Sejarah Kenapa Kopassus Mendapat Julukan Hutan Rimba

  • 8 bulan yang lalu
Seperti diketahui, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merupakan satuan tempur milik TNI Angkatan Darat menguasai berbagai teknik dan ilmu perang khusus sebagai modal bertarung.

Pasukan elite TNI yang memiliki julukan korps baret merah atau hantu rimba ini merupakan kebanggaan Indonesia dan disegani di dunia.

Kopassus memiliki motto "Lebih baik pulang dengan nama daripada gagal di medan laga."

Julukan utama mereka adalah "Korps Baret Merah," tetapi juga dikenal dengan julukan lain, yakni "Hantu Rimba."

Julukan ini diberikan karena gaya bertempur mereka yang unik dan efektif dalam operasi-operasi khusus di medan yang sulit dan berat seperti hutan rimba.

Kopassus dijuluki "Hantu Rimba" karena taktik dan pendekatan bertempur yang mereka gunakan sangatlah berbeda dari pasukan lainnya. Pasukan ini dikenal mampu bergerak dengan sangat hati-hati dan efisien seperti hantu, mampu menyusup ke wilayah musuh, mengintai lawan, serta melancarkan serangan mendadak tanpa meninggalkan jejak yang mudah terdeteksi.

Julukan ini mencerminkan kemampuan pasukan ini untuk bergerak dengan cepat dan tanpa terdeteksi, menciptakan aura misteri dan rahasia dalam operasi-operasi mereka.

Kopassus memiliki keterampilan khusus dalam menyusup ke wilayah musuh, melakukan pengintaian, melancarkan serangan tiba-tiba, dan juga memiliki keahlian dalam penanganan situasi anti-teror.

Kecepatan, ketepatan, dan keberanian mereka dalam menghadapi musuh menjadikan mereka bangga sebagai bagian dari Kopassus.

Julukan "Hantu Rimba" bukan hanya sekadar nama, tetapi juga mencerminkan identitas pasukan elit Kopassus dalam menjalankan operasi rahasia. Mereka diakui memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa dalam menghadapi berbagai tantangan, terutama di lingkungan hutan rimba yang kompleks dan sulit dilalui.

Pemberontakan kelompok Republik Maluku Selatan (RMS) pada Juli 1950 menjadi titik awal berdirinya pasukan elit Indonesia, Kopassus. Pemimpin Perang Republik Indonesia mengeluarkan perintah untuk mengatasi pemberontakan ini guna mencegah meluasnya aksi pemberontakan.

Operasi ini dipimpin secara langsung oleh Panglima Tentara Teritorium III, Kolonel A.E. Kawilarang. Dalam kapasitasnya sebagai pemimpin, ia menunjuk Letkol Slamet Riyadi sebagai komandan tugas. Hasilnya, operasi militer berhasil dilakukan.

Walau berhasil dalam penumpasan pemberontakan RMS dan mengakhiri pergerakan RMS, operasi ini juga menimbulkan banyak korban jiwa, terutama di pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Perjalanan pasukan berbaret merah ini ditandai dengan beberapa perubahan nama sebelum akhirnya resmi menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Pada tahap awal, satuan ini dikenal sebagai Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada tahun 1952.

Kemudian mengalami perubahan menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD) pada tahun 1953. Selanjutnya, pada tahun 1955, namanya kembali berubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

(Muhammad Raihan Haridanto)