Etika Bisnis Berlandaskan Ajaran Hindu: Jalan Kejujuran dan Keseimbangan Dalam setiap langkah operasional sebuah perusahaan, etika bisnis adalah kompas yang menuntun menuju keberlanjutan dan keberkahan. Bagi penganut Hindu, prinsip-prinsip Dharma menjadi landasan kuat untuk membangun praktik bisnis yang tidak hanya menguntungkan secara materi, tetapi juga memberdayakan secara spiritual dan sosial. Kerjasama dan Kongsi yang Harmonis Ajaran Hindu sangat menekankan konsep gotong royong dan kebersamaan. Dalam konteks bisnis, ini berarti bahwa kerjasama dan kongsi harus didasari oleh saling percaya (shraddha) dan niat baik (subha iccha). Setiap pihak yang terlibat, baik sebagai mitra, pemegang saham, maupun pengurus, adalah bagian integral dari sebuah entitas yang lebih besar. Keberhasilan perusahaan adalah keberhasilan bersama, dan kegagalan adalah pelajaran bersama. Tidak ada ruang untuk penipuan atau eksploitasi. Sebaliknya, ada tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa semua pihak mendapatkan perlakuan yang adil dan dihargai kontribusinya. Pembagian Keuntungan yang Berkeadilan (Dividen dan Lainnya) Konsep dana (pemberian/sedekah) dan karma (aksi) memiliki implikasi mendalam terhadap pembagian keuntungan. Dalam ajaran Hindu, kekayaan bukanlah semata-mata untuk dinikmati secara pribadi, melainkan juga untuk kesejahteraan bersama. Oleh karena itu, pembagian keuntungan seperti dividen harus dilakukan dengan adil dan transparan (satya). Ini berarti: * Jujur kepada Pemegang Saham: Informasi keuangan harus disajikan secara akurat dan tidak menyesatkan. Pemegang saham berhak mengetahui kinerja perusahaan secara jujur dan transparan, termasuk potensi risiko dan prospek masa depan. Pembagian dividen harus mencerminkan kesehatan finansial perusahaan dan didasari oleh kebijakan yang jelas. * Jujur kepada Pengurus Lainnya: Para pengurus harus berpegang pada prinsip dharma (kebenaran) dalam setiap keputusan. Tidak boleh ada penyalahgunaan wewenang atau konflik kepentingan yang merugikan perusahaan atau pihak lain. Keputusan terkait alokasi keuntungan, investasi, atau pengembangan bisnis harus didasarkan pada kepentingan terbaik perusahaan dan seluruh pemangku kepentingan. * Jujur kepada Karyawan: Karyawan adalah tulang punggung perusahaan. Mereka berhak atas upah yang layak (nyaya), kondisi kerja yang aman, dan kesempatan untuk berkembang. Etika bisnis Hindu mengajarkan bahwa kesejahteraan karyawan adalah cerminan dari etika perusahaan. Pembagian keuntungan juga bisa diejawantahkan dalam bentuk bonus, tunjangan, atau program kesejahteraan yang meningkatkan kualitas hidup mereka. * Jujur kepada Masyarakat: Perusahaan memiliki tanggung jawab yang lebih luas terhadap masyarakat. Konsep lokasamgraha (kesejahteraan dunia) mendorong perusahaan untuk berkontribusi pada pembangunan sosial dan pelestarian lingkungan. Ini bisa berarti mengalokasikan sebagian keuntungan untuk program tanggung jawab sosial perusahaan, menggunakan praktik bisnis yang berkelanjutan.