KOMPAS.TV - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21 Mei 2025 memutuskan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen.
Penurunan suku bunga ini mempertimbangkan kondisi inflasi dan nilai tukar rupiah agar tetap sesuai dengan fundamental ekonomi.
Suku bunga yang lebih rendah diharapkan menjadi angin segar bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara itu, dari sektor energi, Presiden Prabowo juga menyatakan akan memecat pejabat yang mempersulit investasi.
Kompas Bisnis bersama Putera Satria Sambijantoro, Head of Equity Research Bahana Sekuritas, mengulas strategi percepatan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga Ketidakpastian Global Meningkat, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 5,75 Persen di https://www.kompas.tv/ekonomi/588949/ketidakpastian-global-meningkat-bi-pertahankan-suku-bunga-acuan-di-level-5-75-persen
#bi #sukubunga #ekonomi #pertumbuhanekonomi
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/594857/full-kupas-bi-rate-turun-dan-birokrasi-sederhana-seberapa-cepat-picu-pertumbuhan-ekonomi
Penurunan suku bunga ini mempertimbangkan kondisi inflasi dan nilai tukar rupiah agar tetap sesuai dengan fundamental ekonomi.
Suku bunga yang lebih rendah diharapkan menjadi angin segar bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara itu, dari sektor energi, Presiden Prabowo juga menyatakan akan memecat pejabat yang mempersulit investasi.
Kompas Bisnis bersama Putera Satria Sambijantoro, Head of Equity Research Bahana Sekuritas, mengulas strategi percepatan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga Ketidakpastian Global Meningkat, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 5,75 Persen di https://www.kompas.tv/ekonomi/588949/ketidakpastian-global-meningkat-bi-pertahankan-suku-bunga-acuan-di-level-5-75-persen
#bi #sukubunga #ekonomi #pertumbuhanekonomi
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/594857/full-kupas-bi-rate-turun-dan-birokrasi-sederhana-seberapa-cepat-picu-pertumbuhan-ekonomi
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:01Saudara Anda menyaksikan segmen Kompas Bisnis bersama saya Putri Oktaviani.
00:06Presiden Prabowo Subianto mengancam akan memecat pejabat-pejabat yang tidak mau menyederhanakan regulasi,
00:13terutama yang berkaitan dengan investasi di sektor energi.
00:20Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo saat membuka konvensi dan pameran tahunan ke-49
00:26Indonesia Petroleum Association 2025 atau IPA Convex di BSD Tangerang, Banten.
00:32Prabowo meminta lembaga pemerintahan menyederhanakan regulasi
00:37serta menekankan prinsip melayani rakyat yang cepat,
00:41yang mengancam mencopot pejabat yang tidak menyederhanakan regulasi
00:46hingga berdampak seretnya investasi.
00:49Yang tidak mau menyederhanakan regulasi, akan saya ganti, akan saya copot.
01:04Banyak anak-anak muda yang nunggu diberi kesempatan.
01:08Saya minta dirobah budaya, kalau bisa dibikin susah kenapa dibikin gampang.
01:24Robah cara berpikir seperti itu.
01:27Cara berpikir seperti itu tidak boleh lagi kita biarkan di republik kita yang kita cintai ini saudara.
01:33Berikutnya saudara, rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 21 Mei 2025
01:40memutuskan menurunkan bunga acuan alias BI rate 25 basis point menjadi 5,5 persen.
01:50Inflasi dan menjaga kurs rupiah sesuai fundamental menjadi pertimbangan Bank Indonesia
01:56menurunkan suku bunga.
01:58Bunga acuan yang lebih rendah juga diharapkan jadi angin segar
02:02bagi pertumbuhan ekonomi.
02:04Pada kuartal pertama,
02:06ekonomi Indonesia tumbuh 4,87 persen
02:10atau di bawah target APBN 2025 yaitu 5,2 persen.
02:16Bank Indonesia juga memberi sinyal penurunan lebih lanjut.
02:19BI menimbang suku bunga perlu diturunkan
02:21untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit
02:24agar ekonomi mampu tumbuh lebih tinggi.
02:28Upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah
02:34sesuai dengan fundamentalnya
02:36serta untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
02:43Kedepan, Bank Indonesia akan terus mengarahkan
02:46kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasarannya
02:51dan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai fundamental
02:54dengan tetap mencermati ruang untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi
03:02sesuai dinamika yang terjadi pada perikunan global dan domestik.
03:08Sementara itu, kebijakan makrobodisal akomodatif
03:12terus dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
03:19dengan berbagai strategi untuk meningkatkan pertumbuhan kredit
03:24dan mendorong fleksibilitas pengelolaan liquiditas oleh perbankan.
03:30Saudara, bunga acuan turun agar pertumbuhan ekonomi bergairah.
03:36Di sektor energi, Presiden Prabowo juga bilang
03:38akan pecat pejabat yang mempersulit investasi.
03:41Kompas Bisnis sudah bersama dengan Putra Satria Samijantoro,
03:44Head of Equity Research Bahana Sekuritas
03:46untuk mengulas strategi mengungkit pertumbuhan ekonomi dengan cepat.
03:50Selamat pagi, Mas Satria.
03:52Selamat pagi.
03:54Mas Satria, BIRA kan turun ke 5,5 persen.
03:57Akan berdampak apa sih ke pertumbuhan ekonomi?
04:00Ya, sebenarnya Pak Indonesia ini menghadapi dilema yang cukup sulit ya.
04:05Karena di satu sisi kita tahu ada perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik.
04:10Tapi di sisi lain, tensi dari volatilitas di pasar modal,
04:15terutama di seluruh dunia itu belum selesai.
04:18Jadi pertumbuhan kredit masih ternyata menurun,
04:22tapi sebenarnya masih dalam pertanyaan cukup sehat di atas 10 persen.
04:26Tapi yang lebih dikhawatirkan oleh pasar adalah timing dari penurunan bagi Indonesia itu sendiri.
04:33Kami di bahan sekuritas memang memprediksi adanya penurunan suku bunga di kuartal 2 ini.
04:39Tapi kami tidak memprediksi bahwa akan secepat bulan ini ya.
04:42Karena kami lihat dari segi globalnya ini masih cukup tinggi secara volatilitas.
04:49Misalnya, suku bunga di pasar sekunder di Amerika Serikat dan di Jepang,
04:55itu sedang dalam tren yang merangkak naik.
04:57Jadi suku bunga di Jepang itu untuk 20 dan 30 tahun obligasi,
05:01itu adalah dalam level tertinggi sepanjang sejarah bayangkan.
05:05Jepang yang biasanya suku bunganya itu 0 persen,
05:07sekarang sudah 2,7 persen untuk obligasi 20 tahun.
05:12Biasanya Jepang itu tidak, sampai tidak membayar untuk berhutang, yaitu 0 persen kan.
05:21Suku bunga di Amerika Serikat untuk obligasi di atas 30 tahun,
05:26itu sudah di atas 5 persen.
05:29Jadi bayangkan apa yang akan terjadi jika suku bunga di Indonesia diterunkan,
05:34sedangkan suku bunga di global itu sedang dalam tren yang merangkak naik.
05:38Ini yang menyebabkan kami melihatnya ini justru pasar finansial perlu waspada
05:43dalam melihat responnya di kebijakan Bank Indonesia ke depan.
05:49Mas, tapi gini, berarti penegasan artinya penurunan suku bunga atau bayi rating ini
05:53dianggap kurang tepat, meskipun kemarin pasar meresponnya hijau nih Mas ISG?
05:59Betul, betul. Jadi sebenarnya ini pasar sudah melakukan antisipasi lebih awal.
06:04Pasar itu selalu kan lebih awal.
06:05Jadi kalau misalnya Oktan dan Kopastik Milihan dalam 2 minggu terakhir,
06:10seluruh aset IHSG, obligasi, terutama obligasi korporasi,
06:16itu sudah rally, sudah naik, itu cukup-cukup dramatis.
06:19Bisa saya bilang, bahannya sudah melakukan call-by untuk IHSG
06:25dari saat ISG-nya masih di 6.100.
06:28Sekarang ISG sudah dalam 7.200 dalam periode 1,5 bulan.
06:32Jadi ini rally-nya sudah masuk kategori yang namanya overbought.
06:39Dan lagi-lagi, IHSG itu kan bertindak sebagai proksi dari pertumbuhan ekonomi.
06:46Jika misalnya ada analis yang memprediksi,
06:49oh iya IHSG kita itu bisa ke 8.000 misalnya.
06:52Nah, itu kan harus ada angka dan asumsi earnings growth-nya perusahaan,
06:57pertumbuhan profit-nya itu berapa, gitu loh.
07:01Itu yang saya lihat ini tampaknya masih sulit ya.
07:04Dan dalam konteks Bank Indonesia,
07:06biasanya ya kita bisa lihat sendiri dalam 6 bulan terakhir itu
07:10Bank Indonesia sudah menurunkan sepuluh bunga 2 kali sebelum yang kemarin ya.
07:14Sudah menurunkan sepuluh bunga 2 kali.
07:16Apakah pertumbuhan ekonomi terkerek naik dengan drastis?
07:18Belum tentu juga.
07:19Oke, Mas Satria, Gubernur BI kemarin berharap BI returun,
07:24lalu penyaluran kredit bank bisa naik.
07:25Apakah ini serta-merta demikian?
07:28Atau nunggu juga nih perbankan juga menurunkan suku bunga atau bunga kreditnya?
07:33Iya, jadi kalau melihat laporan keuangan dari bank-bank di Kuartal 1
07:37dan yang baru keluar kemarin itu adalah misalnya BCA
07:40sudah mengeluarkan laporan keuangan bulanan untuk bulan April.
07:44Memang situasi likuiditas ketat itu masih berlangsung di perbankan di Indonesia.
07:49Artinya likuiditas ketat itu seperti apa?
07:52Perbankan itu bisa bertindak, berkebalikan loh dengan bank sentral.
07:56Saat bank sentral menurunkan suku bunga misalnya,
07:59tapi perbankan masih menganggap likuiditas itu ketat,
08:02perbankan bisa justru malah menaikkan suku bunga deposito dan suku bunga kredit.
08:07Justru itu yang terjadi dalam 4 bulan terakhir nih.
08:10Misalnya kita lihat bank sentral Asia yang baru menurunkan laporan keuangan,
08:15itu interest expensesnya atau biaya bunganya justru naik secara year on year dibandingkan tahun lalu.
08:22Likuiditas masih ketat, loan to deposit ratio LDR perbankan masih di atas 80%, 90%.
08:29Untuk BCA itu hampir nggak pernah, itu LDR-nya di atas 80%.
08:34Dan itu yang terjadi di bank-bank sekarang terlepas dari penurunan suku bunga yang sudah 3 kali di dalam 6 bulan terakhir ini.
08:41Oke, artinya tidak serta-merta ini bisa mengerek penyaluran kredit karena nunggu kebijakan masing-masing bank.
08:47Meskipun tadi kalau kita review ke depan, Mas Satria sempat bilang bahwa sebetulnya nih kondisinya masih sehat-sehat aja nih untuk penyaluran kreditnya.
08:54Mas Satria, bagaimana dengan bunga surat utang negara?
08:57Jangan sampai kan perbankan lebih tertarik nih, nyalurin likuiditas ke sana ketimbang mencaitkan kredit ke nasabah mengingat kalau sekarang ekonominya tidak pasti dan ada resiko.
09:05Ya, itu tadi yang saya sudah sebutkan di awal ya.
09:09Bahwa kan benchmark dari suku bunga itu juga salah satunya adalah di pasar utang obligasi.
09:15Nah, di pasar utang obligasi di seluruh dunia sekarang, tren jangka panjangnya itu sedang naik.
09:20Jepang, di Amerika Serikat, dan di seluruh dunia lainnya.
09:24Biasanya kalau di Amerika Serikat dan di Jepang, satu ekonomi yang terbesar di dunia, suku bunganya sedang naik.
09:30Jadi harusnya tren suku bunga itu justru malah ke arah naik, bukan ke arah bank turun.
09:36Dan yang saya mau tekankan di Indonesia adalah, Indonesia itu secara ekonomi itu bergantung pada fiskal.
09:44Secara stabilitas bergantung pada moneter.
09:46Jadi artinya, misalnya nih, kalau misalnya nilai tukar rupiah kita terdepresiasi lagi ke Rp16.800 atau bahkan Rp17.000,
09:54itu pertumbuhan ekonomi kita juga bisa kenal.
09:58Karena sektor-sektor manufaktur kita, sektor-sektor industri itu bergantung pada barang-barang impor.
10:03Jadi ini yang menurut kami di Bahana perlu diwaspadai.
10:07Karena lebih baik misalnya menahan suku bunga atau bertindak waspada dibandingkan nanti ada pelemahan yang substansial di nilai tukar.
10:20Yang menjujungnya bisa berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi.
10:24Oke, harus waspada soal keputusan yang diambil oleh Bah Indonesia.
10:28Artinya begini, Mas Satria, apakah RdG kemarin ini kan sudah menurunkan suku bunga.
10:32Ini juga jadi sinyal nggak sih akan ada penurunan bunga acuan kembali?
10:36Kalau iya, terjadi kapan dan berapa perkirannya?
10:40Ya, betul. Nah, ini juga satu pertanyaan yang sangat penting.
10:43Biasanya kan suku bunga itu adalah kalau suku bunga sudah diturunkan,
10:47arahnya ke depan ini seperti apa?
10:49Terutama dari Bank Indonesia.
10:51Bank Indonesia memang di RdG kemarin mensinyalkan bisa ada penurunan suku bunga lanjutan.
10:58Namun kami di Bahana Sekuritas dan di Pasar Modal,
11:03saya melihatnya kemungkinan besar belum tentu ada penurunan suku bunga lanjutan lagi di semester 2 tahun ini.
11:09Karena secara struktural,
11:13kenaikan suku bunga obligasi di Amerika Serikat itu,
11:17karena ada defisit fiskal yang melebar,
11:20karena ada inflasi yang juga masih bisa naik karena tarif,
11:24itu bersifat sekular.
11:26Jadi suku bunga ini trennya ke arah naik.
11:29Jadi, Bank Indonesia masih ingatkan bisa ada kenaikan suku bunga.
11:34Tapi saya rasa kalau kami di Bahana mungkin tidak ada lagi penurunan suku bunga,
11:41bahkan kan kalau ada pun maksimal,
11:43itu hanya satu kali lah di kuartal 4 2025.
11:46Oke, artinya memang potensinya ada tidak ada lagi penurunan suku bunga,
11:53tapi ini bisa dikatakan menjadi angin segar nggak sih kemarin tuh akhirnya keputusan BI menurunkan suku bunga acuan itu, Mas Satria?
11:59Iya, memang likuiditas yang ketat itu masih terjadi ya.
12:05Jadi, dalam jangka pendek, ini merupakan angin segar.
12:10Dan terutama, biasanya kalau saat ada langkah yang govish atau kebijakan monetari yang longgar,
12:20rupiah biasanya kan melemah.
12:21Nah, untungnya memang kemarin itu rupiah justru menguat dari Rp16.400 ke Rp16.300.
12:29Jadi, ada satu stabilitas monetari jangka pendek yang bisa dibilang ini cukup tepat momentumnya.
12:37Tapi secara jangka menengah dan jangka panjang masih ada resiko-resiko yang perlu diperhatikan.
12:42Dan ingat, stabilitas nilai tukar rupiah yang kita alami dalam satu bulan terakhir,
12:48itu bulan lalu itu cadangan devisanya Bank Indonesia terjurus 4 miliar dolar dalam satu bulan.
12:55Penurunan yang paling dalam di dua tahun terakhir, saya rasa ya.
13:00Jadi, masih ada satu resiko-resiko yang masih perlu diwaspadai, terutama dari sisi nilai tukar rupiah ke depan.
13:09Oke. Mas Satria, kita sedikit keluar dari soal BI, tapi sama-sama tentu bertujuan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
13:15Jadi, pejabat yang persulit birokrasi akan Presiden copot, gitu katanya.
13:20Nah, regulasi seperti apa sebetulnya yang bikin perusahaan gesit, tapi juga tidak ada celah korupsi?
13:26Ya, jadi kan jika kita berbicara mengenai moneter, lalu kita kaitkan dari sisi regulasi dan ekonomi ya.
13:34Saya selalu bilang di awal bahwa perekonomian Indonesia itu sebenarnya tidak terlalu bergantung pada kebijakan moneter.
13:44Bergantungnya merupakan dari sisi kebijakan fiskal.
13:46Jadi, ya, kita itu kredit itu hanya sekitar 50% dari PDB.
13:53Hanya 40% masyarakat yang punya deposito diperbankan, misalnya.
13:58Jadi, saat suku bunga diatur ke atas atau ke bawah, ini hanya mempengaruhi 40 hingga 50% dari ekonomi.
14:04Tapi, saat misalnya pemerintah melakukan efisiensi anggaran, pemerintah melakukan satu belanja pemerintah yang sangat-sangat targetnya sangat baik,
14:16itu bisa menstimulus ketumbuhan ekonomi jauh lebih tinggi.
14:20Karena multipliernya konsumsi dan investasi itu sangat besar.
14:25Nah, ini yang menjadi catatan bahwa dalam, sebenarnya dalam 10 tahun terakhir itu secara jumlah investasi yang masuk di Indonesia itu tidak begitu kencang secara pertumbuhan yang tidak.
14:38Kita tahu, misalnya, Omnibus Law Cipta Kerja ditembuskan di tahun 2021, ya, 2022, ya.
14:47Tapi, sekitar 4 tahun setelah Omnibus Law Cipta Kerja itu diterbitkan, belum ada investasi yang signifikan masuk ke Indonesia.
14:55Justru maksudnya malah ke negara lain.
14:58Misalnya, Apple memutuskan untuk membuat pabriknya itu di India.
15:04Microsoft membuat data centernya itu di Singapura, di Malaysia, di Johor.
15:09Kita belum mendapatkan investasi-investasi yang cukup besar dan menciptakan lapangan kerja selain misalnya dari investasi-investasi yang bersifat mineral, komunitas, hilirisasi, dan lain-lain.
15:23Jadi, ini penting untuk birokrasi dibuat lebih efisien.
15:28Seperti yang Pak Prabowo bilang tadi, ya.
15:30Agar kita secara ekonomi ini mendapatkan investasi yang susten dan impitasnya tinggi dalam jangka menang-panjang.
15:37Karena angka diinvestasinya, misalnya, jumlah pekerja informalnya kita, ya, itu dalam 5 tahun terakhir itu cenderung stagnan di 60% bahkan naik.
15:49Jadi, kita tidak menciptakan banyak lapangan kerja formal dan ini, ya, mungkin berdasarkan dengan, ya, itu birokrasi kita dan ekonomi kita yang masih relatif tidak efisien.
16:01Oke, birokrasi yang tidak berbeli tentu ini juga bisa melindungi bagaimana investasi dan juga tentunya menarik investasi ke dalam negeri.
16:07Ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
16:09Kalau tadi soal BI rate tentunya ini harus perlu diperhatikan.
16:11Ada angin segar terutama di jangka pendek, tapi untuk jangka menengah dan panjang harus diperhatikan.
16:16Karena tadi secara global ada volatilitas meskipun sekarang penyaluran kredit trendnya masih sehat.
16:21Tapi, ya, balik lagi kebijakan keperbankan gimana nih gitu ya.
16:25Jadi, nanti kita tunggu bagaimana hasil dari atau juga efek dari penurunan suku bunga kemarin oleh Bank Indonesia.
16:31Terima kasih, Mas Putra Satria Samijantoro, Head of Equity Research Bahana Sekuritas, sudah bersama di Pompas Bisnis.
16:37Sama.