Menilik Tradisi Lepas Burung Pipit, yang Dipercaya Buang Sial

  • 5 tahun yang lalu
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUN-VIDEO.COM, JAKARTA - Ratusan warga keturunan Tionghoa terus menerus mendatangi Vihara Dharma Bhakti guna menyambut Tahun Baru Imlek 2570, Selasa (5/2/2019).

Selain memanjatkan doa dan membakar dupa, terdapat tradisi yang kerap dilakukan oleh masyarakat Tionghoa.

Tradisi itu adalah melepas burung pipit dari kotak keranjang, yang telah dibeli dari penjual burung.

Pantauan Tribunnews.com, hampir semua warga keturunan Tionghoa yang menyambangi vihara ini melakukan ritual tersebut.

Biasanya kegiatan itu dilakukan persis di dekat tempat pembakaran dupa raksasa dan meja persembahan, tepat di tengah-tengah vihara.

Dari pantauan, biasanya kegiatan ini dilakukan secara bersamaan dengan anggota keluarga.

Para penjual membawakan keranjang-keranjang berisikan burung pipit itu, sebelum nanti dibuka oleh sang empunya.

Saat akan membuka keranjang, biasanya warga tersebut juga melihat atau menengadah ke arah langit.

Mereka meyakini bahwa pelepasan burung pipit ke udara bermakna sebagai penebaran kebaikan ke berbagai penjuru.

Tradisi tersebut juga menandakan adanya harapan keterbebasan dari seluruh belenggu permasalahan dan menuju kesuksesan.

Saat burung-burung kecil ini beterbangan, momen itulah yang ditunggu oleh para fotografer yang berniat mengabadikan gambar melalui lensanya.

Tak jarang, sebelum burung dilepaskan para warga keturunan Tionghoa itu diminta berpose.

Bahkan, seorang gadis kecil yang mengenakan pakaian khas Tionghoa berwarna merah tak luput jadi perhatian karena keberaniannya memegang burung pipit di tangannya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, jumlah burung pipit yang berada dalam satu keranjang tak selalu pas jumlahnya.

Dono, salah satu penjual, mengatakan jumlah tergantung dari permintaan pembeli.

Yang jelas, dirinya menyebut menjajakan dagangannya dengan harga Rp 1.500 per ekor burung.

Meski permintaannya melonjak naik di perayaan Tahun Baru Imlek 2570 ini, tak begitu pula dengan pendapatannya.

Ia mengaku persaingan cukup ketat dengan sesama penjual burung pipit.

Menurutnya, ia harus aktif menjajakan dagangannya agar dibeli oleh para warga keturunan Tionghoa.

"Nggak pasti kalau pendapatan. Nggak naik juga. Tergantung (aktif atau ngga), kalau aktif (menjajakan dagangan) ya laris nantinya," kata Dono.(*)

Dianjurkan