Ancaman Corona di Balik Geliat Pasar: 477 Pedagang Positif, 27 Meninggal Dunia

  • 4 tahun yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Aktivitas di Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur, hingga Kamis (11/06/2020) tetap beroperasi seperti biasa.

Padahal menurut data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, ada 20 orang di Pasar Perumnas Klender yang positif terinfeksi virus corona (Covid-19).

20 kasus positif terungkap setelah tim kesehatan melakukan dua kali tes cepat (rapid test) dan tes PCR.

Sayangnya, temuan positif corona belum membuat aktivitas pasar dihentikan.

Sebagai antisipasi penyebaran virus, pengelola membatasi kegiatan pasar hingga pukul 14.00 WIB.

Akses pintu masuk diperketat, melakukan disinfeksi pasar, dan para pembeli juga pedagang wajib mematuhi protokol pencegahan Covid-19.

Jelang hingga memasuki masa PSBB transisi, sejumlah pasar di Jakarta kembali ramai.

Tidak cuma padat, aktivitas jual beli di pasar juga kerap mengabaikan aturan menjaga jarak fisik atau kewajiban memakai masker.

Pasar sebagai tempat berkumpulnya masyarakat diakui jadi salah satu titik rawan penyebaran corona.

Hingga 11 Juni 2020, Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia atau IKAPPI, Abdullah Mansuri menyatakan jumlah pedagang pasar di seluruh Indonesia yang terpapar Covid-19 mencapai 477 orang.

27 pedagang di antaranya meninggal dunia.

IKKAPPI meminta pemerintah meningkatkan penerapan protokol kesehatan di pasar.

Pemprov DKI Jakarta pada pekan ketiga PSBB transisi berencana membuka kembali pasar non pangan dan pusat perbelanjaan.

Sejumlah protokol pencegahan Covid-19 telah disiapkan.

Mulai dari pengoperasian hanya 50 persen dari kapasitas normal hingga sistem ganjil-genap pembukaan operasional toko.

Jika selama transisi ini ada temuan kasus positif corona di pasar, maka penutupan sementara akan dilakukan.

Pemprov DKI Jakarta mulai menerapkan pelonggaran PSBB yang disebut sebagai masa transisi sejak 5 Juni lalu.

Saat itu rumah ibadah dan sarana olah raga di area terbuka dibuka kembali.

Dilanjutkan pada pekan kedua PSBB transisi, Jakarta membuka perkantoran, sektor industri, galeri, hingga layanan transportasi.

Masa transisi membuat Jakarta kembali ramai.

Perekonomian berdenyut lagi.

Imbasnya, kemacetan, kepadatan penumpang, dan kerumunan warga makin mudah dijumpai dan tentu tetap potensial menyebar virus corona.