Obituari Gus Sholah, Cendekiawan Muslim, Negarawan, dengan Pergaulan Luas
  • 4 tahun yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia kembali berduka.

Salahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah meninggal dunia pada Minggu, 2 Februari 2020.

Wafatnya Gus Sholah membuat banyak pihak kehilangan.

Keluarga dekat, para politisi hingga budayawan langsung melayat.

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur ini wafat dalam usia 77 tahun di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, setelah kesehatannya menurun sejak dua pekan lalu.

Gus Sholah adalah putra Wahid Hasyim, Menteri Negara dalam kabinet pertama Indonesia saat awal kemerdekaaan, sekaligus cucu pendiri NU Kyai Haji Hasyim Asy'ari.

Sama seperti kakaknya, yakni presiden keempat indonesia, Abdurrahman Wahid, Gus Sholah juga dikenal punya pergaulan luas.

Tak hanya di dunia pesantren, tetapi juga politik.

Kemampuan memimpin di banyak bidang, membuat alumnus jurusan Arsitektur ITB tahun 1962 ini pernah menduduki sejumlah posisi penting di tanah air.

Mulai dari Ketua PBNU, Ketua ICMI, hingga Wakil Ketua Komnas HAM.

\"Boleh dibilang beliau adalah paket lengkap seorang negarawan. Beliau adalah guru, aktivis, ulama, cendekia, sekaligus tokoh HAM di Indonesia. Insyaallah husnul khotimah\". kata Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, seperti dikutip dari Harian Kompas, 3 Februari 2020.

Sikap negarawan dan mampu memimpin membawa Salahuddin Wahid jadi salah satu kontestan pemilu presiden 2004.

Menjadi calon Wakil Presiden mendampingi Wiranto saat itu, Gus Sholah bersaing dengan empat pasangan lain yakni Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.

Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-agum Gumelar.

Pilpres pertama yang dipilih langsung rakyat itu, akhirnya dimenangkan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla.

Gagal di Pilpres 2004, tak membuat seorang Gus Sholah berhenti membangun negeri ini.

Di luar pemerintahan, Gus Sholah dikenal sebagai ulama yang kerap membela kemajemukan.

Sebagai penulis dan pemikir, Gus Sholah pun tetap kritis tetapi santun.

Kepada siapa saja termasuk kepada sang kakak, almarhum Abdurrahman Wahid, ataupun kepada Nahddlatul Ulama, ormas yang didirikan kakeknya.

Wafatnya Gus Sholah jadi kehilangan besar tidak saja bagi Nahdatul Ulama, tetapi juga Indonesia.

Bahkan Presiden Jokowi menegaskan kehilangan itu.

\"Beliau adalah cendekiawan muslim yang menjadi panutan kita bersama. Tentu saja kita semuanya, masyarakat Indonesia merasa kehilangan, sangat kehilangan atas berpulangnya beliau ke rahmatullah. Semoga segala amal baik Gus Sholah diterima di sisi Allah SWT, khusnul khotimah, dan yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran.\" kata Presiden Jokowi kepada awak media usai melayat di rumah duka.

Jenazah Salahuddin Wahid akan dikebumikan di area Pesantren Tebuireng.

Dekat peristirahatan terakhir almarhum Abdurahman Wahid atau Gus Dur.