Pro Kontra Larangan Mudik, Epidemiolog: Larangan Mudik Di Tengah Pandemi Keputusan Terbaik
  • 3 tahun yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Ramadan masih dua pekan lagi, tapi pemerintah sudah ketok palu, kembali melarang mudik Lebaran.

Keputusan ini pun, menuai pro dan kontra warga.

Larangan mudik ini, bukan tanpa alasan.

Pasalnya, setiap libur panjang, selalu berbuntut lonjakan kasus covid-19.

Apalagi, saat ini tingkat hunian rumah sakit Indonesia sudah tinggi.

Lonjakan kasus ini tampak dari data yang diolah dari data satgas covid-19.

Bulan Agustus hingga September, momen libur tahun baru islam dan hari kemerdekaan 17 Agustus, peningkatan kasus covid-19, mencapai 69,2 persen.

Pada bulan November hingga Januari, adalah momen libur Maulid Nabi, Pilkada, Natal dan tahun baru.

Peningkatan kasus covid-19 mencapai 58,6 persen.

Sementara pada bulan Januari hingga Februari, imbas momen libur Natal, Tahun Baru, dan Imlek, peningkatan kasus covid-19, mencapai 64 persen.

Pergerakan orang dan kerumunan adalah salah satu penyebab utamanya.

Meski pemerintah sudah melarang mudik, kepolisian tetap bersiap, menggelar operasi ketupat, untuk menertibkan protokol kesehatan, dan membubarkan kerumunan masyarakat.

Keputusan pemerintah untuk melarang mudik lebaran pun didukung pemerintah daerah.

Di mata epidemiolog, larangan mudik lebaran, dinilai sebagai keputusan yang terbaik.

Masyarakat pun diminta memahami kondisi ini, terlebih, situasi pandemi belum terkendali.

Aturan teknis larangan mudik, kini masih digodok sejumlah kementerian.

Yang pasti, pengawasan jalur mudik akan ditingkatkan, dan aturan bepergian akan diperketat, untuk mencegah mereka yang masih nekat melanjutkan perjalanan ke kampung halaman.

Dianjurkan