Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • hari ini
JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejumlah perusahaan besar terindikasi terlibat pengoplosan beras premium dengan kualitas rendah. Temuan ini muncul dari hasil investigasi kementerian pertanian dan Satgas Pangan di 10 provinsi. Bagaimana fakta itu terungkap?

Praktik pengoplosan dilakukan dengan mengemas ulang beras curah dan memberi label premium, sehingga konsumen terkecoh dengan kualitas dan harga yang tidak sesuai. Apakah jangan-jangan praktik ini sudah lama dilakukan?

Secara eksklusif Rosianna Silalahi mewawancarai Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Saksikan dalam ROSI episode Awas Beras Oplos!

Tayang Kamis 17 Juli 2025 pukul 20.30 WIB di KompasTV.



#beras #mafia #mentan

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/605820/full-eksklusif-mentan-ungkap-212-merek-beras-diduga-oplosan-siapa-mafia-pangan-rosi
Transkrip
00:00PEMBICARA 1
00:29Ambil sampel 268, ada 212 tidak sesuai dengan mutu, harga, kemudian volume.
00:41Kerugian masyarakat itu 99 triliun, hampir 100 triliun.
00:47Mereknya medium, mereknya premium, tapi isinya bukan premium, bukan medium.
00:53Itu adalah beras sebagian beras curang.
00:55Kita serahkan ke kementerian, itu kan ada menkonya ya, tolong menkonya itu juga turun tahan, jangan diam-diam aja.
01:06Supaya ini dikoordinasikan gitu ya, jangan sedikit-sedikit heboh ini, heboh itu gitu ya.
01:12Ini rakyat jadi bingung gitu.
01:14Kalau itu perusahaan-perusahaan besar ya harus di, kita nggak boleh lihat pilih-pilih itu perusahaan besar atau kecil.
01:19Ditindak lihat kalau memang itu betul, salah, terbukti, dia ngoplos gitu.
01:31Kesehatan ini cukup banyak dari imat real, artinya kita saksikan bahwa ketika tidak sesuai dengan standar,
01:39maka tentu banyak efek-efek turunan dari kesehatan.
01:44Anda menyaksikan program Rosi.
01:58Malam ini saya mengundang Menteri Pertanian, Bapak Andi Amran Sulaiman.
02:03Pak Mentan, terima kasih sudah di Rosi.
02:05Sama-sama Mbak Rosi.
02:06Saya tahu Pak Mentan habis rapat, langsung datang ke studio Menara Kompas, saya sungguh menghargainya Pak.
02:13Terima kasih.
02:14Pak, 212 merek beras premium di Oplos, ini bukan angka yang main-main.
02:23Kok bisa?
02:24Aku saja heran, apalagi Mbak Rosi.
02:28Kok bisa?
02:30Awalnya itu adalah dari data BPS.
02:35Mengatakan bahwa harga di tingkat petani turun, penggilingan turun, tetapi konsumen naik.
02:41Ini anomali.
02:42Ini yang membuat kecurigaan awal?
02:44Ya, pertama.
02:45Kedua adalah ada berita bahwasannya supply untuk ke Cipinang itu berkurang.
02:56Padahal sesuai BPS, sesuai FAO, ini FAO nih, itu produksi beras meningkat tajam.
03:03Dan termasuk Kementerian Amerika, United States Department of Agriculture, mengatakan produksi Indonesia meningkat tajam.
03:12Apalagi kita tidak memiliki cuaca ekstrim yang bisa menyebabkan gagal panen.
03:17Betul, dan kita sudah melakukan akselerasi.
03:21Kita melakukan intensifikasi-ekstensifikasi.
03:23BPS mengatakan produksi ini tertinggi, sampai Mei itu tertinggi selama tujuh tahun.
03:29Lah kenapa ada kenaikan harga?
03:32Kami mencoba mengecek, satu bulan hampir dua bulan.
03:35Ngecek seluruh Indonesia, apa sih yang terjadi?
03:38Kenapa harga tiba-tiba naik?
03:40Stok kita tertinggi sepanjang sejarah.
03:42Sorry Pak, jadi Bapak sama sekali itu hanya ingin mengetahui kenapa harga naik.
03:47Kenapa harga naik?
03:48Tidak ada pernah kepikiran ini oplosan?
03:51Enggak kepikiran.
03:52Dulu, aku ingat dulu.
03:54Periode pertama kami menjadi Menteri, itu kalau harga naik, sebentar lagi kita import.
04:01Karena stok kita sedikit.
04:04Satu juta, dibawa satu juta, tidak mungkin.
04:06Kalau ada spekulanya main, kita menekan mereka, ini berbahaya untuk negara.
04:10Akhirnya aku cek.
04:12Seluruh Indonesia, ada sepuluh provinsi seluruh Indonesia.
04:16Lu membangun kita, aku cek.
04:18Di pasar, apa sih yang terjadi?
04:21Kami mengambil sampel 268.
04:24Merek.
04:26Kemudian kami cek satu per satu di lab.
04:29Dan bukan satu lab, 13 lab.
04:31Kenapa?
04:32Kami khawatir nanti ada yang komplain dan seterusnya.
04:35Kan ini sensitif.
04:36Sangat sensitif.
04:40268 kami cek.
04:41212 tidak sesuai dengan standar.
04:46Itu gila sih.
04:47Iya.
04:48Benar.
04:48Pak, Bapak tahu gak itu bikin orang marah?
04:51Bukan dia marah, aku yang marah.
04:53Karena, aku juga marah.
04:56Karena aku pernah posisi, maaf, berada di bawah garis kemiskinan.
05:00Hidupku.
05:0036 tahun.
05:02Saya bisa merasakan saudara kita.
05:06Kalau menengah ke atas, mungkin itu tidak masalah.
05:10Kenaikan harga seribu.
05:12Tetapi, yang saudara kita yang miskin, tidak punya rumah, numpang, sewa rumah.
05:20Apa pernah dipikirkan?
05:21Jangan kita ego hidup bernegara.
05:25Jadi...
05:25Sorry Pak, gini.
05:26Saya mau masuk kata oplos sekali lagi Pak.
05:28Kenapa oplos ini bisa menjadi sangat menyebalkan.
05:32Bikin orang marah.
05:33Iya.
05:33Karena ini konsumsi dasar, makanan pokok bangsa Indonesia.
05:40Benar.
05:40Itu di oplos.
05:42Iya.
05:43Oke, kita bicara soal kerugian negara yang luar biasa fantastis juga.
05:47Tetapi, hal pertama yang saya pikirkan ketika ini soal oplosan, ini tidak melulu tentang materi.
05:54Iya.
05:54Tapi, bagaimana nasi itu masuk ke perut anak-anak bangsa.
05:57Iya.
05:58Apakah oplosan yang Bapak maksud ini hanya murni mencampur aduk beras murah dengan yang harusnya beras berkualitas atau memang ada bahan yang membahayakan nyawa?
06:11Oh, itu tidak ada.
06:12Oke, clear ya di sini ya Pak.
06:13Tidak ada.
06:14Oke.
06:14Itu clear.
06:15Nah, sekarang yang saya katakan oplos adalah beras curah dicampur kemudian menjadi premium.
06:23Tapi, ada lagi di atas beras oplos yang maaf menurut saya ini, ini tidak beradab.
06:32Kenapa?
06:33Curah langsung dikemas menjadi premium.
06:36Curah dikemas menjadi medium.
06:40Lah, ini kan selisih harganya sampai 5 ribu, 3 ribu, 4 ribu.
06:44Jadi, sederhananya begini.
06:48Emas, ada kan 24 karat tuh harganya 1 juta katakanlah.
06:51Kemudian 18 karat harganya 600.
06:55Nah, ini emas 18 karat, ditulis 24 karat.
07:00Itulah sederhananya.
07:01Oke Pak, sebelum kita masuk ke situ, karena saya sangat concern dan saya rasa banyak ibu-ibu concern soal ini.
07:09Sebelum kita masuk soal penipuan dan kejahatan korporasi untuk memperkaya korporasi.
07:15Tapi, saya ingin sekali lagi mengklarifikasi dari Bapak, kata oplosan di beras ini, ini tidak sampai ke arah yang fatalitas, yaitu membahayakan nyawa anak-anak dan masyarakat Indonesia.
07:29Tidak membahayakan kesehatan, tidak membahayakan kesehatan kita, tetapi membahayakan ekonomi.
07:37Jadi, ini murni tentang kerakusan para pedagang beras, pengusaha beras.
07:43Cari keuntungan sebesar-besarnya.
07:44Merugikan negara dan juga merugikan konsumen.
07:48Saya mau lihat timelinenya ya Pak ya, tadi Bapak sudah sempat menyinggung, karena ini gara-gara harga gabahnya naik begitu kan.
07:57Terus, kenapa, sorry, harga gabahnya turun, kenapa harga berasnya naik, dan kemudian saya ingat 26 Juni Bapak kompres untuk mulai investigasi.
08:1030 Juni di hari kerida pertanian, Bapak langsung merilis soal ini.
08:15Sebenarnya timelinenya agak cukup pendek loh Pak, untuk bisa mengetahui bahwa ini langsung dioplos.
08:20Pertanyaan saya begini, Bapak kan bukan menteri baru di Kementerian Pertanian.
08:25Bapak pernah menjadi Menteri Pertanian sebelumnya, ini sesuatu yang Bapak sebenarnya tahu, tapi dulunya gak berani, atau sesuatu yang benar-benar baru untuk Bapak?
08:38Kalau dulu, saya ini sudah wise, sudah bijak sekarang, saya jadi orang Solowesi.
08:45Dulu aku langsung segel.
08:48Maksudnya di periode pertama?
08:49Iya, ada salah sebeti, masih ada beritanya tuh.
08:52PT yang besar, mungkin level terbesar.
08:58Aku langsung tutup.
09:00Kami gak peduli.
09:01Ini untuk kepentingan rakyat.
09:03Kalau kami, bisa diganti setiap saat.
09:07Belum tentu 5 tahun.
09:09Kalau resapel, kalau kita tidak kinerja baik, bisa diganti.
09:12Tapi, momentum ini saya gunakan, pena kami yang pegang ini, ini harus dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
09:21Kalau sekarang, Mbak Rosy, aku sudah wise.
09:23Kalau dulu enggak, tutup.
09:25Aku datang tutup segel.
09:28Dan sampai sekarang tutup itu perusahaan.
09:30Dulu mereknya juga sama.
09:32Oh, Bapak ingin mengatakan bahwa periode pertama pun, kalau ada apa pun yang terjadi, enggak ada urusan.
09:37Aku tambah, 400 tersangka periode pertama.
09:41Jadi, Bapak ingin klarifikasi.
09:42Hanya saja Mbak Rosy enggak pernah tanya.
09:44Bapak ingin klarifikasi, ini bukan soal dulu enggak berani.
09:48Sekarang pun.
09:49Kalau aku dapat, pasti sesuai kewinan saya, aku tindak.
09:55Pak, jadi soal 212 merk oplosan ini.
09:59Ini kan praktek yang, kalaupun katakan ini baru Pak, tapi saya enggak yakin.
10:08Jangan-jangan ini sudah bertahun-tahun terjadinya.
10:10Bisa jadi.
10:11Pak Amran aja yang baru tahu sekarang.
10:13Bisa jadi, karena dulu kalau tidak salah 2016-2017.
10:17Itu langsung kami segel.
10:19Polis lain, kami bersama Pak Kapolri, ayo.
10:22Ini ada, tidak sesuai dengan mutu kualitas barangnya dan seterusnya.
10:29Tersangka langsung.
10:31Jadi, ini tentang campurannya, jadi kualitasnya.
10:33Saya urut.
10:34Yang pertama adalah, kualitas beras curah langsung jadi medium.
10:41Beras curah langsung jadi premium.
10:44Yang kedua adalah, dicampur.
10:48Dicampur dan segala macam.
10:50Oplos, kata oplos lah.
10:52Ini kan lebih tinggi nih.
10:53Di oplos, kemudian jadi medium dan premium.
10:56Dan itu, kami gunakan 13 lab.
11:01Karena, kami sudah hitung.
11:04Ini sangat sensitif.
11:05Pasti banyak perlawanan.
11:08Kami sudah siapkan datanya, 13 lab di seluruh Indonesia.
11:13Jadi, kami betul-betul serius untuk menyelesaikan masalah ini.
11:18Pak, soal kualitas beras, label kemasan.
11:24Ya.
11:25Itu kan ada juga di kementerian.
11:28Apakah menurut Bapak mereka tidak menjalankan tugasnya?
11:30Kenapa ini bisa ketahuannya oleh Kementerian Pertanian?
11:33Itu kan dari produsen, pabrik.
11:36Bukan di Kementerian Pertanian.
11:38I know.
11:38Tapi kan ada empat lembaga yang mengawangi tentang beras ini, Pak.
11:42Ada Kementerian Pertanian, Bapak yang nguruskan petani dan lain sebagainya.
11:46Ada Kementerian Perdagangan yang mengawasi kualitas beras, serta label kemasan.
11:52Ada Bapak Panas, ada Budulok.
11:55Kami, itu foksinya apa? Produksi kan?
11:58Produksi.
11:59Kalau misalnya dari empat lembaga saja untuk hal yang seperti ini masih lolos,
12:04kalau introspeksi Bapak, di mana?
12:06Begini.
12:08Dunia ini tidak akan pernah penjahat kejahatan habis.
12:15Sampai kiamat.
12:16Tidak pernah.
12:18Kalau ada celahan, dimanfaatkan dengan baik.
12:21Nah, kita harus perketat lagi ke depan.
12:24Mungkin secara berkala kita cek dan seterusnya.
12:27Ini kita perbaikan terus.
12:29Jadi kita tidak boleh mengatakan bahwa apakah karena lalai dan seterusnya,
12:34kita perbaikan terus menerus.
12:36Nanti pengganti saya memperbaiki lagi.
12:38Saya tidak terlalu yakin dengan kata lalai, Pak.
12:40Nah, publik rasanya lebih merasa ini memang dibiarkan.
12:46Apalagi, Bapak mengatakan, kita harus bereskan mafia-mafia yang bergerak di sektor pangan.
12:52Tidak boleh kita biarkan.
12:54Mafia itu tidak sendirian.
12:56Kalau aku kemarin sih, pas buka saninya, Pak Foton itu beda banget sama rasanya berasnya itu.
13:07Kayak beras biasa gitu loh.
13:09Padahal harga premium?
13:10Ya, harganya padahal harga 78 itu.
13:13Cuma rasanya beda banget.
13:14Nyoba gitu.
13:15Kok beda gitu loh.
13:16Cik enakan, masih enakan yang harga 17 ku ini.
13:19Oh, itu sangat merugikan rakyat kecil juga.
13:22Ya kan?
13:23Bagi kita itu benar-benar merugikan.
13:25Udah harga mahal beras dioplos.
13:27Ya kan?
13:28Seharusnya pemerintah tahu dong, ya kan?
13:30Beras yang mahal harus yang asli dong, jangan dioplos.
13:33Ya kan?
13:33Itu sangat merugikan rakyat kecil.
13:35Ya, sangat dirugikan.
13:37Kita beli yang inginnya kualitas yang bagus, harga mahal, seharusnya dapat bagus.
13:44Kenapa kok?
13:46Ada oblosan gitu loh.
13:47Sangat dirugikan.
13:49Ibu kecewa sekali loh.
13:50Ini kan tegangan kecil, bukan yang besar.
13:53Kalau nanti saya jual kan kulannya nggak tahu.
13:57Nah, yang beli tuh luduh saya.
14:00Kan saya yang enak sama yang guri sedikit-sedikit itu.
14:03Sini kan pengecer, bukan blose.
14:07Sejumlah perusahaan besar terindikasi terlibat pengoplosan beras premium dengan kualitas rendah.
14:13Ini semua juga terkait dengan mafia beras.
14:16Siapakah yang jadi mafia beras selama ini?
14:18Saya bersama Menteri Pertanian, Bapak Andi Amran Sulaiman.
14:23Pak Mentan, mafia.
14:25Bapak juga sudah menyebut soal mafia dan kita harus berantas.
14:28Mengutip kata Pak Presiden.
14:33Ya oke, silahkan Pak.
14:34Bapak Presiden perintahkan.
14:36Pertama, berantas korupsi dan mafia.
14:40Tegas itu.
14:41Yang kedua, tingkatkan produksi pangan.
14:45Itu menjadi vital.
14:50Tidak ada pangan, negara bisa bermasalah.
14:52Kalau pangan bermasalah, negara bermasalah.
14:56Waktu Bapak di Cipinang marah, yang Bapak melihat ada 10 ribu ton yang keluar.
15:0311 ribu ton yang keluar secara diam-diam.
15:06Tapi Bapak bisa tahu, itu bagian dari mafia beras?
15:09Saya tidak bisa mengatakan mafia, tapi itu tidak benar.
15:13Tidak benar data itu.
15:15Awalnya kami curiga, karena tiba-tiba mengatakan tidak ada supply ke Cipinang, turun dan seterusnya.
15:22Kok tiba-tiba turun, padahal produksi naik.
15:24Begitu kami cek data 5 tahun, harian, kami cek subuh-subuh.
15:30Aku dapatkan data, 11 ribu keluar satu hari.
15:35Itu tidak mungkin.
15:36Karena itu ribuan mobil.
15:38Harus masuk, kan pasti tidak muat.
15:40Nah, selama 5 tahun, keluar maksimal 3 ribu.
15:44Per hari.
15:45Pandain puncak itu 3 ribu.
15:47Seribu sampai 3 ribu.
15:48Lah kenapa 11?
15:49Dari sini kami lacak.
15:52Apa yang terjadi sesungguhnya?
15:54Nah, kami temukan 12 merek itu.
15:58Cek seluruh Indonesia, bukan Cipinang saja.
16:00Seluruh Indonesia kami cek.
16:02Kami ingin tahu, seperti apa sih tata kelola perberasan kita.
16:08Dan yang Bapak temukan?
16:09Kami temukan 86 persen tidak sesuai standar.
16:13Ada polumenya kurang.
16:14Ada kualitasnya kurang.
16:17Ada tidak sesuai standar.
16:20Dioplos dan seterusnya.
16:21Berarti, satu.
16:24Secara tidak wajar ada distribusi belasan ribu ton beras.
16:31Tidak wajar dong?
16:32Tidak wajar.
16:33Kalau itu tidak wajar.
16:34Sudah pasti.
16:34Tidak mungkin.
16:35Satu hari.
16:36Dalam satu hari.
16:38Itu tidak mungkin.
16:39Satu itu kemudian Bapak mendapatkan temuan Oplosan.
16:42Tetapi itu juga bisa menjadi praktek sehari-hari.
16:44Di mana itu buat menjadikan penggunaan.
16:47Dan kemudian dianggap menjadi kelangkaan beras.
16:49Dan kemudian menjadi alasan untuk impor.
16:51Untuk impor.
16:51Betul.
16:52Dulu seperti itu.
16:53Tapi sekarang adalah momentum yang sangat baik.
16:57Untuk memperbaiki tata kelola perberasaan Indonesia.
17:00Kenapa?
17:01Stok kita banyak.
17:034,2 juta ton tertinggi sepanjang sejarah.
17:06Tidak mungkin spekulan bisa main.
17:08Kenapa?
17:09Beras kita dulunya itu maksimal 1 juta.
17:131 juta lebih.
17:152 juta itu jarang.
17:17Sekarang 4 juta.
17:18Saya mendengar waktu Bapak bersama Komisi 4 juga mengatakan.
17:20Berani mengatakan temuan ini atau merilis temuan ini.
17:23Karena stok pangan kita sepanjang sejarah tertinggi.
17:26Kalau enggak, enggak berani.
17:27Kenapa?
17:28Apa yang membuat tata panggara?
17:29Itu bisa berbahaya.
17:30Goncangan politik.
17:30Iya.
17:32Pangan.
17:32Kalau pangan bermasalah.
17:34Ini Republik ini bermasalah.
17:36Ini vital.
17:38Sangat vital.
17:39Karena Bapak takut spekulan mafia beras itu akan fight back.
17:43Dan membuat kelangkaan pangan sehingga enggak berani.
17:46Jadi ketika Bapak merilis kontroversi ini.
17:49Atau isu kejahatan korporasi seperti ini.
17:52Bapak enggak terlalu khawatir.
17:53Karena toh beras kita, cadangan beras kita besar.
17:55Kita sudah sekarang salurkan beras 360 ribu ton.
18:00Ditambah 1,3 juta ton.
18:03Mulai besok kami seluruhkan seluruh Indonesia.
18:06Beras murah.
18:08Jadi enggak masalah.
18:09Ini paralel kita lakukan.
18:11Pak Mentan, jadi siapa mafia beras?
18:15Ya nanti APH menentukan.
18:17Tetapi kalau dibawa kewenangan saya.
18:22Contoh pupuk kemarin.
18:24Minyak goreng, pupuk.
18:26Ada yang terlibat.
18:27Dari Kementerian Pertanian.
18:29Aku pecat.
18:30Dan aku kirim.
18:31Sekarang tersangka.
18:32Nama-nama perusahaan yang Bapak rilis itu.
18:34Bukan nama perusahaan kaleng-kaleng.
18:36Mereka nama-nama perusahaan besar.
18:38Yang kami sampaikan, 212 itu kami sampaikan ke kepolisian.
18:47Silahkan cek di kepolisian yang diperiksa.
18:50Itu pasti keluar satu-satu nanti.
18:52Sekarang yang keluar baru, kalau tidak salah baru 10.
18:5526 merek.
18:56Nanti keluarnya di sana.
18:58Pertanyaan saya, apakah mereka juga terindikasi sebagai mafia beras?
19:02Yang menentukan nanti adalah penegak hukum.
19:06Kalau kewenangan dibawa saya, aku beresin.
19:10Tapi kami kirim ke penegak hukum.
19:12Paham, tapi Pak Mentan yang sudah binder dan mengerjakan ini sejak lama.
19:17Tahu persis Bapak ada di lapangan.
19:19Bapak tahu dong sebenarnya siapa yang bermain dalam praktek-praktek mafia beras?
19:26Yang bermain beras aku tahu.
19:28Tetapi yang menentukan nanti siapa salah, siapa benar itu ada di pengadilan.
19:34Kemudian polisi memeriksa, mengecek sampai ke akar-akarnya.
19:38Tapi kami temukan fakta.
19:41Ini kewini dengan saya.
19:43Kami koordinasi dengan Pak Mingko, kemudian Menteri Perdagangan.
19:47Kami temukan fakta.
19:49Bahwa beras yang diterima masyarakat itu adalah tidak sesuai dengan harga diberikan dan kualitas diberikan.
19:57Premium tapi bukan premium.
19:59Itu kewini dengan saya dan saya katakan ini 86 persen tidak sesuai.
20:05Itu kewini dengan saya.
20:07Pak Mentan, Bapak menulis surat ke APH Aparat Penegak Hukum melaporkan fakta yang didapat oleh Kementerian Pertanian dengan laboratorium yang independen dan beragam.
20:21Untuk mengecek supaya kualitas penelitiannya ini berjalan dengan parsial, imparsial dan dapat dipertanggungjawabkan.
20:30Gimana cara?
20:32Kan gini Pak, Menteri Pertanian sudah merilis soal oplos beras premium.
20:38Dan itu sudah membuat masyarakat marah.
20:43Dan saya ingin mengatakan, jangan sampai surat itu hanya menjadi macan kertas.
20:50Apa yang, Bapak sudah juga bilang ini mari kita lawan praktek mafia.
20:57Jangan cuma garang di depan jadi macan kertas tapi enggak ada.
21:02Semuanya nanti kemudian oke lupa dan business as usual.
21:06Kami sudah tujuh tahun di kabinet.
21:12Periode pertama 400 tersangka.
21:15Dulu ada perusahaan besar, itu ditutup.
21:18Dan kami langsung datang.
21:20Bersama Pak Kapolri, segal.
21:23Baru-baru ini,
21:25jangankan orang luar,
21:27anak kandungku,
21:28anak kandungku adalah pegawai Kementerian Pertanian.
21:30Aku pecat tersangka Direktur.
21:35Sudah dua, tiga tersangka.
21:37Aku pecat, aku copot.
21:41Selama dibawa kewenangan saya, aku beresin.
21:45Aku enggak mau tahu dia siapa di belakangnya siapa.
21:49Nah setelah itu kalau ini beras,
21:51begitu kami temukan fakta seperti ini,
21:54seperti sebelumnya aku kirim.
21:57Ke Pak Kapolri Lansung,
21:59ke Satgas Pangan,
22:00tanggal 10,
22:0310 baru-baru ini,
22:04langsung ditindakan juga, diperiksa.
22:06Itu diperiksa 26,
22:08dan tadi malam laporannya akan diperiksa lagi 40-an.
22:12Pak, Mentan saya juga ingin memberikan ruang
22:15untuk penjelasan bagi korporasi yang diperiksa.
22:19Saya mau masuk dulu penjelasan dari
22:22kuasa hukum PT Blitang, Panen Raya.
22:24Kita dengarkan dulu ya Pak Mentan.
22:28Temuan Mentan itu kita apresiasi,
22:30tapi yang kita sesalkan,
22:32ketemuan Mentan itu kan sudah dihilir,
22:36bukan dihulu.
22:38Seperti itu.
22:39Jadi kalau namanya dihilir,
22:41perlu kita sepakati bersama,
22:43kita selidiki bersama.
22:45Jadi kami merasa juga
22:47sedikit terganggu seperti itu.
22:51Karena ini dihilir seperti itu.
22:54Sampai saat ini dalam pemeriksaan,
22:56kita belum jatuhkan sanksi
22:58atau ditemukan hal-hal seperti itu.
23:01Cuma dalam sampel pemeriksaan,
23:04perusahaan kita termasuk dari salah satu
23:06yang harus dilakukan pemeriksaan seperti itu.
23:09Kita berani seperti itu,
23:11karena kita juga bertanggung jawab
23:13secara moral kepada masyarakat.
23:16Apa penjelasan, Bapak?
23:17Jadi memang kami dihilir,
23:21dihulu hilir terserah kami.
23:23Pemerintah harus mengawasi.
23:26Pemerintah harus mengawasi dari hulu hilir
23:28di mana saja.
23:31Yang terpenting,
23:32mau hulu mau hilir,
23:33yang terpenting ini salah.
23:35Apalagi kalau labelnya adalah label perusahaan itu.
23:39Padahal premium, medium,
23:42padahal ini adalah curah.
23:46Ini oleh karena itu,
23:48kami periksa bukan kata saya.
23:5213 live ini,
23:54kami ambil datanya,
23:55kemudian ini kami kirim ke penegak hukum.
23:57Di sana diuji.
23:59Siapa yang salah?
24:00Apakah ini salah atau tidak?
24:04Tidak mungkin live-nya salah.
24:06Dan mungkin Mbak Rosi bisa lihat di pasar.
24:10Dari media tadi aku baca.
24:12Beberapa pedagang mengaku.
24:15Iya kan?
24:15Ada berita.
24:17Beberapa media muat.
24:18Jadi bukan persoalan hilir,
24:21hulu di manapun di Republik ini.
24:24Tidak boleh melanggar regulasi
24:25yang ditentukan pemerintah.
24:27Apalagi sektor yang vital.
24:30Termasuk pangan.
24:31Pangan ini vital.
24:32Termasuk juga ada perusahaan
24:34dari BUMD Pemprov Jakarta.
24:37Dan di situ dikatakan,
24:38kami sudah ada pengujian mutu
24:39dan melalui quality control di laboratorium
24:42selalu ada uji periodik sesuai dengan kelasnya.
24:45Memang hak setiap orang
24:46untuk memberikan penjelasan dan pembelaan diri.
24:49Tapi yang saya ingin tangkap dari penjelasan mereka adalah
24:51mereka merasa
24:52mereka sudah bertanggung jawab dengan hasilnya
24:55dan secara periodik juga ada uji laboratorium.
24:58Jadi mereka melihat
25:00tidak mungkin beras mereka itu up loss.
25:03Mbak Rosi sederhana.
25:06Pernah enggak
25:07Mbak Rosi melihat orang
25:09yang sekalipun sudah terdakwas
25:13bahkan sudah di penjara
25:15ngaku bahwa salah.
25:17Sederhana banget.
25:19Dan jangan dibatasi pemerintah memeriksa.
25:21Mau dihulu, mau dihilir.
25:23Kita periksa.
25:24Ini keselamatan.
25:26Ini negara, masalah negara.
25:28Bukan urusan pribadi saya.
25:29Jadi ini harus dicek semua.
25:33Kemudian ada kata-kata
25:34kami tidak melihat
25:36mau beweben, mau swasta,
25:38mau raksasa, mau kecil.
25:41Ini aku tidak peduli dengan itu.
25:45Kami lihat berasnya.
25:47Objeknya aku cek.
25:48Ini bermasalah
25:49menyusahkan
25:50orang kecil, orang miskin.
25:53Aku ini punya pengalaman miskin 36 tahun.
25:56Dan aku pernah merasakan itu.
25:57Oke.
25:57Tahu Mbak Rosi, satu hal.
26:00Aku pernah makan beras
26:01dicampur dengan pisang.
26:03Waktu SD.
26:05Karena beras mahal.
26:07Itu tahun 80-an, tahun 70-an, 80-an.
26:09Tahun 80-an.
26:11Jadi aku bisa merasakan
26:12apa dirasakan masyarakat.
26:14Aku siap segala risiko
26:15membela orang miskin.
26:18Pak Mentan,
26:19dengan seluruh pengalaman
26:22pahit di masa kecil,
26:25di masa muda,
26:25Pak Mentan di forum
26:28di Rosi ini mengatakan
26:29akan siap membela orang kecil.
26:31Tapi pertanyaan saya,
26:33Bapak sekarang sudah memegang
26:35semua otoritas yang ada
26:36sebagai Menteri Pertanian.
26:38Benar komit
26:39atau sekedar pencitraan?
26:41Kenaikan ini terjadi sejak kapan?
26:54Dua minggu yang lalu.
26:55Rasanya nggak panen gitu loh.
26:57Nggak ada panen.
26:58Oh nggak ada panen.
27:00Di petani nggak ada panen,
27:01darah naik.
27:03Darah naik ke roda.
27:04Dari sana ya nggak naik.
27:05Kira-kira tahu nggak alesannya, Pak?
27:08Kurang tahu.
27:10Nggak tahu, ibu.
27:11Mungkin Anu ya.
27:13Dari sananya ya,
27:15apa,
27:16mengenaik.
27:17Dari petaninya mungkin ya.
27:19Supaya segera diturunkan.
27:21Itu sih, Om ada,
27:22ongkos kirimnya kan naik gitu.
27:24Jadi ya,
27:26ini ya,
27:27yang ambil juga di ini kan.
27:29Berarti harganya ikut naik gitu ya.
27:30Ya, ikut naik.
27:31Padahal kan stok beras kan
27:32aslinya melimpah.
27:33Saya masih bersama Menteri Pertanian,
27:39Bapak Andi Amran Sulaiman.
27:41Pak Andi,
27:42mengulang pertanyaan saya
27:43sebelum jeda tadi.
27:44Bapak terkenal belak-belakan,
27:46gagah berani untuk melawan gitu.
27:50Bahkan Bapak selalu bilang,
27:51saya pernah mau disuap.
27:52Berapa 500 miliar atau apa?
27:54Dan saya tolak.
27:56Ada pertanyaan,
27:58beneran nggak sih ini?
27:59Atau Bapak sebenarnya memang
28:01sedang lagi pencitraan?
28:03yang mengatakan itu,
28:06jangan-jangan tidak baca media ya.
28:09Atau baru bangun tidur.
28:10Coba cek.
28:12Apa pencitraan,
28:14kalau mau menjarakan orang?
28:17Aku menjarakan orang nih.
28:19Dulu 400 tersangka.
28:22Baru-baru ini 20 tersangka,
28:23minyak goreng,
28:24pupuk palsu.
28:25Itu apa?
28:26Tahu nggak satu orang saja di penjara itu tanggung jawabnya gimana?
28:30Bapak ingin mengatakan bahwa apa yang Bapak katakan,
28:33Bapak eksekusi langsung.
28:34Dan ini bukan kemarin.
28:35Cuma ngomong aja.
28:36Aku bukan kemarin kan.
28:39Jangan-jangan orang baru,
28:40orang asing datang ke Indonesia yang Mbak Rosi
28:42sampaikan pencitraan.
28:45Atau tidak baca media.
28:46Mungkin.
28:48Ini bukan kemarin.
28:492014 kami jadi menteri.
28:52Demosi mutasi di internal Kementerian Pertanian,
28:56itu 1.500.
28:57Pernah aku copot 2 kali,
29:001 kantor pejabatnya.
29:02Dirjen,
29:04Sesdit,
29:04Eselon 2 habis.
29:062 kali.
29:07Ada nggak pernah terjadi dengar seperti itu?
29:10Kemudian aku antar anak kandungku masuk penjara.
29:14Tanda petik,
29:15anak kandung saya,
29:16staf saya di kementerian pegawai saya.
29:19Aku tuh,
29:20kalau sebagai manusia,
29:22aku tidak tega.
29:24Mbak Rosi,
29:25tahu nggak,
29:25aku lakukan ketegasan ini,
29:26kadang aku nangis,
29:28kalau pulang.
29:30Ini,
29:31orang sudah bekerja 30 tahun.
29:33Ini baru-baru 27 miliar.
29:36Minta fee.
29:37Aku tersangkakan.
29:38Kirim ke polisi,
29:39polisi yang tersangkakan.
29:40Tapi aku kirim,
29:41nih buktinya.
29:44Jadi,
29:45kurang apa.
29:46Mungkin,
29:47baru bangun tidur yang bilang itu.
29:48Sampaikan dia Mbak Rosi.
29:50Mungkin baru bangun tidur tadi,
29:52langsung mimpi,
29:53tiba-tiba mengatakan pencitra.
29:54Suruh datang ke saya.
29:56Pak Menteri,
29:56kan,
29:59saya pernah,
30:00mendengar cerita langsung,
30:02itu dikatakan kepada saya,
30:03seorang menteri,
30:04di era dulu.
30:06Ya,
30:06dia termasuk,
30:07di kementerian yang juga,
30:09sedikit banyak berurusan dengan,
30:12tata kelola,
30:13pangan.
30:14Pangan.
30:14Pangan.
30:15Ya,
30:15beras lah.
30:18Dan dia,
30:21kemudian,
30:22memang mau,
30:23ya,
30:24itu,
30:26berhadapan dengan,
30:28satu nama yang selama ini dikenal dengan,
30:30mafia beras.
30:31itu copot tuh,
30:32dari kabinet.
30:36Ulangi siapa tuh?
30:38Oh gini,
30:39menteri lagi.
30:40Ada menteri.
30:40Oke.
30:41Ini pertanyaan saya,
30:44untuk kan,
30:45Bapak gak mau dibilang pencitraan nih,
30:46karena Bapak,
30:47dengan seluruh pengalaman hidup Bapak,
30:49Bapak tahu rasanya menjadi orang miskin.
30:51Kemudian dicopot?
30:52Enggak.
30:53Jadi,
30:54dan kemudian Bapak,
30:55mengatakan saya,
30:56tidak hanya sekedar,
30:58kalau meminjam isilahnya Pak Presiden Prabowo,
31:00gak sekedar omon-omon.
31:01Apa yang Bapak katakan,
31:02Bapak lakukan.
31:03Tetapi,
31:04ngomong soal mafia beras ini,
31:06ada pengalaman,
31:07seorang menteri pernah cerita pada saya,
31:10ya,
31:11berhadapan-hadapan,
31:12yang dia mau mengeksekusi seorang,
31:15nama,
31:15mafia.
31:16Mafia beras,
31:17dicopot dari kabinet.
31:19Mbak Rosi,
31:21copot terlalu rendah,
31:23risiko tertinggi hidup itu mati.
31:26Gak ada artinya itu copot.
31:28Setiap detik adalah takdir.
31:30Masa takdir bisa tertukar?
31:33Enggak,
31:34aku gak peduli itu.
31:34Kalau kita masih pertimbangkan itu,
31:37tidak akan pernah bekerja dengan baik.
31:40Itu sudah pasti.
31:41Kalau Anda lebih mencintai,
31:44kursimu,
31:45daripada kebenaran,
31:50selesai.
31:51Jangan cerita banyak.
31:52Cuman kan Bapak bisa berani,
31:53maksud saya begini,
31:54saya tidak meragukan komitmen
31:56atau keberanian Bapak,
31:57bukan itu.
31:58Tetapi,
31:59saya juga merasa bahwa,
32:00saya juga yakin,
32:02sebagai seorang profesional,
32:03bagaimanapun juga,
32:04political power,
32:05itu dibutuhkan.
32:06kalau Bapak juga gak di backup oleh Presiden,
32:08gak mungkin dong Bapak berani se-ini.
32:11Artinya,
32:11artinya Presiden juga memberikan lampu hijau.
32:16Silakan,
32:17Mentan,
32:18lakukan apapun yang Anda lakukan.
32:19Lampu hijau,
32:20perintah.
32:22Aku jalankan.
32:24Bapak Presiden luar biasa,
32:25seter tegas.
32:27Kemarin mafia yang,
32:29mafia pupuk,
32:30aku berani katakan mafia.
32:31Kenapa?
32:32Kami periksa di lab,
32:33ternyata kosong.
32:34Tersangka.
32:35Aku lapor Bapak,
32:36Pak ada gini,
32:37lanjutkan.
32:38Bapak Presiden mengatakan lanjutkan.
32:39Apakah di antara 212 nama perusahaan-perusahaan itu,
32:44termasuk juga ada nama-nama perusahaan besar,
32:46Bapak belum berani mengatakan bahwa mereka terindikasi mafia beras.
32:49Ini kan masih berproses,
32:50Mbak Rosi.
32:51Sekarang,
32:52ini yang saya katakan,
32:53pupuk kemarin.
32:54Kan baru saja ini pupuk.
32:56Pupuk yang,
32:57pupuk palsu.
32:59Kemudian ada yang,
33:00speknya hanya 70%.
33:02Ini,
33:04tersangka ada minyak goreng.
33:06Tersangka.
33:07Ini kan baru.
33:08Ini tahun 2025.
33:10Kami lapor Bapak.
33:11Bapak katakan,
33:12lanjutkan.
33:15Kami lanjutkan.
33:17Bicara soal seperti ini, Pak.
33:19Apakah memang soal pengoplosan beras ini,
33:23murni kejahatan,
33:25penipuan yang dilakukan oleh korporasi swasta,
33:28atau sesungguhnya pemerintah juga membuka celah untuk kejahatan ini?
33:31Nanti ditentukan di penegak hukum.
33:34Yang saya bisa katakan,
33:35ini tidak sesuai standar.
33:36Titik.
33:39Kenapa?
33:39Bapak tidak ingin memberikan penilaian kepada sesama kolega di kabinet?
33:44Enggak.
33:45Yang kami dibawa ke kewenangan kami,
33:48kami bisa komentari.
33:51Ada sepecat.
33:52Kemudian sekarang ada tersangka,
33:54dibawa di Kementerian Pertanian.
33:57Ada,
33:57kami turunkan pangkatnya.
33:59Ada kami mutasi.
34:02Ini baru 10 bulan nih.
34:03Kemudian pegawai kami ada juga,
34:07kami beri sanksi,
34:08juga tersangka,
34:10bahkan DPO.
34:12Jadi,
34:14aku harus bahas
34:15di kewenangan saya.
34:17Kalau membahas
34:18di kewenangan orang,
34:20itu namanya omong-omong.
34:21coba bawa.
34:23Mbak Rosy bawa kewenangan di saya,
34:25ke Menteri Pertanian yang Mbak Rosy tanyakan.
34:27Beres itu semua pertanyaannya.
34:29Atau mau Mbak Rosy pindahkan.
34:31Pindahkan di sini,
34:32saya tak selesaikan.
34:32Pak Mentan merasa
34:35yakin
34:36dengan langkah Pak Mentan ini,
34:38Bapak bisa membereskan
34:40tata niaga beras.
34:41Saya tidak lakukan kalau
34:42saya tidak yakin.
34:44Harus kita bekerja itu hakul yakin.
34:47Kalau ada keraguan,
34:48itu pasti tidak beres.
34:51Kalau ada keraguan,
34:52atau
34:52kita bagian dari masalah.
34:55Ketua Komisi 4,
34:56Ibu Titi Suwarto mengatakan
34:58semua yang main seperti ini
35:00harus dikasih efek jerah.
35:02Efek jerah seperti apa
35:04yang menurut Pak Mentan
35:05paling pantas.
35:06Karena saya sempat baca di media,
35:08di media Bapak bilang gini,
35:10ya mereka
35:10mengakui
35:12lalu menarik peredarannya.
35:13Terus kalau tidak salah
35:14ada kalimat yang mereka sudah bertobat.
35:17Bukan dari saya.
35:18Bukan dari Anda ya.
35:19Coba cek-cek.
35:20Nah, intinya
35:21Dari lembaga lain.
35:22Nah, Kak,
35:23ketika mereka sudah mengakui
35:25dan menarik peredaran
35:26stok berasnya,
35:27apakah bagi seorang Mentan
35:29itu cukup?
35:30Atau
35:30harus ada efek jerah
35:32yang lebih setimpal?
35:33Kalau saya,
35:34aku setuju dengan Ibu Ketua.
35:36Efek jerah?
35:37Ya, setimpal.
35:37Efek jerah itu apa?
35:38Bidana atau tutup?
35:41Apapun keputusan
35:42penegak hukum,
35:45kami harus
35:46apresiasi
35:47karena mereka sudah kerja.
35:49Yang tahu detail nanti
35:50penegak hukum.
35:52Hukuman berat,
35:53sedang,
35:54ringatkan penegak hukum.
35:55Tapi,
35:56kalau ikuti rasa,
35:58bukan rasionalis kita.
36:01Rasa,
36:01ya hukum berat.
36:03Ini rasa ya.
36:04Ini subyektivitas saya.
36:07Karena,
36:08saya membayangkan
36:09saudara kita
36:09yang berada pada
36:10garis kemiskinan.
36:12Saudara kita
36:13yang tidak mampu.
36:16Jangan membayangkan
36:17bahwa posisi
36:18sama Mbak Rwasi
36:19dengan saya.
36:19Iya,
36:20makanya
36:21rasanya Bapak itu
36:22harusnya
36:24mereka
36:25Efek jerah.
36:25Efek jerah itu subyektivitas.
36:27Kenapa enggak Bapak langsung bilang,
36:28yaudah tutup,
36:30cabut izinnya.
36:30Kenapa tidak Bapak langsung
36:32subyektivitas itu?
36:32Saya tanya Mbak Rwasi,
36:33siapa ada di kewenangan saya?
36:35Tapi bukankah
36:36sebagai Menteri Pertanian Bapak yang sudah?
36:37Bukan.
36:38Yang mencabut-cabut kewenangan saya?
36:39I know,
36:39itu bukan kewenangan Bapak.
36:40Tapi tidakkah Bapak bisa
36:42menyambungkan suara itu
36:43kepada aparat penegak hukum.
36:45Mbak Rwasi panggil lagi nanti
36:46yang punya kewenangan.
36:48Jadi jangan Mbak Rwasi
36:48cuma panggilnya Menteri Pertanian
36:49karena Menteri Pertanian orang baik.
36:51Ya panggil dong
36:52semua
36:52semua yang terkait ini.
36:54Panggil undang satu-satu ke sini.
36:56Pasti mau.
36:57Tapi kalau
36:57untuk Bapak sendiri
36:58sebagai roso
36:59untuk memberikan efek jerah
37:01harusnya
37:02perusahaan-perusahaan seperti itu
37:04ya tutup.
37:05Betul enggak?
37:06Ya
37:06saya kira nanti
37:08Anda panggil sini
37:10Mbak Rwasi
37:11tanya
37:12tentang
37:12kewenangannya.
37:14Ini tidak pas.
37:15Pertanyaannya Mbak Rwasi
37:16kalau Mbak Rwasi
37:17tanya
37:18jenis veritas
37:19kemudian yang dioplos
37:20kemudian kualitas
37:21itu di Kementerian Pertanian.
37:23Mutlak itu tahu
37:24sebagai Menteri.
37:25Iya.
37:26Jadi nanti
37:27Mbak Rwasi
37:28supaya Mbak Rwasi
37:29setuju enggak
37:29dengan rasa
37:30keadilan bahwa
37:31kalau sudah jelas-jelas
37:33rasa saya
37:33setuju.
37:35Baik.
37:35Tutup.
37:36Cabut izinnya.
37:37Pokoknya
37:37gini
37:38saya ulangi ya
37:41apa yang dikatakan
37:42Buthiti
37:43aku setuju.
37:44Memberikan efek jerah.
37:45kalau subjektivitas saya
37:46beri hukuman
37:48setimpal.
37:51Ini subjektivitas saya
37:52tapi bukan
37:53domain saya.
37:56Saya ini Menteri Pertanian
37:57jangan-jangan Mbak Rwasi
37:58salah.
37:59Ini bukan
37:59APH yang Mbak Rwasi
38:01tanya.
38:01nanti panggil juga
38:03mau enggak lengkap
38:04boleh kan aku beri saran.
38:05Mementan kan
38:06sepertinya sama nih
38:08rosonya
38:08dengan rasa yang
38:09dialami
38:11dirasakan oleh
38:12masyarakat.
38:13Marah loh.
38:13Boleh enggak
38:14aku beri saran.
38:15Di obras, di oplos
38:15itu kan kurang.
38:16Itu kan
38:17bangetan Pak.
38:18Tapi
38:18rasa subjektivitas saya
38:21belum tentu
38:21sesuai dengan realita
38:23penyidikan.
38:25Belum tentu.
38:25Nah
38:26saran saya
38:28Mbak Rwasi
38:30saran saya
38:32Menteri Pertanian sudah
38:33yang Mbak
38:35Rwasi tanyakan
38:36panggil lagi orangnya
38:37sempurna nanti.
38:39Kompas ini
38:40apa namanya
38:41Mbak Rwasi
38:42sempurna nanti
38:43jawabannya
38:44yang Anda dapat.
38:45Tapi kalau
38:45satu orang
38:46saya saja
38:47menanyakan seluruhnya
38:49itu nanti
38:50bisa aku
38:51omong-omong.
38:52Kita kan tidak boleh
38:52omong-omong.
38:53Intinya
38:54publik ingin
38:55melihat komitmen
38:56efek jerah
38:57bagi perusahaan
38:57yang rakus
38:58tamat
38:59menipu
39:00dengan cara
39:01mengoplos beras
39:02tidak sesuai
39:03dengan kualitas
39:04ukurannya
39:05kemasannya
39:06sesuai dengan
39:07apa yang tertera.
39:08Yang harusnya beras
39:08itu untuk
39:09masyarakat miskin
39:10tapi mereka
39:11oplos
39:11untuk dijadikan
39:12beras harga premium.
39:13Itu
39:14mereka
39:14satu kata dari saya
39:16biadab
39:17subjektivitas saya.
39:22Saya masih bersama
39:23Menteri Pertanian
39:24Bapak Andi
39:25Amran Sulamai
39:26Pak Andi
39:27kita
39:27di bagian terakhir
39:28Bapak
39:29ada kabar
39:31yang mengembirakan
39:31Bapak
39:32juga bangga
39:33karena
39:33harga
39:35pasokan beras
39:36kita melimpah
39:37tadi Bapak juga
39:38sudah mengatakan
39:384,2 juta
39:39kalau tidak salah
39:39ya Pak ya
39:40ton
39:41dan itu
39:41sepanjang sejarah
39:42baru terjadi
39:42bahkan ini
39:43yang membuat
39:43Bapak
39:44cukup berani
39:45untuk merilis
39:46satu isu
39:47yang sangat kontroversial
39:48tapi yang juga
39:49terjadi pada
39:50masyarakat Indonesia
39:51katanya
39:52stok beras
39:52melimpah
39:53tapi kenapa harga
39:54berasnya mahal
39:55yang tadi ini
39:57hasil lab ini tadi
39:59dinaikin sampai
40:00selisih
40:005.000-3.000
40:01per kilo
40:04jadi semuanya
40:05berkelindan ya
40:06iya
40:06nah
40:07moga-moga
40:10ke depan
40:11insyaallah
40:12ini bisa selesai
40:13kalau ini selesai
40:14tau gak Mbak Rosy
40:15ini bisa mengangkat
40:17daya beli masyarakat
40:19mengendalikan inflasi
40:21penyumbang inflasi
40:22terbesar adalah beras
40:23dan kita terkenal
40:25bahwa inflasi kita
40:26termasuk
40:27terbaik dunia
40:29kemudian
40:30mengangkat
40:31kesejahteraan petani
40:32mimpi kami adalah
40:34petani
40:36bahagia
40:37konsumen tersenyum
40:39tapi
40:40pedagangnya untung
40:41jangan ada seraka
40:43biar Republik ini
40:44kita nikmati
40:45kemerdekaan ini
40:46kita nikmati bersama
40:47itu mimpi kami
40:49Pak ada Satgas Pangan
40:50ada Polri
40:51ada TNI
40:52saya ingin Bapak juga
40:54menjawab
40:55pertanyaan yang
40:56empat lembaga saja
40:59mengawangi
41:02atau menjaga
41:03soal beras ini
41:04selalu masih membuka celah
41:05untuk kejahatan
41:06apa
41:08mengapa masih dibutuhkan
41:10Polri dan TNI
41:11aku balik aja
41:12negara mana yang tidak ada kejahatan
41:13ada gak di dunia
41:16sederhana kan
41:18kejahatan ini
41:19tidak akan pernah berakhir
41:20sampai kiamat
41:21tapi menurut Bapak
41:23kecuali di akhirat
41:24esensi fungsi
41:25Polri TNI
41:26kalau TNI
41:28TNI kemarin itu
41:29untuk
41:29Pak Dia
41:31membantu
41:31PPL kita
41:33hanya separuh
41:34dari kebutuhan
41:35dan ingat
41:37ingat
41:38ada Impress
41:39Impress
41:4211 Maret
41:432011
41:44kalau tidak salah
41:45mana kala terjadi
41:47iklim ekstrim
41:49seperti tahun lalu
41:50dua tahun lalu
41:51sekarang ini
41:52baru kita nafas
41:53itu TNI
41:55wajib
41:55ikut
41:57membantu pangan
41:58itu wajib
41:59bukan sunah
42:00yang kedua
42:02PPL kita
42:04hanya 50%
42:05dari kebutuhan
42:05hanya 37 ribu
42:08kebutuhan kita
42:0980 ribu lebih
42:11nah TNI
42:13TNI
42:13bukan TNI
42:15Babinsah
42:16kan TNI
42:18banyak
42:18banyak bidang nih
42:21ini Babinsah
42:22khusus Babinsah saja
42:23di lapangan
42:25Babinsah
42:26kepala desa
42:27kolaborasi
42:28dengan PPL
42:29dan itu
42:31ada dalam
42:32Impress
42:33itu wajib
42:35membantu
42:36kondisi
42:37iklim ekstrim
42:40ingat
42:41masa
42:42pangan terganggu
42:43pertahanan terganggu
42:45ketahanan pangan
42:47identik dengan
42:48ketahanan negara
42:49tidak ada negara
42:50bisa bertahan
42:51kalau pangan
42:51bermasalah
42:52kalau krisis ekonomi
42:53krisis kesehatan
42:54itu masih bisa
42:55kita selesaikan
42:55krisis pangan
42:56melompat
42:57krisis politik
42:58tidak ada yang
42:59mampu mengamankan
43:00kalau
43:00perut yang berbicara
43:01jika itu menjadi
43:02objektifitasnya
43:04saat ini
43:05mungkin itu
43:05masih bisa diterima
43:06karena
43:07membutuhkan
43:09semua
43:09elemen masyarakat
43:11untuk memastikan
43:12ketahanan pangan
43:13tapi pertanyaan terakhir
43:14saya sebelum kita
43:15tuput-tup Pak
43:16ini adalah hari Kamis
43:17tanggal
43:1817 Juli
43:20kapan harga beras
43:22akan turun?
43:24tadi nih
43:25ada kabar baik
43:26hari ini?
43:27hari ini
43:27Kamis 17 Juli
43:28baru kami baca
43:30beras
43:31premium medium
43:33beberapa produsen
43:36menyurat
43:36turun
43:38seribu rupiah
43:39per kemasan
43:40tapi
43:42kami harapkan
43:44seluruh
43:47beras premium
43:49medium
43:51sesuai dengan
43:52kualitas
43:53volume
43:55dan harga
43:56itu harus sinkron
43:58itu gak boleh lagi
44:01melampaui harga
44:02eceran tertinggi
44:03dan eceran
44:05harga tertinggi
44:05benar
44:06kemudian premium
44:07tetapi
44:08isinya adalah
44:10beras
44:11campuran
44:12oplos
44:12atau beras curah
44:13Bapak ingin mengatakan
44:16bahwa hari ini
44:17Kamis 17 Juli
44:192025
44:20di program
44:21ROSI
44:21tidak boleh ada lagi
44:23dan tidak akan ada lagi
44:24terjadi beras
44:25oplos
44:25dan tidak ada lagi
44:27kenaikan harga
44:28di luar harga
44:28eceran tertinggi
44:29itu
44:30keinginan saya
44:32sehingga saya lakukan
44:33semua ini
44:33demi rakyat Indonesia
44:35demi merah putih
44:36agar
44:37Indonesia emas
44:38kita capai nantinya
44:39dalam waktu singkat
44:41harapan Bapak
44:42tapi sebagai Menteri Pertanian
44:44dan harapan Mbak ROSI juga
44:45harapan kita semua
44:46dan kami menitipkan
44:47harapan itu
44:48pada Pak Menteri Pertanian
44:49tapi apakah hari ini
44:51kita bisa melihat
44:52harapan itu terwujud
44:53di tangan Pak Amran
44:54hari ini kelihatan
44:55ada tanda-tanda
44:56karena kami kaget
44:57tiba-tiba ada surat
44:59kami terima
45:00ada dua surat perusahaan
45:02yang termasuk dari
45:04212 itu
45:05mereknya mungkin ada
45:0710
45:08itu minta
45:10harga sesuai standar
45:12jangan di atas HIT
45:14bahkan yang menarik
45:15di bawah HIT
45:16HIT
45:171000 rupiah
45:18terima kasih
45:19Menteri Pertanian
45:21Bapak Andi Amran Sulaiman
45:23senang bisa ada di ROSI
45:25saya sangat menghargai
45:26terima kasih
45:26terima kasih juga telah
45:30menyaksikan ROSI
45:30kita jumpa lagi
45:31Kamis depan
45:32tetaplah di Kompas TV
45:33independen
45:34terpercaya
45:35selamat menikmati
45:37selamat menikmati
45:38selamat menikmati
45:39selamat menikmati

Dianjurkan