- kemarin dulu
Kisah Dokter Indonesia Rela Tinggalkan Anak Demi Bayi di Gaza
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Intro
00:00Di Gaza hari-hari tak lagi dihitung dengan kalender
00:20tapi dengan jumlah bom yang jatuh,
00:24bayi yang meninggal karena keleparan
00:26hingga pencari bantuan yang syahid di lapangan.
00:28Dr. Leni Suardi satu dari sekian ribu dokter kandungan asal Indonesia.
00:34Dia memilih untuk tidak hanya menonton dari kejauhan.
00:38Bersama tim emergency medical team dari BSMI,
00:42ia datang ke Gaza untuk satu alasan demi bayi-bayi itu.
00:47Tak hanya Dr. Leni, ada juga Prof. Basuki Supartono.
00:51Dia menjadi tokoh di balik layar yang memastikan semua berjalan lancar.
00:55Izin lintas negara, latihan relawan, hingga logistik ke zona konflik.
01:00Semua dilakukan demi satu hal, kemanusiaan.
01:05Sobat Republika, hari ini kita akan mendengar kisah dari mereka
01:09yang tak hanya membawa perban dan stetoskop ke Gaza.
01:12Mereka juga membawa harapan ke tempat yang hampir putus asa.
01:19Bersama saya Ahmad Salabi Ishan dalam spesial program
01:23yang mengeluas tentang kondisi terkini di Gaza.
01:27Sudah hadir bersama saya Prof. Basuki Supartono di studio kita di Tebet.
01:33Assalamualaikum, Prof.
01:34Assalamualaikum, Mas Ahmad.
01:36Prof, mungkin bisa sharing ke kita dan Sobat Republika
01:41sebagai dokter yang April lalu ikut bertugas ke Gaza,
01:51mengapa sih Prof merasa terpanggil untuk menjalani tugas kemanusiaan di Gaza?
01:58Baik, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
02:00Assalamualaikum.
02:00Sobat Republika, jadi waktu itu saya mendaftar
02:07melalui Bulan Saat Merah Indonesia, BSNI,
02:09sebagai anggota ANT.
02:12Apa itu? Yaitu Emergency Medical Team.
02:14Jadi ini suatu terminologi yang dibuat oleh WHO
02:18bagi petugas medis yang mau membantu tangkap darurat di suatu bencana.
02:24Dan itu nggak mudah jika prosesnya panjang sampai hampir setahun.
02:27Alhamdulillah tiba masanya ketika itu buat April, akhir April, saya di-approve.
02:33yang nge-approve itu adalah Israel.
02:36Israel?
02:37Ya.
02:38Jadi berarti saya ini orang baik-baik aja.
02:41Lucu juga ya Prof ya?
02:42Ya.
02:42Berarti saya ini orang baik-baik ya, karena Israel oke sama saya.
02:48Jadi saya bisa masuk ke Gaza, lewat Israel.
02:52Jadi rutenya itu Jakarta, Jordan, Aman.
02:56Kemudian masuk ke Israel.
02:58Israel masuk ke Gaza, Palestina.
03:01Melalui pintu Kisufim.
03:02Alhamdulillah.
03:03Sampai sekarang sudah berapa tim yang dikirim, Prof?
03:07Jadi itu kita masuk ke tiga, nanti insya Allah Allah khusus yang keempat.
03:12Jadi teorinya sih 14 hari ya.
03:16Tapi kadang-kadang ya sekarang kan tuan rumahnya itu bukan lagi Palestina di sana.
03:22Di Gaza tuan rumahnya kan menjajah Israel.
03:25Jadi yang nggak terwaktu dia.
03:26Kadang kita diperpanjang, kadang kita disempitin.
03:31Jadi nggak mau kita ikutin aturan mereka?
03:33Iya.
03:33Dia yang berkuasa kan.
03:36Untuk masuk ke Gaza itu kan tentu challenging-nya cukup berat ya, Prof.
03:42Apa sih yang harus disiapkan, Prof, untuk dokter-dokter IMT dari BSMD?
03:47Salah pertama, kelakuan baik ya dari Israel.
03:50Yang kedua, kompetensi.
03:53Kalian kita apa.
03:54Terus riwayat kita, kakek kita siapa, ayah kita siapa.
04:00Nanti mereka terus suri kalau sudah oke, clear and clean.
04:03Kita dapat the proof untuk masuk ke Gaza dan wadz Israel.
04:06Dan setiap anggota tim IMT itu harus buat surat wasiat ya, Prof?
04:10Iya, kita tantangan 16 halaman.
04:13Untuk apa, bersedia.
04:15Nggak menuntut kalau terjadi apa-apa.
04:17In case ada apa-apa, kita nggak menuntut.
04:19Siap, sangat menarik sekali, Prof.
04:20Sekarang kita lanjutkan bersama dokter Lenny Suwardi.
04:25Assalamualaikum dok.
04:26Waalaikumsalam.
04:28Apakah terdengar suara saya, Pak?
04:30Siap, aman dok.
04:32Dokter Lenny Suwardi ini adalah dokter kandungan, spesialis kandungan yang bertugas di Gaza.
04:40Kondisi terkini di Gaza sekarang bagaimana dok?
04:46Kondisi saat ini di Gaza, terutama di Kandungan, di lokasi di rumah sakit Naser.
04:55Karena saya kompetensinya dokter spesialis kandungan, jadi untuk ibu-ibu hamil di sini, saya lihat kondisinya sangat miris sekali.
05:10Karena di sini sangat terbatas masalah makanan dan tidak ada proteinnya.
05:19Tidak ada daging, tidak ada ayam, tidak ada ikan.
05:23Jadi kondisi ibu hamil di sini sangat miris karena mengalami malnutrisi.
05:29Dok, kita dengar juga dari Indonesia bahwa banyak sekali korban warga Gaza yang mencari bantuan kemudian ditembaki oleh tentara Israel.
05:42Apakah dokter mendengar hal yang sama?
05:45Ya, itu pada saat hari itu sekitar jam 6 pagi itu kami mendengar alarm.
05:53Dari guest house kami mendengar alarm dan diinfokan bahwa sebanyak 100 korban warga Gaza yang tertembak saat itu.
06:04Dan kami melihat pagi hari itu sangat ramai sekali kamar sinazah dan ruang emergensi itu penuh sekali.
06:13Sampai ketika saya jaga di ruang IGD, ruang IGD-nya ibu hamil, jadi perawat-perawat yang ibu hamil di situ,
06:23perawat yang jaga di ruangan emergensi ibu hamil, jadi ikut membantu di ruangan emergensi umum.
06:32Jadi benar, adanya itu, adanya korban sampai lebih kurang 100 korban dan yang syahid punya itu sekitar 32-36 yang syahid.
06:49Dan mereka semua sedang mencari bantuan ya dok ya, sebenarnya?
06:53Cari makan, karena mereka kelaparan, di sini mereka sangat kelaparan.
06:58Sedang mencari makan, kemudian ditembaki oleh tentara Israel, tepatnya?
07:05Infonya seperti itu, ditembak, ditembak.
07:08Rumah sakit Al-Nasar sendiri sebagai salah satu rumah sakit yang terpadat di Gaza itu,
07:14bagaimana menampung para korban tersebut dok?
07:19Ya, jadi di sini, di rumah sakit Al-Nasar ini, banyak sekali tenda-tenda yang dieksten untuk menampung para korban,
07:34baik itu yang kena tembakan ataupun yang kena luka bakar.
07:39Jadi memang overload pada saat itu, di ruangan emergensinya, di ruangan resusitasinya itu overload memang.
07:49Karena banyak sekali, sampai 100 korban.
07:52Dokter sendiri kan sebagai dokter kandungan tentu hari-harinya membantu proses persalinan para ibu di Gaza,
08:01khususnya di Nasar Hospital gitu ya.
08:06Mungkin dokter bisa menceritakan kepada kami,
08:09bagaimana sih kaum ibu melahirkan di kondisi perang seperti ini?
08:16Jadi, di sini saya fokusnya di ibu hamil dan bersalin.
08:23Jadi, saya bekerja di bagian poliklinik, bagian ruang emergensi,
08:31kemudian di ruang kamar bersalin, dan di kamar operasi dan rawat inapnya.
08:38Jadi, pada saat kita mau melakukan operasi ataupun melakukan pertolongan bersalinan,
08:45masalah salinan, suasananya walaupun bunyi bom, bom itu terus bunyi, tetap terdengar.
08:56Terlaku kan lebih kurang dari satu jam itu selalu terdengar pada saat kami melakukan tindakan.
09:02Dan kami tetap fokus mengerjakan tindakan tersebut.
09:06Kami tidak menghiraukan suara bom itu.
09:08Dan di antara dokter-dokter yang, kan kami berkolaborasi dengan dokter-dokter yang ada di sini.
09:18Tidak hanya saya sendiri, dokter-dokter yang banyak juga dokter-dokter yang di rumah sakit Nasr,
09:24dokter kandungannya dan ada residennya.
09:27Mereka saling menguatkan.
09:29Saya bilang begini, dokter jangan khawatir, tidak apa-apa.
09:34Karena di rumah sakit ini aman, mungkin sekitar 1 kilo atau 3 kilo bunyi bom, jadi jangan khawatir.
09:45Menarik sekali dok.
09:46Dokter Basuki sendiri waktu bertugas di rumah sakit yang sama ya dok ya?
09:52Iya.
09:53Apakah kondisinya memang dramatis seperti itu dok?
09:56Di tengah bom, di tengah rudal.
09:59Saya mau sampai dulu ini kamar saya.
10:01Sehat dok.
10:02Dokter Leni sehat.
10:04Alhamdulillah sehat, Prof.
10:06Ya, insya Allah ya.
10:09Alhamdulillah.
10:10Jaga kesehatan ya.
10:12Situasinya lebih buruk daripada saya.
10:15Jadi memang waktu saya ke sana, itu di peta digital itu dia green zone.
10:24Jadi rumah sakit Anasr di Han Yunus itu, itu masih daerah hijau.
10:28Tapi kalau saya perhatikan ini masuk daerah merah, red zone.
10:31Jadi, red zone ini satu titik sebelum evakuasi.
10:37Jadi orang-orang yang berada di rumah sakit itu harus stand by setiap hari in case ada perintah untuk evakuasi.
10:45Jadi, ini lebih buruk, lebih buruk.
10:50Kedua, kalau sudah di approve oleh Israel, dia kan saya katakan izinnya dari penjajah Israel.
10:58Jadi itu ada ordinatnya, misalnya 631 kali sekian gitu ya.
11:02Nah, itu kalau sudah di approve oleh Israel, sepertinya dia tidak akan ngebom titik koordinat itu.
11:09Kecuali, kecuali salah, salah sistem ya.
11:14Tapi secara normal tidak.
11:16Oleh karena tadi betul yang dikatakan Dr. Lenny, bom itu ada sekitar 1 atau 2 km di dekat kompleks rumah sakit.
11:23Masya Allah.
11:25Berarti kompleks rumah sakit itu sudah di approve oleh penjajah Israel untuk tidak dibom.
11:29Karena masih red zone.
11:31Kalau dia mau ngebom, biasanya dia suruh evakuasi.
11:33Evakuasi, evakuasi.
11:34Kecuali ada pasien-pasien yang diduga oleh penjajah itu adalah musuhnya.
11:41Nah, itu dia bisa pakai drone khusus.
11:44Drone yang pakai misil.
11:46Itu dia bisa masuk akurat ke titik kamar pasien.
11:51Itu ada di Anasar itu, satu kamar, pasiennya seorang jurnalis, yang diduga musuhnya penjajah.
12:02Maka kamar jurnalis itu di...
12:05Dibasuki drone.
12:05Di roket ya, di roket dengan drone.
12:08Dan yang rusak hanya kamarnya dia saja.
12:11Kamar sebelahnya, gedung sebelahnya aman, tidak berusaha.
12:14Jadi, penjajah Israel itu punya misil drone.
12:18Kalau dia ingin akurat menembak, menghancurkan, satu titik saja.
12:23Oke, Dr. Leni.
12:24Iya, Pak.
12:25Nah, kita pengen menggali juga nih, Dr. Leni.
12:29Bagaimana sih kondisi...
12:32Dr. Leni ketika membantu persalinan di sana, seperti apa dengan kondisi yang minimalis, dok?
12:39Ya, jadi di sini untuk alat-alat bahan habis pakai, di sini sangat minim.
12:50Sangat minim.
12:51Jadi, kalau untuk melakukan operasi, kami harus cepat dan tepat.
13:00Jadi, kami harus cepat.
13:03Kenapa harus cepat?
13:04Karena kami harus minimalkan penggunaan obat anestesi.
13:10Kemudian, harus...
13:12Obat anestesinya ya?
13:13Obat anestesinya ya.
13:16Saya dengar dari dokter anestesinya, memang jumlahnya terbatas.
13:21Kemudian, kami juga harus cepat untuk mengurangi adanya resiko perdarahan.
13:26Karena kalau perdarahan, tentunya akan membutuhkan banyak darah untuk mengganti darah yang hilang.
13:33Terus, yang ketiga, kenapa harus cepat untuk menghindar adanya resiko infeksi?
13:40Kalau misalnya terinfeksi, berarti membutuhkan perawatan yang lama.
13:46Sedangkan jumlah pasien di sini overload banyak.
13:51Dan jumlah dari dead ICU sendiri itu sangat terbatas.
13:58Jadi, kita harus meminimalkan jumlah, meminimalkan APD-nya, bahan habis pakainya, meminimalkan jumlah perdarahan, dan meminimalkan resiko untuk terjadinya infeksi pada pasien tersebut.
14:15Dan untuk bahan habis pakai sendiri, itu kita juga emang hemat, seperti handscun.
14:23Kemudian, tidak ada yang namanya apron yang kalau kita di Indonesia itu yang bahan habis langsung dibuang, di sini tidak ada.
14:34Jadi, pakai apron-nya yang dicuci.
14:39Dicuci sendiri.
14:40Itu di sini ya, dok ya, apron-nya ya?
14:43Iya, apron, terus tuh, masker, maskernya sedikit.
14:48Jadi, yang pakai masker itu adalah yang melakukan tindakan saja.
14:53Yang operator yang terlibat di dalam lingkungan operasi.
14:58Tapi kalau untuk di kamar bersalin, mereka tidak menggunakan masker.
15:02Terus, handscun juga, kalau yang untuk pemeriksaan vagina, kita menggunakan yang, pada saat persalinan, menggunakan yang steril.
15:09Tapi, saya juga ada melihat handscun yang seperti kita mau buat kue itu, yang plastik.
15:18Plastik itu.
15:20Seolah.
15:21Nah, ya, di situ mirisnya.
15:24Jadi, untuk kita sebagai penolong pun, resiko untuk tercemernya cairan tubuh dari pasien sendiri, gitu.
15:37Karena terbatasnya APD, gitu.
15:39Dan resiko tertusuk jarum karena kita harus melakukan operasi dengan cepat, gitu.
15:45Kalau sehari itu, berapa kali operasi persalinan yang dokter bantu sebenarnya?
15:51Ya, kalau untuk persalinan sendiri di sini, alhamdulillah jumlahnya banyak di sini.
15:57Ibu buah hamil yang melahirkan.
15:59Untuk persalinan normal sendiri di kamar bersalin, itu jumlahnya bisa 10 sampai 15 ibu hamil yang melahirkan.
16:08Itu yang normal.
16:10Itu sehari, ya.
16:12Terus, kalau yang untuk operasinya bisa sampai 5 sampai 8 pasien yang dilakukan operasi.
16:19Jadi, jumlah sehari untuk adanya generasi penerus Gaza ini bisa sampai 20 sampai 25.
16:30Begitu.
16:30Tetap melahirkan.
16:35Dan kemarin, untuk saya dalam jangka waktu 2 minggu, itu saya bisa menolong persalinan pasien kembar itu 3.
16:47Jadi, dalam 1 bulan, saya lihat datanya itu bisa 5 sampai 10 pasien yang melahirkan bayi kembar.
16:58Oke.
16:58Dok, ini sebagai dokter dari Indonesia yang jauh pergi ke Gaza, dan tentunya juga sebagai seorang ibu.
17:11Apa sih yang dokter nasakan ketika dokter harus membantu ibu-ibu hamil yang berada di rumah sakit nasar?
17:21Tentunya sangat berbeda kondisinya ketika dokter menjalani persalinan di Indonesia seperti yang dokter rasakan tadi.
17:31Masakan terdalam yang dokter rasakan saat dokter membantu proses persalinan itu.
17:37Ya, tentunya dari sisi kemanusiaan.
17:40Jadi, memang dari dalam diri saya sendiri memang ingin menolong ibu manusia atau wanita sebanyak-banyaknya yang bisa saya sesuai dengan kepotensi saya.
17:57Jadi, untuk menolong itu tidak hanya di perkotaan, di perdesaan, atau di daerah-wilayah yang kondisinya aman.
18:09Jadi, kenapa tidak harus dengan daerah yang konflik?
18:19Karena di situ juga kan membutuhkan.
18:21Sesuai dengan sumpah saya sebagai dokter spesialis kandungan.
18:27Jadi, menolong semua.
18:29Menolong semua dan tidak ada batasan.
18:32Menolong persalinan di Gaza, apa yang terlitas dalam pikiran dokter pertama kali proses persalinan di Gaza?
18:41Kalau pada saat operasi, kan kita menjahit perut.
18:47Kalau saya di Indonesia, menjahit lemak itu tebal.
18:53Tapi kalau ibu hamil di sini, saya menjahit lemaknya tipis.
18:56Artinya apa?
18:58Artinya di sini, benar-benar ibu hamil di sini malnutrisi.
19:02Kekurangan energi, kalori, protein.
19:05Terbukti dengan apa?
19:06Dengan lemak yang kita jahit itu tipis.
19:08Beda dengan lemak.
19:10Pada saat saya melakukan operasi di Indonesia, lemaknya tebal-tebal.
19:14Seperti terang bulan.
19:17Seperti martabak tebal.
19:18Tapi kalau di sini, tipis.
19:21Jadi, ibu hamil di sini malnutrisi.
19:23Saya lihat.
19:24Hemoglobinnya rendah.
19:27HBnya, zat besinya rendah.
19:29Karena apa?
19:30Karena tidak makan daging.
19:32Ketika dokter berhasil membantu bayi dari ibu yang dokter bantu,
19:42apa yang dokter rasakan?
19:43Sangat senang.
19:45Sangat senang sekali.
19:46Di sini, saya melihat satu nyawa sangat berharga sekali.
19:52Jadi, dokter-dokter di sini juga saling ikut membantu.
19:57Jadi, siapa penanggung jawabnya?
20:00Kalau di Indonesia kan penanggung jawabnya satu.
20:04Tapi kalau di sini, penanggung jawabnya satu.
20:08Tapi dokter-dokter yang lain itu ikut membantu.
20:11Jadi, sama-sama.
20:12Jadi, saling bertukar pikiran.
20:15Jadi, mereka sangat menghargai satu nyawa.
20:19Ada yang mau ditanyakan atau mau disampaikan ke dokter Lenny?
20:24Terima kasih, dokter Lenny.
20:26Dengar suara saya ya.
20:27Siap, Rob. Jelas, Rob.
20:29Alhamdulillah, ini sudah masuk ke minggu kedua ya.
20:33Sepertinya akan segera kembali ke Jakarta nih.
20:36Iya, Rob.
20:37Sudah siap-siap, Rob.
20:39Sudah packing-packing, Rob.
20:42Semoga Allah terima semua.
20:44Amin.
20:46Dan, dikaren inspirasi buat kita semua agar dunia bisa menghentikan ya.
20:51Genosida yang terjadi sekarang di kasa ini.
20:54Mungkin satu yang pertanyaan lagi dari saya.
20:59Kalau menurut pelajaran terbesar yang dokter bawa pulang setelah dokter bertugas mungkin sekitar 12 hari ya di Gaza.
21:12Dan, apa yang akan dokter sampaikan kepada dunia?
21:16Yang akan saya sampaikan yang pertama, hargai makanan ya.
21:23Yang pertama ya.
21:23Karena di sini mereka sangat kelaparan.
21:26Tidak boleh membuang makanan.
21:29Sedih sekali.
21:30Mereka selama 1-2 tahun ini mereka tidak mungkin lupa apa itu namanya gula.
21:38Rasa-rasa manis itu seperti apa.
21:42Dan, pada saya tanya tugas di sini, kenapa tidak?
21:47Dia selalu makan roti.
21:49Kenapa tidak mau makan nasi?
21:51Karena perutnya sudah terbiasa dengan roti.
21:53Karena selama 1-2 tahun ini kami jarang dapat nasi.
21:59Jadi, mereka di sini sangat malnutrisi, sangat kelaparan.
22:07Jadi, hargailah makanan.
22:10Jangan buang-buang makanan.
22:12Karena masih banyak di sekitar kita yang sangat kelaparan.
22:16Kenapa mesegenya itu makanan dok?
22:18Apa dokter punya cerita khusus soal makanan selama bertugas di Gaza dok?
22:23Iya.
22:24Jadi, kalau soal makanan, pada saat saya jaga, terutama di kamar persalin,
22:33jadi bidan-bidannya nanya,
22:34Do you have sugar?
22:38Do you have candy?
22:41Mereka, kita kasih satu butir permen, itu mereka sangat bahagia sekali.
22:47Apalagi coklat.
22:49Saya ada kasih coklat untuk anaknya bidan.
22:54Waduh, mereka sangat bahagia sekali.
22:56Ini untuk petugasnya.
22:59Itu belum lagi ibu hamilnya.
23:03Mereka sedih sekali untuk masalah makanan ini.
23:07Mereka, untuk roti sendiri,
23:12saya dapat infonya roti sendiri itu
23:14Satu, tiga kilo.
23:17Tiga kilo itu seratus dolar harganya.
23:20Tiga kilo seratus dolar.
23:22Dan, satu hari itu bisa menghabiskan tiga kilo.
23:27Harga satu kilo gula itu seratus dolar.
23:31Satu kilo.
23:34Jadi, mereka sedih tidak,
23:36satu sampai dua tahun tidak merasakan gula.
23:39Ketika bertugas di Gaza,
23:47saya dengar juga tadi Prof sempat bilang,
23:49kita juga sulit makan tenaga-tenaga medis di sana.
23:53Mungkin Prof bisa cerita soal.
23:54Ya, kalau laporan terakhir ini,
23:58dokter yang operasi malah pingsan.
24:00Karena dokter-dokter lokal itu kan tinggalnya di tenda.
24:04Kemudian, tidak ada makanan juga.
24:05Akhirnya, tapi mereka semangatnya tinggi.
24:10Untuk bekerja semangat mungkin,
24:13akhirnya ya,
24:14tumbang ketika operasi.
24:15Jadi, memang menyediakan situasi ini.
24:17Jadi, situasi sekarang ini lagi parah dari yang dulu.
24:20Kedua, saya mau cerita ya,
24:21kenapa betapa mahalnya sugar,
24:24betapa mahalnya coklat,
24:26itu ada maksudnya.
24:27Jadi, si penjajah ini tidak ingin
24:29warga Gaza itu melupakan keperluan itu
24:31dengan gula dan coklat.
24:33Maka, kalau kita masuk ke perbahasaan itu,
24:37yang dipresa oleh penjajah itu adalah coklat.
24:40Kita tidak boleh buat coklat masuk ke Gaza.
24:43Sampai segitunya.
24:44Ya, karena mereka tidak ingin warga Gaza itu
24:46melupakan keperluan itu dengan coklat.
24:48Karena memang coklat itu menyenangkan.
24:50Artinya, bisa melupakan keperluan.
24:52Maka, itu tidak boleh masuk Gaza.
24:54Jadi, maksudnya mereka
24:55supaya tetap mengingat penderitaan mereka.
24:58Iya, jadi si penjajah itu ingin mereka
25:00menderita sederita-deritanya.
25:02Jadi, menderitaan itu.
25:04Tidak boleh makan coklat.
25:07Nanti kalau makan coklat,
25:07dia lupa penderitaan ini, gitu.
25:09Jadi, ingin penjajah itu ingin
25:11warga Gaza itu
25:13betul-betul menderita.
25:15Secara fisik dan secara
25:16mental dan musipelnya.
25:18Maka, tidak boleh coklat masuk Gaza.
25:20Tidak boleh masuk gula.
25:22Gula tidak boleh masuk ke Gaza.
25:23Itu untuk warga dan
25:26untuk semua, ya?
25:27Kami juga mengalami coklat.
25:30Kalau ketahuan coklat,
25:31itu yang di-present coklat dulu yang dikeluarkan.
25:33Tapi, boleh masukkan rokok ke bako.
25:36Jadi, akan adiksi.
25:37Kalau fisiknya rusak,
25:39mentalnya rusak,
25:40kecanduan narkotik,
25:42kecanduan ke bako,
25:44ngana bisa dia
25:45melawan penjajah.
25:47Tidak bisa.
25:47Iya.
25:48Kita dengar juga dari pemberitaan
25:50ada truk yang disusupi
25:52atau dimasuki oleh
25:55narkoba
25:56sampai ke Gaza.
26:00Jadi, sejarah itu akan berulang.
26:02Ini terjadi di Damascus.
26:04Kemarin saya kepengen sama
26:05NGO dari
26:06Rahma,
26:08saya Shadi.
26:09Dia minta pada BSMI,
26:10Bawang Semana Indonesia,
26:11untuk mengirim tim ahli
26:12untuk rehabilitasi narkoba
26:14di Damascus.
26:16Jadi,
26:17regime sebelumnya itu
26:18menghancurkan masyarakat itu
26:19dengan membuat
26:21masyarakat kecanduan
26:22akotik.
26:23Seperti ini akan diulang lagi
26:24di Gaza.
26:25Karena
26:25sepertinya kan sama,
26:26buruknya sama.
26:28Jadi, mungkin mereka akan
26:29menghancurkan
26:29misalnya di Gaza
26:31dan lihat seperti itu.
26:32Jadi,
26:32fisiknya hancur,
26:34psikologisnya hancur,
26:35mentalnya dihancurkan.
26:36Oke.
26:37Ini yang
26:38menurutkan
26:39bagi kita semua.
26:40Oke.
26:41Oke, dok.
26:42Dokter Lenny,
26:43mungkin ini
26:43saya ada satu pertanyaan
26:45terakhir lagi sih.
26:47Last question.
26:48Nah,
26:50kalau dokter Lenny,
26:52kan besok
26:53sudah mau pulang nih
26:54ceritanya
26:54hari
26:55dalam waktu dekat ya.
26:58Apakah dokter Lenny
27:00bersedia untuk
27:01ditugaskan lagi
27:03ke Gaza
27:03jika situasi
27:04memungkinkan?
27:06Kalau diikinkan oleh
27:07BSMI,
27:08saya mau lagi.
27:12Kalau diikinkan oleh
27:13BSMI.
27:13tinggal suami,
27:15tinggal keluarga,
27:16sudah bukan
27:17suami.
27:17Alhamdulillah,
27:19suami dan anak-anak
27:20sangat mendukung
27:21kegiatan ini.
27:22Karena,
27:23sesuai dengan
27:24kompetensi saya,
27:25banyak yang membutuhkan
27:26kenapa kita
27:27tidak menolong mereka.
27:29Setelah kembali
27:30ke tanah air,
27:32nanti
27:32apa yang mau
27:33diceritakan ke keluarga?
27:36Yang
27:36ingin saya
27:38harapkan kepada
27:39anak-anak saya
27:40untuk menghargai
27:41yang pertama dulu,
27:41menghargai makanan.
27:42menghargai makanan,
27:45jangan
27:46membuang makanan,
27:47terus harus
27:48sabar dan
27:49ikhlas,
27:50dan serta
27:50profesional.
27:52Jadi,
27:52lakukanlah,
27:53tolonglah
27:54orang lain
27:54semaksimal mungkin
27:56yang baik
27:58yang sudah
27:59kita berikan.
28:01Harus
28:02sabar,
28:02harus sabar
28:03dan ikhlas,
28:04harus bersyukur
28:06betapa
28:07kita di Indonesia
28:08kadang-kadang
28:09merasa,
28:10aku
28:11susah
28:12dapat uang sedikit.
28:14Ternyata
28:15lebih
28:16kasihan lagi
28:17di sini,
28:17ternyata lebih miris
28:18lagi di sini.
28:19Untuk makan pun
28:20susah.
28:21Untuk sehari-hari
28:22mereka tidak sekolah,
28:23mereka
28:24susah untuk
28:25mencari makan.
28:26Tapi,
28:26Alhamdulillah,
28:27untuk
28:27dokter-dokter di sini
28:30kan ada
28:31residennya ya.
28:32Mereka tetap
28:32menjalankan
28:33adanya morning report.
28:35Jadi,
28:35proses
28:36anak-anak
28:38OAS
28:39dan
28:39residennya
28:41di sini
28:41mereka tetap
28:43belajar.
28:44Dan
28:44senior-senior
28:45dokternya
28:46mengajari,
28:47menurunkan
28:49semua ilmunya
28:50untuk
28:50misalnya
28:52adik-adiknya.
28:54Jadi,
28:55begitu juga
28:55nanti saya harapan
28:56di Indonesia.
28:58Jadi,
28:59kita jangan pelit ilmu
29:00dari
29:01dokter
29:03misalnya
29:03untuk
29:04para bidan
29:05atau
29:06calon-calon
29:07dokter juga,
29:08dokter umum
29:09atau
29:09residen
29:10jangan pelit ilmu
29:11karena
29:11mereka sendiri
29:12yang akan
29:13kita tidak tahu
29:14Indonesia saat ini aman.
29:16Bagaimana nanti
29:16situasinya
29:17sama seperti
29:18kita di Gaza.
29:19Sedangkan
29:20kalau misalnya
29:20kita pelit
29:21kan sangat
29:22susah
29:24nanti.
29:25Oke.
29:27Sangat menginspirasi
29:28cerita dokter.
29:29Terima kasih
29:30banyak
29:31dari kami
29:32dari Indonesia
29:34yang dokter
29:35sudah bersedia
29:36untuk
29:36menjadi
29:39narasumber
29:39dalam program
29:41spesial kami.
29:43Salam untuk
29:44dokter-dokter
29:44di sana ya dok.
29:45Semoga
29:46perjalanan ke
29:47Jakarta
29:48bisa
29:49lancar,
29:50bisa sehat,
29:51dan
29:52bisa kembali
29:53selamat
29:53sampai ke tanah air
29:54dok tentunya.
29:56Nah,
29:57sebenarnya
29:58apa sih
30:00tetap
30:01challenging
30:01dari
30:02yang dirasakan
30:04BSMI
30:04untuk
30:05mengirim
30:06dokter-dokter
30:07IMT
30:07ke Gaza gitu.
30:09Pertama
30:09akses.
30:10Akses.
30:11Jadi aksesnya itu
30:12dulu kan lewat
30:13Cairo.
30:14Sudah di-close.
30:16Coba sudah banyak
30:16pengen.
30:17Akses kedua
30:18lewat Jordan.
30:19Ini hanya
30:19lewat
30:20VAU.
30:21Kami daftar
30:22selama
30:23enam bulan
30:23gagal terus.
30:26Akhirnya
30:26ketemu Rahmah.
30:27Rahmah kasih akses kami.
30:29Alhamdulillah
30:29kami bisa masuk.
30:30Ini luar biasa.
30:31Kami bisa memberikan
30:32inspirasi
30:33buat teman-teman
30:33para medis.
30:35Dan juga
30:35memberikan kepada
30:36dunia bahwa
30:36ini harus
30:37dihentikan.
30:39Sudah
30:39gak mampu
30:40dan gak mampu
30:41lagi manusia
30:41menahan
30:42seperti ini
30:43gak mampu.
30:44Ini semua
30:45kelturan ini
30:45menjadi inspirasi
30:46buat kami semua.
30:48Buat para politisi juga
30:49untuk
30:49sudah
30:49menghentikan
30:50gunung
30:51sudah ini
30:51yang sudah
30:52kelar batas.
30:53Pesantaf
30:54kepada masyarakat
30:55Indonesia
30:56atau?
30:56Ya, mari terus kita dukung
30:58Palestina
30:58dan mari kita doakan
31:00agar segera merdeka
31:01dan kita
31:02inginkan kepada
31:04pemerintah Indonesia
31:04tidak hanya
31:05sembolik
31:06dengan cara
31:09mengeluarkan
31:11penjajah itu
31:13segera
31:14secepatnya keluar
31:14dari
31:15wilayah Gaza
31:16karena sangat menghambat
31:17komunikasi
31:18dengan kehidupan normal
31:18walaupun Gaza.
31:19hanya presiden
31:21yang bisa
31:21melakukan
31:22ini
31:22karena kami
31:23orang biasa
31:23hanya
31:24bisa memohon
31:25dan berdoa
31:26kepada
31:26Al-Sumat Allah.
31:27Ya,
31:28kita
31:29tentunya
31:30kita tidak
31:31cukup
31:33untuk
31:34berdoa
31:35dan berpasrah
31:36tapi kita
31:37lakukan
31:37apa yang
31:38menjadi
31:39peran kita
31:41untuk
31:41masyarakat Gaza.
31:42Sobat Republika
31:44seperti yang
31:44dikisahkan tadi
31:46dari Dr. Leni
31:47bahwa
31:48dibalik tubuh-tubuh
31:49mungil yang lahir
31:50tanpa suara
31:51ternyata ada
31:52luka yang
31:53tak bisa
31:54dijahit
31:54dengan jarum
31:55medis.
31:56Tidak hanya
31:57Dr. Leni
31:58juga
31:58Prof. Basuki
31:59yang memberikan
32:00pelajaran
32:00kepada kita
32:01berapa
32:02betapa
32:03berharga
32:04aksi-aksi
32:04kemanusiaan
32:05untuk
32:06saudara-saudara
32:07yang
32:07terzalimi
32:08di Gaza.
32:11Saya
32:11Amas Halabi
32:12Ihsan
32:12Republika
32:14semoga
32:15kita bisa
32:16berjumpa lagi
32:17untuk kesempatan
32:18yang selanjutnya.
32:19Terima kasih.
32:22Terima kasih.
Dianjurkan
3:34
|
Selanjutnya
0:32
1:17
1:07
1:12