Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • 14/6/2025
JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua PBNU, Ulil Abshar Abdalla mengatakan ada satu mazhab aktivisme lingkungan yang lebih mengedepankan pendekatan yang rasional, yakni reasonable environmentalist.

Menurutnya, ini jauh lebih tepat, karena setuju pada isu lingkungan, tetapi juga melihat dampak-dampaknya.

"Jangan dikira bahwa concern dengan isu lingkungan tidak membawa dampak negatif. Ambil contoh ya, bahwa concern kepada lingkungan yang ekstrem, itu juga membawa dampak negatif. Sekarang ini harga listrik di Jerman dan Inggris itu naik berlipat-lipat karena mereka melakukan satu transisi yang terburu-buru kepada energi non fosil," ujarnya.

Di sisi lain, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik tidak setuju dengan pernyataan Gus Ulil.

Menurutnya, meski tersedia sumber daya alam, namun bukan seharusnya dikeruk habis-habisan. Kini saatnya dilakukan pertobatan ekologis.

"Ada tidak Gus negara yang maju tanpa industri ekstraktif, sehingga kita harus mengeksploitasi sumber daya alam kita?," tanya Iqbal.

"Negara-negara Eropa yang sekarang ini maju, basis ekonomi awalnya dibangun karena melakukan ekstraksi di negara-negara yang dijajah," jawab Gus Ulil.

"Betul, tapi adakah atau tidak negara yang maju tanpa industri ekstraktif?," tanya Iqbal lagi.

"Negara yang maju sekarang ini di barat, itu sebetulnya mereka maju dibangun awalnya karena ekstraksi," ujar Gus Ulil.

"Makanya ketika kita tahu bahwa industri ekstraktif ini sangat buruk sekali, maka lakukanlah pertobatan ekologis," pungkas Iqbal.


Saksikan selengkapnya di sini: https://youtu.be/Mdnt29MOemc



#tambang #nikel #rajaampat #saverajaampat

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/599507/saling-sanggah-pbnu-greenpeace-soal-tambang-nikel-di-raja-ampat-hingga-pertobatan-ekologis-rosi
Transkrip
00:00Jadi mengingatkan manusia, mengingatkan masyarakat tentang krisis iklim, mengingatkan manusia tentang bagaimana kita jangan merusak alam, itu adalah menakut-nakuti dan sesuatu yang justru narasi yang jahat?
00:13Narasi seperti yang Anda bikin tadi itu namanya fear-mongering, itu sudah dikritik oleh banyak aktivis lingkungan yang juga berseberangan dengan Greenpeace ya, jadi ada satu masjab aktivisme lingkungan yang lebih mengedepankan pendekatan yang rasional, reasonable environmentalism, itu menurutnya jauh lebih tepat, jadi artinya setuju kepada isu lingkungan diperhatikan, tetapi kita juga harus melihat dampak-dampaknya.
00:42Jangan dikira bahwa concern dengan isu lingkungan tidak membawa dampak negatif, ambil contoh ya, saya ambil contoh.
00:50Tidak membawa dampak negatif, tidakkah tadi apa yang dikatakan oleh Iqbal, ia tidak ingin anak-anaknya hidup dengan situasi lingkungan yang akan merusak kehidupan anaknya di masa ke depan dan cucu-cucu kita semua yang masa depan, apakah itu juga menembarkan ketakutan?
01:08Saya akan kasih contoh bahwa concern kepada lingkungan yang ekstrim, itu juga membawa dampak negatif, ini sekarang dialami oleh Eropa.
01:18Oke, apa contohnya?
01:20Contohnya adalah sekarang ini harga listrik di Jerman dan Inggris itu naik berlipat-lipat, karena mereka melakukan satu transisi yang terburu-buru kepada energi non-fosil.
01:32Mereka tidak mau lagi menggunakan, sehingga itu justru akan memberatkan kehidupan manusia.
01:37Memberatkan kehidupan masyarakat, dan itu dikritik oleh banyak kalangan, sehingga timbul partai, partai politik khusus untuk mengkritik kebijakan lingkungan yang dianggap tidak tepat.
01:48Jadi jangan dikira concern dengan isu lingkungan, itu memang lofty ideal.
01:53Itu satu cita-cita yang indah, seperti apa namanya.
01:57Oke, coba jelaskan sekali lagi Mas Gus Ulil, di mana narasi yang menurut Anda justru ingin menakut-nakuti, face mongering tadi.
02:05Contohnya misalnya, ini tadi Mas Iqbal mengatakan bahwa anak cucu kita juga perlu mendapatkan kesempatan menikmati keindahan alam.
02:15Anak saya sendiri sudah tidak menikmati keindahan alam di kampung saya.
02:22Waktu zaman kecil saya menikmati keindahan kampung saya, sekarang hilang karena pertambahan penduduk.
02:29Tapi apakah kemudian karena saya ingin anak saya...
02:32Jadi itu adalah fals alarm?
02:34Fals alarm.
02:35Nah menurut saya, jadi menurut saya harus dibuat kalkulasi.
02:39Kepentingan generasi sekarang harus juga dipikirkan, generasi mendatang juga harus dipikirkan.
02:46Jadi jangan hanya memikirkan bahwa generasi alam, generasi mendatang kepingin mendapatkan atau harus mendapatkan kesempatan menikmati keindahan Raja IV atau alam-alam yang lain.
02:56Maka kepentingan generasi sekarang untuk membangun, right to development dihalang-halangi.
03:02Gus, ada hampir 1 juta kematian dini pada saat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah.
03:11Gus bisa bayangkan bagaimana anak-anak ini tidak punya hak untuk hidup karena kita masih mempertimbangkan membuka lahan gambut di Kalimantan Tengah.
03:20Mungkin itu bukan anak Gus, mungkin bukan cucu Gus.
03:23Sehingga Gus bisa bilang, kita punya hak untuk hidup yang lain.
03:26Tapi orang yang tinggal di Kalimantan Timur, orang yang tinggal di Kalimantan Tengah punya hak untuk hidup Gus tanpa asap.
03:33Orang yang hidup di Riau punya hak.
03:35Orang yang hidup di Raja IV juga punya hak untuk hidup lebih baik.
03:38Gus mungkin tinggal di Jawa, tidak mendapatkan kebakaran hutan.
03:41Karena tidak ada gambut di Jawa, tidak ada batu bara di Jawa.
03:45Tapi mereka hidup dengan lumpur.
03:47Gus bisa bayangkan bagaimana orang bisa hidup dengan lumpur sehari-hariannya.
03:52Apakah kita tidak pikirkan ini?
03:53Dan tidak usah jauh Gus, kalau terlalu jauh untuk melihat Kalimantan dan Jawa.
03:57Lihat pantura, ada satu desa namanya Timbulus Loko di sana.
04:01Dan sudah terendam.
04:02Orang-orang yang tidak punya uang, itu tidak bisa keluar dari kampung itu Gus.
04:06Sehingga mereka harus hidup dengan banjir.
04:09Rumah mereka hampir setengah direndam oleh Rob.
04:11Mereka hidup di seling-seling wafon.
04:14Apa Gus mau bilang bahwa itu bukan hak kita, itu bukan urusan kita.
04:18Terus pertanyaannya adalah, ini yang saya sebut dengan narasi fear mongering.
04:22Saya tidak sedang menakut-nakuti Gus.
04:24Ini tidak sedang menakut-nakutin.
04:26Ini adalah fakta.
04:27Anda tadi menyebut soal Rob di pantura Jawa.
04:30Itu daerah saya.
04:32Saya lewat selalu setiap saat kalau ke Semarang ke daerah padi itu saya lihat itu.
04:36Betul.
04:37Tapi pertanyaannya adalah, terus bagaimana?
04:39Ini kan harus, ini masalah yang harus diatasi.
04:42Bukan dijadikan sebagai alat untuk menakut-nakuti masyarakat.
04:46Oh tidak menakut-nakuti.
04:47Ini yang harus kita atasih Gus.
04:49Bagaimana cara mengatasinya?
04:50Salah satu cara mengatasinya adalah,
04:53ubah imajinasi ekonomi ekstraktif dari pemerintah ini.
04:57Ada tidak negara yang, sorry Gus, lagi-lagi saya minta maaf.
05:00Ada tidak negara yang maju tanpa industri ekstraktif?
05:03Nah menurut saya.
05:04Ada tidak Gus?
05:04Ada tidak Gus negara yang maju tanpa industri ekstraktif?
05:08Sehingga kita harus mengeksploitasi sumber daya alam kita.
05:12Ya, negara-negara Eropa yang sekarang ini maju.
05:14Ada tidak Gus negara yang maju tanpa industri ekstraktif?
05:17Saya katakan negara Eropa sekarang ini maju,
05:20basis ekonomi awalnya dibangun karena melakukan ekstrasi di negara-negara yang diajaja.
05:26Betul.
05:26Tapi adakah tidak negara yang maju tanpa industri ekstraktif?
05:30Nah negara-negara yang maju sekarang ini di barat,
05:34itu sebetulnya mereka maju dibangun awalnya karena mereka ekstraksi.
05:38Ya, makanya ketika kita tahu bahwa industri ekstraktif ini sangat buruk sekali,
05:44maka lakukanlah pertobatan ekologis.
05:46Pertobatan ekologis itu...
05:47Dan ada banyak negara Gus, bayangkan.
05:49Pertobatan ekologis ini menurut saya perlu pada tempat-tempat yang memang tepat.
05:54Karena kalau Anda mengatakan bahwa industri ekstraksi itu adalah buruk seluruhnya,
05:59pertanyaannya adalah ekstraksi lalu dilarang sama sekali.
06:03Padahal kita ini sebagai bangsa,
06:05ada negara-negara yang memang diberkai Tuhan,
06:09kekayaan alam.
06:11Lalu Anda apakan?
06:13Inilah yang disebut sebagai watak dasdisis Gus.
06:17Ketika orang merasa bahwa ada sumber daya alam di situ,
06:19mari kita keruksa habis-habisnya.
06:21Kita sudah mengeruk bangsa ini,
06:23sudah mengeruk banyak sekali industri sumber daya alamnya.
06:27Ada batu bara dari puluhan tahun.
06:30Apa kapan kita untuk merasa cukup dengan itu Gus?
06:32Apakah Raja Ampat juga layak untuk ditambang?
06:35Kapan kita mau cukup?
06:36Kita tahu ada yang namanya daya dukung,
06:38daya tampung lingkungan Gus.
06:39Apakah kita mau Kalimantan Timur selalu dibegitar?
06:42Sampai jumpai.
06:42Terima kasih.
06:43ćŻæ„›.
06:43Terima kasih.
06:43Kata.
06:44Sampai jumpa.
06:45Devaki.
06:45Terima kasih.
06:45Tengah.
06:52Akhir.

Dianjurkan