Viral! Pria Ngamuk di Bus Bandara, Minta Sopir Tabrakan Bus! Saat Diperiksa Bawa Kembang 7 Rupa

  • 5 bulan yang lalu
Sebuah video viral di media sosial platform Instagram memperlihatkan penumpang bus yang diduga mengamuk tidak jelas kepada penumpang lainnya.

Disebutkan juga penumpang tersebut minta sopir tambah kecepatan dan tabrakkan bus.

Dalam video ada salah satu penumpang pria berkacamata yang disebut marah-marah dan meneriaki penumpang lain.

Tak hanya marah-marah, penumpang pria tersebut juga disebut meminta sopir agar menaikkan kecepatan dan menabrakkan busnya.

Dalam video itu juga tampak penumpang lain meminta sopir agar penumpang pria itu dikeluarkan dari bus.

“Rusuh bang, rusuh, turunin bang,” ungkap penumpang lain kepada sopir.

“Siapa yang berani turun disini?,” sahut penumpang pria tersebut.

Dalam penjelasan perekam video, penumpang pria itu marah-marah sejak sebelum naik bus. Lantas saat masuk bus memarahi dan teriak-teriak kepada penumpang lain.

Anehnya, menurut perekam video, saat tas penumpang pria marah-marah dicek, ternyata isinya kembang 7 rupa. Hal ini membuat penumpang lain semakin panik dan ketakutan.

Sesampainya di bandara, bus shuttle itu pun berhenti dan meminta penumpang pria tersebut turun. Tampak petugas keamanan juga sampai bertindak menurunkan penumpang pria tersebut.

“Momen penumpang bus panik karena ada satu penumpang yang teriak-teriak memarahi semua penumpang, mengajak kepada sopir bus untuk menaikkan kecepatan dan menabrakkan busnya. Perekam: Tapi kak, pas tasnya di buka sama salah satu yg di situ cowo, isinya kembang 7 rupa semua,” percakapan dalam video.

Sesampainya di bandara, sopir bus menghentikan kendaraan dan para penumpang kembali terlibat adu mulut dengan pria tersebut.

Hingga akhirnya ada petugas bandara mendekat dan seluruh penumpang menunjuk dan melapor pria yang buat rusuh dalam bus.

Mengejutkannya, perekam menyebutkan saat digeledah tas pria tersebut isinya kembang 7 rupa.

Unggahan ini pun mendapat banyak respons dari netizen yang menilai kondisi ini terjadi karena kerasnya kehidupan di Jakarta.

Dianjurkan