55surat utang pemerintah yang dimiliki oleh Bank Indonesia.
12:58Dengan membeli surat utang pemerintah baru lagi.
13:01Jadi, lebih panjang.
13:02Nah,
13:03saya kira ini nggak pas.
13:04Karena ini nanti,
13:05market,
13:07pasar,
13:07investor,
13:08juga,
13:08publik juga akan melihat,
13:09ini Bank Indonesia kok jadi direktorat di bawah Kementerian Keuangan.
13:13Iya.
13:14Ini akan mengerus otoritas dan juga independensi Bank Indonesia,
13:18terutama di saat-saat adanya gejolak
13:21atau saat-saat yang sangat kritis.
13:23Ini yang harus dijaga, betul-betul.
13:25Jadi, Bank Indonesia itu nggak boleh dia.
13:27Dia begini,
13:29independensi artinya sebagian negara,
13:31dia harus menjaga, memang betul.
13:34Tapi, independensi ini bukan berarti kemudian
13:37jadi bagian dari politik pemerintahan.
13:40Nah, Bank Indonesia nggak boleh ke sana.
13:42Artinya, Bank Indonesia harus sejajar dengan pemerintah.
13:45Nah, ini harus ditanamkan lagi.
13:48Saya pikir,
13:48banyak cara,
13:49misalkan sektor perumahan,
13:51kalau mau mempah ekonomi dari sektor perumahan ya,
13:54kan nggak harus membeli surat utang pemerintah
13:57untuk 3 juta rumah.
14:00Tapi,
14:00bisa dengan
14:01loan to value-nya,
14:03LTV-nya,
14:04LTV-nya, gitu ya,
14:05DP rumahnya,
14:07bisa di-setting.
14:08Dan, aturan-aturan
14:09moneter lainnya,
14:10sehingga bank itu bergerak ke arah sana.
14:13Jadi,
14:14ini yang kita tunggu sebenarnya
14:15dari Bank Indonesia ya.
14:17Kalau dia mau melakukan
14:18intervensi moneter,
14:20boleh kreatif,
14:21independensi nomor satu, tetap.
14:23Oke,
14:24kreatif.
14:24Ini menimbulkan dua pertanyaan saya sih.
14:26Pertama,
14:27artinya,
14:27apakah Bank Indonesia didorong
14:28menurunkan suku bunga?
14:30Iya.
14:31Berapa,
14:31dan kapan lebih tepatnya, Mas?
14:34Idealnya segera ya,
14:35segera.
14:35Mumpung cadangan defisien tadi masih cukup gemuk.
14:38Oke.
14:39Baik.
14:39Lalu, yang kedua adalah tentang
14:41kepemilikan surat utang negara
14:43oleh Bank Indonesia.
14:45Apakah ada hal-hal yang menjadi catatan Mas Bima?
14:47Karena kepemilikan surat utang,
14:49Sun,
14:49SBN,
14:50oleh Bank Indonesia,
14:51di pemerintah kita juga
14:53trennya berbeda dengan sebelum-sebelumnya?
14:56Iya.
14:56Satu,
14:58akan membuat pemerintah lebih manja.
15:01Artinya,
15:02selalu ada Bank Indonesia yang siap cetak uang
15:04ketika pemerintah sedang butuh.
15:06Karena ada pelebaran defisit misalnya.
15:08Oke.
15:09Tapi itu akan jadi kebiasaan terus.
15:11Ya,
15:11sehingga,
15:12dari sisi
15:13pengendalian penerimaan pajak,
15:16pengendalian utang,
15:17itu disiplin fiskalnya jadi turun.
15:19gitu.
15:20Yang kedua,
15:21efek kepada uang beredar.
15:23Berarti kan ini Bank Indonesia mencetak uang.
15:25Dan implikasi ke uang beredar,
15:27sekarang mungkin belum terlihat.
15:28Karena terjadi deflasi.
15:30Inflasinya pun beberapa tahun rendah.
15:33Tapi begitu ekonomi kembali pada trajektori
15:36tumbuh normal lagi,
15:38ini bisa menciptakan inflationary effect.
15:41Jadi,
15:42inflasinya akan lebih tinggi karena ada uang beredar yang bertambah.
15:46Nah,
15:46ini yang juga
15:46menjadi resiko nih,
15:49dari burden sharing.
15:49Jadi,
15:50burden sharing gimana?
15:51Ya, sudah cukup.
15:53Pada waktu pandemi COVID-19,
15:54dan pemerintah membayar
15:56kepada Bank Indonesia,
15:57melunasi utangnya.
15:59Kemudian,
16:00Bank Indonesia kalau mau intervensi
16:02dalam rangka rupiah,
16:04biar stabil,
16:04di pasar sekunder.
16:06Cukup sampai di sana.
16:07Jadi,
16:08realnya itu tetap jelas.
16:10Gak boleh saling melangkahi.
16:12Atau kemudian,
16:13oh pemerintah,
16:15butuh Bank Indonesia.
16:16Kalau koordinasi kebijakan kan ada KSS, Kak.
16:19Buat stress test dan lain-lain.
16:22Tapi,
16:22untuk intervensi,
16:24koridor itu tetap harus dipisah chambernya.
16:27Sederhananya,
16:28apa yang menjadi beban fiskal,
16:29harus tetap menjadi beban fiskal,
16:31tidak beralih menjadi beban moneter,
16:33tidak menjadi beban Bank Indonesia.
16:35Seperti itu ya, Mas.
16:36Situasi ini harus betul-betul dipahami oleh keduanya ya?
16:42Ya.
16:42Kayak gitu ya?
16:43Apa yang terjadi kalau misalnya hal ideal tadi,
16:46tidak bisa dicegah, Mas?
16:48Katakanlah,
16:49ternyata apa yang terjadi di dunia,
16:52akibat Trump,
16:53itu dampaknya ternyata sama dengan pandemi.
16:56Apakah burden sharing juga akan dipermisikan lagi untuk kedua kali, Mas?
17:01Itu apa risikonya kalau,
17:02tadi udah dijelaskan sih,
17:03tapi saya sebagai penegasan aja lah, Mas.
17:05Jangan sampai hal ini terjadi lagi,
17:07karena risikonya sangat besar.
17:09Gimana, Mas Bima?
17:10Ya.
17:10Resiko dari burden sharing,
17:15Gili 2, misalnya, amit-amitnya.
17:17Itu implikasinya sangat serius ya,
17:20kepada stabilitas rupiah yang ingin distabilkan dengan burden sharing,
17:25justru bisa menurunkan trust dari para investor.
17:28Kepercayaan lagi.
17:29Kepercayaan.
17:30Persepsi ya, lagi-lagi.
17:31Lagi-lagi ya.
17:31Sentimen dan persepsi.
17:33Dan artinya ketika dibutuhkan Bank Indonesia sebagai otoritas yang independen,
17:38investor menurun kepercayaannya,
17:40efeknya nanti ke rupiah bisa lebih melemah lagi ketika terjadi shock eksternal ataupun domestik.
17:46Selain itu juga akan terkesan bahwa Bank Indonesia
17:50mendukung salah satu rezim politik tertentu di dalam pemerintahan.
17:56Dan itu nggak bagus.
17:56Dan itu nggak bagus.
17:57Dan ketiga, ini dalam situasi yang worst scenario,
18:04ketika Bank Indonesia diminta misalnya untuk membantu,
18:07padahal fiskalnya itu karena kesalahan kebijakan dari pemerintahan.
18:12ini bebannya tidak ditanggung pemerintah tapi di-passing kepada si Bank Indonesia.
18:19Jadi Bank Indonesia menanggung utang atas program yang bermasalah misalnya kot-an-kot.
18:25Sudah nggak memberikan dampak ekonomi.
18:28Dan juga kalau program tadi ternyata mengandung misalnya indikasi adanya korupsi.
18:33Tapi utangnya dibeli oleh Bank Indonesia.
18:37Betapa bahayanya ya?
18:38Oh iya, racanya Bank Indonesia yang akan terancam di sini.
18:41Jadi cukup ya dengan burden sharing pada saat COVID-19.
18:45Itu situasi emergensi saat itu.
18:49Tapi kalau mau dipakai ke emergensi berikutnya,
18:52bisa jadi efeknya akan berbeda.
18:54Oke, baik dicatat Mas Bima.
18:57Terima kasih.
18:57Saya Diam Egaserian Jaya.
18:59Sampai jumpa.