Lembaga Sensor Film (LSF) angkat bicara terkait penayangan film Merah Putih: One For All di bioskop. LSF menegaskan, film animasi bertemakan kemerdekaan Indonesia tersebut sudah memenuhi kriteria untuk layak tayang di bioskop
Ketua LSF, Naswardi tak menampik, ia mengetahui film animasi ini menuai banyak kritik dan masukan dari berbagai kalangan masyarakat dan kreator di industri perfilman.
Salah satu aspek yang disoroti adalah kualitas sinemafotografi dari film tersebut, yang disebut tidak sepadan dengan biaya produksi yang disebut menembus hingga Rp7 miliar.
#MerahPutihOneForAll #LSF #FilmAnimasi
Video Editor: Rully Fauzi ==================================
Homepage: https://www.suara.com Facebook Fan Page: https://www.facebook.com/suaradotcom Instagram: https://www.instagram.com/suaradotcom/ Twitter: https://twitter.com/suaradotcom
00:00Nah, apakah akan berbeda proses penilaian film dengan jamre animasi dengan film jamre lain, drama atau horror, dan lain-lain?
00:10Dari konteks penilaiannya, Mas, ada kami berdasarkan Peraturan Menteri, nomor 14, kriteria yang kita gunakan di dalam proses penilaian itu terbagi ke dalam dua aspek.
00:25Yang pertama disebut dengan acuan utama, kemudian yang kedua disebut dengan acuan pendukung.
00:33Apa yang kita lihat di acuan utama?
00:36Di acuan utama itu terdiri dari tiga aspek, yaitu tema, kemudian yang kedua konteks, dan yang ketiga adalah nuansa dan dampak.
00:47Jadi, sebuah film kita tonton dari durasi awal sampai durasi akhir, kita lihat di acuan utamanya, tiga ini.
00:57Temanya, kemudian konteksnya, dan yang tiga adalah nuansa dan dampaknya.
01:03Itu acuan utama.
01:04Kemudian yang kedua, acuan pendukung.
01:07Acuan pendukungnya itu terdiri dari judul film itu sendiri.
01:12Kemudian yang kedua, dialog dan monolognya, di dalam proses film itu sendiri.
01:21Kemudian yang ketiga itu berkaitan dengan visualisasinya, yaitu adegannya, dan lain-lain.
01:29Dan yang ketiga, kalau film asing, itu kita juga nilai tag terjemahannya.
01:34Nah, berkaitan dengan visualisasi, apakah adegan dan dialog dan monolognya tadi, maka yang kami lihat lagi, itu ada enam unsur.
01:46Yang pertama, apakah dialog, monolog, adegan, itu mengandung praktek atau unsur kekerasan?
01:54Itu kita lihat.
01:55Apakah mengandung unsur yang berkaitan dengan pornografi?
02:00Itu juga kita nilai.
02:01Apakah dialog, monolog, adegan, itu berkaitan dengan visualisasi yang menjelaskan atau secara eksplisif menggambarkan tentang penggunaan atau peredaran narkotika?
02:16Nah, itu juga kita nilai.
02:18Kemudian, apakah di dalam cerita film itu, dialog, monolognya, kemudian adegannya mengandung perendahan terhadap harkat martabat kemanusiaan?
02:30Nah, itu juga dinilai merendahkan sungguh, merendahkan agama, merendahkan perempuan, merendahkan diskriminasi terhadap kelompok tertentu, termasuk perendahan pelecehan terhadap agama.
02:47Dan terakhir, yang kita nilai, apakah dari semua film itu, apakah mengandung perbuatan melawan hukum atau tidak?
02:57Nah, ini aspek yang kita nilai.
03:00Kemudian, dari semua proses penelitian, kita tetapkan, kita nilai melalui pengkategori atau proses klasifikasi usia.
03:12Jadi, kita tetapkan dari semua yang aspek yang kita nilai tadi menjadi film untuk semua humor, film untuk 13 tahun ke atas, film untuk dewasa 17 tahun ke atas, dan juga film untuk dewasa 21 tahun ke atas.
03:31Jadi, kami di lembaga sensor film tidak diberikan kewenangan, baik itu melalui peraturan bateri, peraturan pemerintah, ataupun undang-undang untuk menilai kualitas.
03:44Kualitas, tentu nilainya ada kualitasnya baik, cukup baik, buruk, kualitasnya rendah, kualitasnya sedat, ataupun kualitas tinggi.
03:55Nah, itu rating penilaian, rendah, tinggi, buruk, sedat, jelek, itu yang bisa memberikan adalah kritikus film, ataupun penohon dari film itu sendiri.
04:08Jadi, semua film yang kami sensor, 42.339 itu, tidak semuanya kami menyesur dengan menyenangkan.
04:19Dalam arti, dari sisi film ceritanya bagus, kemudian sinematografinya berkualitas tinggi, tetapi juga ada dan terdapat film-film dengan kualitas yang sedang, yang biasa,
04:36bahkan yang tadi mungkin dibilang agak kurang, tetapi tetap kami terima untuk dinilai dan diteliti, karena kami ditugaskan itu adalah menilai dari acuan utama dan acuan pendukung tadi,
04:51sebagai bahagian dari proses di dalam penyasaran.
04:57Dan sebagai organisasi atau lembaga yang menyediakan proses pelayanan publik, maka kami menerima semua tanpa diskriminasi, tanpa membeda-bedakan,
05:11tanpa melihat siapa yang memproduksi, tanpa melihat siapa yang menjadi pemilik filmnya,
05:17tetapi kami memiliki standard yang sama untuk semua pembutuh dan orang yang membutuhkan pelayanan.
05:24Jadi kami berada secara universal, ada LSM, ada untuk semua, dan untuk semua kalangan, semua jenis film, dan semua jaringan.