Kemarau Panjang, Warga Boyolali Menggali Dasar Sungai Kering
- 8 bulan yang lalu
BOYOLALI, KOMPAS.TV - Seperti inilah aktivitas setiap hari warga Desa Bojong, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali, Jawa Tengah, untuk memenuhi kebutuhan air, mereka harus mencari air pada mata air di sungai yang mengering. Menggunakan jeriken dan ember, mereka sedikit demi sedikit mengumpulkan air yang keluar dari dasar sungai hasil galian, dengan kondisi air yang cukup keruh dan berbau kurang sedap.
Giana Fahira, warga Desa Bojong, mengatakan, mata air hasil galian warga pada sungai yang mengering tersebut merupakan sumber air terdekat di desanya. Hal tersebut dikarenakan, sejak memasuki musim kemarau sumur-sumur milik warga sudah mengering.
"Air di rumah itu sudah habis, makanya cari airnya itu di sungai soalnya udah kering banget, sudah sekitar tiga bulan," ujar Giana.
Meski harus antre, kondisi air keruh, dan berbau kurang sedap, mereka tetap mengkonsumsinya. Hal tersebut dikarenakan untuk mendapatkan air bersih saat musim kemarau ini, harus mencari di hutan dan jaraknya sangat jauh. Maka mau tidak mau warga mengambil air di sungai yang telah mengering tersebut.
Giana juga menjelaskan, demi bisa mengkonsumsi air dari galian sungai yang mengering, warga harus mengendapkan air beberapa saat terlebih dahulu, atau merebusnya hingga mendidih agar dapat di konsumi baik untuk minum, makan, mandi, mencuci, hingga dimanfaatkan untuk ternak.
"Kalau buat mandi ya ditunggu biar mendidih, maksudnya biar tidak ada ampasnya, harus ditunggu 1 jam baru bisa buat mandi, cuci piring," pungkasnya
Menurut Pasimin, Ketua RW 03 Desa Bojong, terdapat sekitar 40 hingga 50 KK yang memanfatkan air dari sungai yang mengering tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saat ini air dari galian sungai yang mengering tersebut satu-satunya sumber air yang bisa digunakan oleh warga selama kemarau panjang.
"Kisaran kalau RT sini itu, kisaran 40 atau 50-an KK yang memanfaatkan sumur di sungai," ujar Pasimin.
Saat ini, warga hanya bisa berharap agar hujan segera turun, sehingga warga tidak kesusahan mencari air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
#kemarau #airbersih #boyolali
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/443024/kemarau-panjang-warga-boyolali-menggali-dasar-sungai-kering
Giana Fahira, warga Desa Bojong, mengatakan, mata air hasil galian warga pada sungai yang mengering tersebut merupakan sumber air terdekat di desanya. Hal tersebut dikarenakan, sejak memasuki musim kemarau sumur-sumur milik warga sudah mengering.
"Air di rumah itu sudah habis, makanya cari airnya itu di sungai soalnya udah kering banget, sudah sekitar tiga bulan," ujar Giana.
Meski harus antre, kondisi air keruh, dan berbau kurang sedap, mereka tetap mengkonsumsinya. Hal tersebut dikarenakan untuk mendapatkan air bersih saat musim kemarau ini, harus mencari di hutan dan jaraknya sangat jauh. Maka mau tidak mau warga mengambil air di sungai yang telah mengering tersebut.
Giana juga menjelaskan, demi bisa mengkonsumsi air dari galian sungai yang mengering, warga harus mengendapkan air beberapa saat terlebih dahulu, atau merebusnya hingga mendidih agar dapat di konsumi baik untuk minum, makan, mandi, mencuci, hingga dimanfaatkan untuk ternak.
"Kalau buat mandi ya ditunggu biar mendidih, maksudnya biar tidak ada ampasnya, harus ditunggu 1 jam baru bisa buat mandi, cuci piring," pungkasnya
Menurut Pasimin, Ketua RW 03 Desa Bojong, terdapat sekitar 40 hingga 50 KK yang memanfatkan air dari sungai yang mengering tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saat ini air dari galian sungai yang mengering tersebut satu-satunya sumber air yang bisa digunakan oleh warga selama kemarau panjang.
"Kisaran kalau RT sini itu, kisaran 40 atau 50-an KK yang memanfaatkan sumur di sungai," ujar Pasimin.
Saat ini, warga hanya bisa berharap agar hujan segera turun, sehingga warga tidak kesusahan mencari air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
#kemarau #airbersih #boyolali
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/443024/kemarau-panjang-warga-boyolali-menggali-dasar-sungai-kering