Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin
JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Dewan Guru Besar UGM 2018-2021, Prof. Koentjoro mempertanyakan apa kapasitas Rismon Sianipar menuding ijazah Jokowi palsu.

"Pertama karena kecintaan kami kepada alamatir kami. Yang kedua kecintaan kami pada Republik ini supaya besok target saya bukan Pak Jokowi atau memenjarakan Pak Jokowi. Tetapi target saya adalah supaya KPU, mulai KPUD sampai KPU itu dalam seleksi calon pemimpin kita itu harus tertip, tidak meninggalkan grey area semacam ini," jawab Rismon.

"Apakah kalau yang namanya kecintaan itu harus menelisik melihat kekurangan-kekurangan? Kenapa tidak melalui forum yang benar saja? Kalau seperti ini yang terjadikan kemudian yang dijelek-jelekkan itu adalah UGM-nya," ucap Prof. Koentjoro.



Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV: https://youtu.be/2hbrmnz8ZBU




#jokowi #ijazah #ugm



https://youtu.be/2hbrmnz8ZBU

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/608834/debat-panas-soal-kepentingan-di-balik-isu-ijazah-palsu-jokowi-rosi
Transkrip
00:00Anda menyaksikan program ROSI.
00:03Polemik dugaan ijazah palsu Jokowi menyedot perhatian publik.
00:08Ada dugaan isu ini terus digulirkan karena ada kepentingan politik.
00:13Bukan sekedar persoalan administratif.
00:15Apalagi belakangan muncul isu orang besar dan baju biru di balik polemik ini.
00:20Malam ini, ROSI mengundang dua alumni UGM.
00:24Profesor Kuncoro, Guru Besar Psikologi UGM yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Guru Besar UGM tahun 2018-2021.
00:35Serta Rismon Sianipar, alumni UGM yang mempertanyakan keaslian ijazah Jokowi.
00:44Selamat malam Prof. Kun, selamat malam Bum Rismon.
00:47Selamat malam Pak Rismon, selamat malam berdengar semuanya, pemirsa.
00:51Terima kasih sudah di ROSI, rasanya sebagai dua orang alumni UGM, ini kali pertama Prof. Kun dan Bum Rismon bertemu ya.
01:00Siap.
01:01Betul ya Prof?
01:02Betul.
01:04Saya memberikan kesempatan atau ruang bagi dua alumni untuk berbicara soal dugaan skandal ijazah palsu ini.
01:13Yang terus berkembang sampai saat ini.
01:15Bum Rismon kita sudah tahu posisinya.
01:17Saya ingin dengar seperti apa pandangan Prof. Kun soal dugaan ijazah palsu yang dikeluarkan oleh Universitas Gajah Mada.
01:26Oke.
01:28Yang namanya, saya harus kita definisikan dulu ijazah palsu itu apa.
01:33Ijazah sebagai satu bahan surat pernyataan atau keabsahan Pak Jokowi mengikuti kuliah dan dia berat atas ijazah.
01:43Pak Jokowi tercatat sebagai mahasiswa UGM.
01:48Mereka mengikuti kuliah di UGM.
01:51Begitu.
01:52Ada banyak saksi teman-temannya yang mengatakan.
01:55Semuanya sudah menjeruhkan dari bukti itu, Jokowi sekolah, lulus, berhak atas ijazah.
02:02Begitu.
02:03Nah sekarang pertanyaannya adalah, yang dipersoalkan itu adalah dia berat ijazah atau ijazahnya.
02:12Karena begini, kalau saya yang melamar pekerjaan, itu tidak selalu ijazah yang ditunjukkan.
02:21Tetapi yang ditunjukkan adalah fotokopi ijazah yang dilegalisir.
02:24Itu kan artinya tidak perlu menunjukkan ijazah.
02:29Legalisir itu sudah bukti juga mereka dari situ.
02:33Begitu.
02:34Nah sekarang, sudah ada saksi.
02:36Saya ketika saya menjabat ketua Tuan Guru Besar, saya punya banyak sahabat timan Guru Besar dari mereka.
02:42Dan kebetulan pada waktu saya menjabat sebagai ketua Tuan Guru Besar,
02:45ketika melakukan pidato untuk akhir tahun, Pak Jokowi hadir di sana.
02:49Dan juga kemudian berpidato di situ, saya tahu.
02:54Saya bertanya-tanya, betul tidak orang di sini?
02:56Mereka mengetahui, betul.
02:57Itu saksi dari banyak para dosennya.
03:00Pada waktu kami reuni alumni saya dari Fakultas Psikologi,
03:05ada adiknya di teman itu.
03:07Ini loh, koncone Jokowi mbien.
03:09Itu sudah suatu kesaksian dari situ.
03:12Jadi, Prof Kuhn ingin membenarkan bahwa Pak Jokowi memang pernah kuliah di UGM,
03:17dan lulus, serta memiliki ijazah.
03:19Itu, saya dari saksi dan bukti.
03:22Bahkan mengenai, tadi saya menjadi pertanyaan,
03:24penyataan saya adalah apakah yang menjadi dasar itu adalah fisiknya,
03:30ijazah, atau pengakuan mereka sebagai lulusan UGM.
03:34Karena hubungannya dengan untuk melamar.
03:36Untuk melamar, jadi untuk di KPU dan sebagainya.
03:39Di sejarah awal dulu persoalan itu muncul.
03:41Nah, kalau misalnya yang seperti itu terjadi,
03:44lu buat apa fisik ijazah?
03:46Karena pada kejahatan, kalau ngelamar kita apa,
03:49pekerjaan tidak diperlukan itu.
03:52Itu pertanyaan yang perlu dijawab oleh Bung Rismon.
03:55Ya, kalau jawabannya verifikasi dari KPU di Solo itu memang tidak ada.
04:00Jadi, berita acara pemeriksaan pada saat Pak Jokowi itu mencalonkan diri
04:06sebagai calon wali kota tahun 2005, itu tidak ada.
04:09Berita acara pemeriksaan atau verifikasi antara UGM dengan KPU di Solo.
04:15Jadi, murni yang ada adalah menurut Ketua KPU di Solo, Bapak Justinus Arya,
04:21itu mengatakan yang diketok pleno internal sah adalah lembar fotokopi ijazah berlegalisir.
04:29Nah, pertanyaannya adalah kalau hanya fotokopi ijazah berlegalisir itu kan stempel sangat mudah untuk dibuat.
04:39Bukan hanya di Pramukah, di sekitaran UGM juga banyak yang bisa buat itu.
04:44Jadi, bukan kita mempertanyakan tadi itu yang dibilang Profesor Kuncoroh,
04:49kesemuanya kita tanyakan oleh karena itu keterbukaan atau transparansi proses akademik dari Pak Jokowi ini harus dibuka.
04:57Tetapi apa yang kami dapati, tanggal 15 April, pihak UGM, 15 April tahun 2025,
05:06pihak UGM yang diwakili oleh dua wakil rektor saat itu tidak menunjukkan sama sekali dokumen apapun.
05:12Dan ditambah lagi kejanggalan bahwa yang ditampilkan di TVDUM sendiri,
05:16bahwa total SKS hanya 122 SKS, mata kuliah wajib itu 88, terus mata kuliah pilihan itu 34, total 122 SKS.
05:26Dan itu hanya cocok untuk sarjana muda sesuai dengan pendaptaran awal yang ditunjukkan juga oleh di TVDUM.
05:33Pendaptaran awal Pak Jokowi tahun akademik 1980-1981 itu sarjana muda.
05:39Dan herregistrasi atau pendaptaran ulang tahun akademik 1981-1982 juga sarjana muda.
05:47Itu membuat Anda makin penasaran?
05:49Iya, karena saya sendiri juga sekitar Maret 2025 tahun ini,
05:54itu saya mendatangi juga perpustakaan Fakultas Ketahanan UGM.
05:58Oke, tahan di situ ya Bung ya.
06:00Prof, seberapa penting sebenarnya Prof lihat sebagai seorang mantan guru besar UGM,
06:05kegigihan dalam tanda kutip, para alumni UGM, ya ada Bung Riesmon tentu tidak sendiri,
06:11untuk terus menerus menelisik soal ijazah Pak Jokowi?
06:14Pertanyaan saya adalah dalam kapasitas apa menelisik?
06:18Untuk apa mereka menelisik?
06:19Silahkan ditanyakan.
06:21Untuk apa Anda menelisik?
06:22Ya, pertama karena kecintaan kami kepada al-mater kami.
06:25Yang kedua, kecintaan kami pada Republik ini.
06:29Supaya besok target saya bukan Pak Jokowi atau memenjarakan Pak Jokowi.
06:33Tetapi target saya adalah supaya KPU, mulai KPUD sampai KPU,
06:39itu dalam seleksi calon pemimpin kita, itu harus tertip.
06:43Tidak meninggalkan gray area semacam ini.
06:46Ya tadi itu saya tanya kepada, saya datang sendiri KPUD Surakarta,
06:50tidak ada memang berita acara verifikasi antara UGM dengan KPUD Surakarta.
06:56Bagaimana ini?
06:56Jadi kalau wilayah-wilayah atau warna-warna abu-abu ini ada pada calon pemimpin bangsa kita,
07:04hancurlah Republik ini.
07:06Karena kecintaan pada Republik?
07:08Dan kecintaan pada al-mater.
07:10Pertanyaan saya adalah konsistenkah beliau berlaku itu?
07:14Apakah kalau yang namanya kecintaan itu harus melihat kekurangan-kekurangan?
07:18Kenapa tidak melalui forum yang benar saja?
07:21Begitu.
07:23Kalau seperti ini yang terjadikan kemudian yang dijelek-jelekkan, itu adalah UGM-nya.
07:27Forum benar seperti apa Prof?
07:29Sekarang kalau misalnya yang terjadi seperti itu adalah di KPU, kenapa seperti ini?
07:34Kalau tadi dikatakan bahwa mereka hanya diperoleh legalisirnya,
07:39lah di mana-mana kalau pada waktu itu yang berlaku hanya legalisir.
07:42Sekarang kita lihat taturannya bagaimana.
07:46Kalau aturannya legalisir itu ya memang seperti itu bagaimana.
07:50Kemudian yang kedua, tadi dikatakan SKS-nya hanya 122.
07:55Oh barangkali pada waktu itu yang diteliti data ketika dia tingkat sarjana muda.
08:01Karena tingkat sarjana muda itu hanya 120-122 SKS.
08:06Setelah itu ada program sarjana namanya.
08:09Begitu loh.
08:10Sehingga barangkali datanya sampai dengan itu hanya selevel tingkat sarjana muda.
08:16Jadi ini hanya soal persoalan data yang dipresentasikan pada waktu itu.
08:20Betul. Dan kemudian yang disampaikan oleh Wakil Rektor.
08:24Sekarang pertanyaan saya adalah bahwa Wakil Rektor yang sekarang terjadi,
08:28dia kan tidak menguasai data yang terjadi pada waktu itu.
08:33Bisa jadi adalah karena aturan yang dalam mindset-nya beliau adalah saat ketika mereka hidup.
08:38Sama dengan Bang Rizmon yang terjadi.
08:41Mereka menguapkan sesuai dengan zaman beliau.
08:44Kebetulan kalau angkatan 81 sama dengan 80 itu saya mengalami.
08:48Karena saya lulus 81.
08:51Begitu loh.
08:52Jadi konteksnya apa nih?
08:53Tadi ketika mengatakan tingkat sarjana muda dengan tingkat sarjana tadi.
08:56Saya mengalami.
08:57Ada 120, ada 120.
09:00Dan mungkin nanti juga ditanya tentang jurusan.
09:03Sama dengan Fakultas Psikologi.
09:05Jurusan itu tidak ada.
09:07Jurusan itu hanyalah peminatan.
09:10Saya itu kemudian pada waktu,
09:12saya ikut kemana-mana.
09:14Tapi kemudian saya yang pada waktu skripsi yang milih sosial.
09:17Maka orang sering mengatakan bahwa saya psikologi sosial.
09:20Padahal saya tidak pernah ada masuk di dalam jurusan-jurusan itu di mahasiswa.
09:24Yang ada, ada pemilihan dosen berdasarkan peminatannya.
09:28Kalau tadi Bung Rismon yang selalu dikatakan adalah
09:31semakin mencurigai karena ketika pertemuan dengan pihak rektorat
09:35itu tidak ditunjukkan, tidak mempresentasikan ijasa apapun.
09:39Dan itu yang semakin membuat pertanyaan besar.
09:42Apakah momen yang harusnya menghentikan perdebatan ini
09:47atau kecurigaan ini harusnya diambil alih oleh pihak rektorat
09:50pada waktu itu, pada waktu para alumni ini mempertanyakan soal ijasa Pak Jokowi?
09:54Padahal waktu seperti itu, yang tadi saya sudah tidak menjabat apa-apa
09:58sehingga saya tidak bisa mengontrol secara langsung.
10:01Tetapi dugaan saya adalah mereka itu menghormati hak asasi manusia.
10:06Ini bagian dari privasi seseorang.
10:08Bagian dari privasi seseorang yang tidak boleh.
10:10Kemudian yang berikutnya, bukan hanya sekadar privasinya.
10:14Sekarang apa kepentingan beliau meningkat seperti itu?
10:17Kalau misalnya Bung Rismon selalu mengatakan ini demi kecintaan pada Republik
10:20dan kecintaan pada almamater.
10:22Kesitaan almamater kemudian dampaknya sekarang yang terjadi
10:25merusak almamater atau mencinta almamater.
10:28Judul dari topik ini adalah Gajah Mada yang semakin kacau dengan seperti itu.
10:32Anda menyayangkan apa yang dilakukan oleh Bung Rismon?
10:35Karena ini semakin merusak reputasi UGM.
10:37Kalau ada upaya beliau yang lebih bagaimana mencinta UGM
10:41tidak membuat mereka seperti ini sangat masalah.
10:45Tetapi ini yang terjadilah terjadi orkestrasi
10:48yang mungkin bukan tidak dilakukan oleh Bung Rismon,
10:51tapi dilakukan oleh follower-follower yang mereka lelon-wolf.
10:55Akibatnya kemudian semacam orkestrasi yang semakin kuat.
10:59Dan ketika itu terjadi,
11:00kalau beliau mencintai UGM,
11:02stop dong,
11:03ngatur bagaimana.
11:05Tapi seperti itu apa?
11:06Dia justru bermain.
11:07Saya berikan kesempatan Bung Rismon.
11:10Permainan apa, Profesor?
11:12Jadi begini ya,
11:13jadi kita di samping sistem administrasi akademik
11:17juga kita menganalisa
11:19apa namanya,
11:20kesesuaian teknologi.
11:22Makanya saya bilang pada tanggal 15 April tersebut
11:24seharusnya itu bisa diselesaikan sampai di situ.
11:28Tetapi UGM memilih bahwa
11:30ya kami akan tunjukkan ketika ditempu jalur hukum.
11:33Ini kan seolah-olah bahwa
11:35ada sesuatu yang disembunyikan di sini.
11:38Jadi Profesor Kuncoro,
11:39kita sudah memiliki transkrip nilai baku
11:42Fakultas Kehutanan UGM tahun 1985.
11:45Dan itu sangat berbeda
11:47dengan apa yang ditampilkan oleh Dirti Vidum.
11:50Transkrip nilai itu tidak ada yang tulis tangan seperti itu.
11:53Jadi pertanyaannya itu transkrip nilai siapa?
11:56Apakah itu transkrip nilai final
11:58dari atas mahasiswa bernama Joko Widodo?
12:01Karena yang kami temui itu sangat UGM.
12:06Kelas-kelas UGM begitu.
12:08Jadi...
12:08Tidak yang kalau boleh saya potong sebenar
12:10itu adalah interpretasi Baran Ismon.
12:14Karena apa?
12:15Di UGM tahun 80-an sekian
12:18itu tulis tangan itu banyak.
12:20Saya juga punya data
12:21yang tadi saya tunjukkan kepada Mbak Rosi.
12:25Dan tadi data ini karena sekali lagi
12:27saya tidak berantuk memunculkan
12:29maka saya tidak saya sampaikan.
12:32Tetapi itu ada.
12:32Dan itu ada tulisan tangan.
12:34Dalam ijasa itu biasa ada tulisan tangan?
12:36Bukan ijasa tetapi itu KRS.
12:38Transkrip nilai.
12:39Transkrip nilai.
12:40Kartu rencana Stadri.
12:42Itu yang jelaskan.
12:43Anda merasa bahwa tidak ada transkrip nilai
12:45yang ditulis oleh tulisan tangan?
12:46Transkrip nilai yang ditunjukkan oleh Dirti Vidum
12:48itu tidak bagus.
12:49Karena tulis tangan itu tidak mungkin
12:51kelas UGM itu tulis tangan.
12:53Transkrip nilai akhir.
12:54Untuk menandakan bahwa seseorang lulus
12:57itu kan disertai disamping mendapatkan ijasa
13:00dia mendapatkan transkrip nilai.
13:02Dan transkrip nilai tahun 85 itu sudah sangat rapi.
13:06Yang kami dapatkan itu.
13:07Dan kami lihat sendiri.
13:08Saya kalau boleh ya Mbak.
13:10Sekarang dalam kapasitas apa?
13:11Sekali lagi Bang Rismond
13:13mengulik di Dirti Vidum tadi.
13:15Tapi dijawab dulu.
13:17Apakah transkrip nilai akhir
13:20yang ditulis dengan tulisan tangan
13:22lazim dilakukan oleh universitas sekelas UGM?
13:26Datanya dipulai untuk apa dulu?
13:27Ketika itu masih menjadi draft
13:29bisa jadi.
13:31Dan pada waktu itu dia mendapatkan itu
13:32masih dalam bentuk draft.
13:34Belum menjadi satu statement yang di luar.
13:38Kalau itu masih seperti bisa jadi.
13:41Makanya ini persoalan bagaimana
13:42dia mendapatkan data dan sebagainya.
13:45Dan saya juga tidak tahu
13:46apa yang terjadi di Fakultas Kehutanan
13:48pada waktu itu.
13:49Karena setiap fakultas itu
13:51melalui kebijakan masing-masing.
13:53Skillnya.
13:54Dan mungkin pada waktu itu yang terjadi
13:56komputer juga belum begitu banyak.
13:58Ya intinya Prof Konek mengatakan
14:00itu sesuatu hal yang biasa.
14:01Bisa tadi.
14:02Ketika Bung Rismond mengatakan
14:04tidak mungkin sekelas UGM
14:06akan secara sembrono menuliskan
14:08transkrip nilai akhir
14:09dengan tulisan tangan.
14:11Prof mengatakan bahwa itu biasa.
14:13Meskipun itu sekelas UGM.
14:15Bisa jadi bisa, iya.
14:17Karena apa?
14:18Karena saya sendiri lupa.
14:20Jujur saya mengatakan lupa
14:21peristiwa itu pada diri saya.
14:23Karena sekali lagi saya tidak bisa
14:25melihat apa yang terjadi
14:26di kehutanan.
14:27Saya hanya melihat yang ada
14:28di fakultas saya.
14:30Dan itu sudah terjadi
14:31sejak tahun yang lalu.
14:32Dan itu bukan pekerjaan saya.
14:34Sehingga saya tidak tahu.
14:36Kalau saya masih
14:36pada waktu itu sudah menjadi dosen,
14:38saya kemudian bisa memeriksa,
14:40saya tahu.
14:40Tapi kalau sekarang saya sudah di luar itu,
14:44saya harus menilai,
14:45saya tidak.
14:46Namun Anda punya keyakinan,
14:47ijazah Pak Jokowi adalah asli.
14:49Saya melihat itu asli,
14:51dan sekali lagi karena itu bukan hanya dari data.
14:54Saya punya sejarahnya,
14:56datanya dari dosen-dosennya,
14:59pernyataannya,
15:00dia kuliah di sana,
15:01dari teman-temannya,
15:02ada yang menyatakan seperti itu,
15:05kurang apa lagi.
15:06Dan sekali lagi kalau misalnya
15:08Bang Rismon tadi juga mengulik itu
15:10untuk tujuan apa.
15:12Sekali lagi.
15:13Kalau misalnya seperti itu,
15:15yang terjadi ada yang tidak benar,
15:17boleh mereka mendekat masukan.
15:20Tetapi kan dia punya seperti ini
15:22ketika ada kasus ini saja.
15:24Kemudian dikulik.
15:25Apalagi kemudian tadi
15:26yang saya permasalahkan.
15:27Ketika mungkin Bang Rismon
15:28segera saya katakan,
15:29dia tidak mengatakan apa-apa,
15:31tapi orkestrasi dari banyak orang.
15:33Jadi menurut Anda dari isu ini,
15:34siapa yang paling dirugikan?
15:36UGM.
15:37Dan siapa yang paling diuntungkan?
15:39Ya, jelas.
15:40Kalau menurut saya,
15:41mereka yang pari cari nama,
15:44saya tidak tahu.
15:45Apakah Jokowi?
15:46Bisa juga di balik itu ada di sana.

Dianjurkan