Pelukis Asal Ungaran Moses Foresto, Kritik Ketidakadilan Hukum Lewat Karya Lukis
  • tahun lalu
SEMARANG, KOMPAS.TV - Melalui pameran tunggal lukisan yang mengusung tema Anyaman, Moses Foresto, seorang pelukis asal Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menyampaikan sejumlah kritik persoalan sosial seperti ketidakadilan hukum yang bisa merusak silaturahmi dan kerukunan. Moses menyebut ketidakdilan hukum tersebut dengan sebutan hukum horor.

Pilihan tema Anyaman sendiri karena mengandung arti saling mengikat, guyup rukun, gotong-royong, dan saling membantu, sehingga semua ancaman yang datang untuk memecah belah bisa dicegah. Tidak hanya itu, adanya persatuan membuat permasalahan pun bisa diatasi bersama dengan baik.

Menurut seniman yang kini berusia 55 tahun ini, ada satu ancaman yang ditakutkan yang bisa menghancurkan persatuan serta kerukunan, dan ditorehkan dalam lukisan anyaman. Adanya penguasa yang jahat oleh Moses ditorehkan dalam lukisan dalam bentuk gajah dengan mengenakan topi oknum pejabat dimana seorang pejabat dengan menggunakan kekuasaannya, menekan para pejabat lain untuk kepentingan pribadi, Menurut Moses, hal itulah yang perlu diwaspadai dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

"Apa yang dipertunjukkan berita belakangan ini yaitu kerusakan yang dimulai dari pusat kekuasaan,"ujar Moses.

Dari lukisan yang dipamerkan, ada satu lukisan yang membanggakan yaitu lukisan seorang ibu yang usianya sudah lanjut dengan berkostum superman yang mengandung arti bahwa meskipun seorang ibu sudah menjadi nenek, tapi masih mampu berbuat layaknya seorang ibu pada umumnya.

#lukisan #moses #semarang

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/364031/pelukis-asal-ungaran-moses-foresto-kritik-ketidakadilan-hukum-lewat-karya-lukis