Ada Soeharto di Balik Mantel Kesetiaan Jenderal Soedirman

  • 8 bulan yang lalu
Panglima Besar TNI Letnan Jenderal Soedirman adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia, yang berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan.

Pada tahun 1949, terdapat foto-foto sejarah yang menampilkan aktivitas beliau, terutama saat menghadap Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta di Balai Agung, Yogyakarta.

Jenderal Soedirman sering kali dengan penampilan khasnya, yakni mengenakan mantel tebal.

Namun ternyata ada penilaian Soeharto Presiden kedua RI di balik mantel yang dikenakan Soedirman di foto tersebut. Tentu saat itu Soeharto masih prajurit biasa.

Adapun peristiwa itu terjadi setelah Jenderal Soedirman menghadap Presiden Soekarno dan Bung Hatta di Yogyakarta. Pertemuan itu buntut dari kemarahan Jenderal Soedirman terhadap pejanjian Roem-Royen dengan Belanda.

Soedirman marah karena dalam perjanjian itu, tentara Belanda hanya tidak boleh berada di Ibu Kota Indonesia saat itu yakni Yogyakarta.

Namun kemarahan Soedirman diredam oleh 2 sosok yang dihormatinya yakni Gatot Subroto dan Sri Sultan Hamengkubowono, keduanya meminta Jenderal Soedirman menhadap Presiden Soekarno.

Usai dibujuk, Jenderal Soedirman mau turun gunung dan setelah menerima informasi dan kepastian dari Letnan Kolonel Soeharto, ia berangkat dengan rombongan pengawal dari Ponjong pada 9 Juli 1949.

Di Ponjong, Kolonel TB. Simatupang dan Kolonel Soehardjo Hardjowardjojo sudah menunggu di mulut Jembatan Kali Opak. Keduanya menyediakan beberapa kendaraan untuk perjalanan ini, termasuk Land Rover yang mereka naiki, satu sedan untuk Soedirman, dua kendaraan pick-up, dan satu truk untuk pengawal Soedirman.

Setelah pertemuan, ketiganya terlibat dalam diskusi serius di dalam mobil sedan. Isi pembicaraan tersebut tidak diketahui secara pasti, namun kemungkinan mereka membahas pentingnya Soedirman bertemu dengan Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mochamad Hatta sebelum mengikuti inspeksi pasukan TNI di Alun-alun Yogyakarta.

"Pertemuan ini penting karena akan menangkal perkiraan dan perhitungan Belanda yang mengharapkan akan terjadi suatu pertentangan hebat antara mereka yang bergerilya dan mereka yang ditawan oleh Belanda," ungkap Tjokropranolo.

Saat dalam tahap persiapan, Simatupang secara tiba-tiba menawarkan seragam resmi panglima besar TNI kepada Soedirman. Ia mengharapkan Soedirman untuk menggantikan mantel Australia-nya dengan seragam tersebut. Namun, Soedirman tidak menerima tawaran tersebut dan justru menoleh ke arah Soeharto.

"Bagaimana?" tanyanya.

"Kalau menurut saya, lebih baik begini saja. Begini juga sudah baik, Pak," jawab Soeharto seperti yang dia kisahkan dalam otobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya (disusun oleh G.Dwipayana dan Ramadhan K.H.).

Setelah mendengar jawaban dari Soeharto, Soedirman memutuskan untuk tetap memakai mantelnya dan tidak menggantinya dengan seragam panglima besar TNI.

(Muhammad Raihan Haridanto)