Senyum Legenda di Balik Blangkon dan Kumis, Kisah Toto Asmuni, Pelawak Tak Terlupakan dari Srimulat Surabaya.

  • 11 bulan yang lalu
Sinar senyumnya tak pernah redup, seorang pelawak senior Indonesia yang tak terlupakan. Toto Asmuni, namanya menjadi legenda dalam dunia komedi Tanah Air. Lahir dari grup lawak Srimulat, ia membawa keceriaan dan tawa bagi ribuan penonton yang tak henti-hentinya terpikat oleh aksi panggungnya yang tak tertandingi.

Perkenalan Toto Asmuni dengan dunia komedi dimulai ketika takdir mempertemukannya dengan legenda komedi, Bing Slamet. Saat itu, Toto masih membina orkes musik Angkatan Laut di Surabaya, dan dari situlah ia mulai menimba ilmu dari sang maestro komedi. Mereka berdua kerap berkelakar dan bertukar pikiran, sehingga bakat komedi Toto semakin terasah dengan gemilang.

Meski Bing Slamet kembali ke Jakarta, Toto Asmuni tak berpatah arang. Ia memilih bermukim di kota Buaya, Surabaya, dan menjalani panggilan hatinya untuk menekuni dunia lawak. Bergabung dengan grup lawak Lokaria pimpinan Amang Rahman, Toto semakin banyak dikenal dan dianggap lucu oleh para penonton. Aksinya di atas panggung selalu menyegarkan dan menghibur hati mereka.

Pada tahun 1976, Toto Asmuni meraih tiket emas menuju ketenaran saat bergabung dengan grup lawak legendaris, Srimulat Surabaya, yang didirikan oleh Teguh. Aksinya di panggung semakin mengangkat namanya dan menjadi buah bibir. Tak disangka, kumis tipis ala Charlie Chaplin dan blangkon yang selalu ia kenakan sebagai aksesoris panggung, menjadi ciri khas yang melekat pada dirinya. Seakan menjadi tanda pengenal sang maestro komedi, blangkon dan kumis itu tak pernah lepas dari sosoknya.

Perjalanan karier Toto Asmuni tak berhenti di Surabaya, ia pun merambah ke ibu kota, Jakarta, dan bergabung dengan Srimulat Jakarta. Di sana, bakatnya semakin bersinar, khususnya di era 80-an. Tidak hanya dalam dunia lawak, Toto Asmuni juga merambah dunia akting. Dalam berbagai film layar lebar, ia menunjukkan bakat aktingnya yang mengagumkan. Salah satu film yang ia bintangi adalah "Asmuni Jadi Boss."

Namun, pada tanggal 21 Juli 2007, langit komedi Indonesia merasakan kehilangan yang mendalam. Toto Asmuni menghembuskan nafas terakhirnya di Trowulan, karena sebuah kesalahan dalam pemberian obat sakit gigi yang menyebabkan kepergiannya. Jenazahnya kembali ke tanah kelahirannya di Diwek, Kabupaten Jombang, di mana sosok yang selalu menyebarkan tawa dan keceriaan akan kembali beristirahat.

Tetapi legenda Toto Asmuni tak pernah padam. Namanya dan karya-karyanya menjadi warisan berharga bagi dunia komedi Indonesia. Ia telah menyentuh ribuan hati dengan keceriaannya, dan kini, setiap kali blangkon dan kumis tipis ala Charlie Chaplin muncul di layar kaca, senyumnya terus hidup dan menghangatkan hati mereka yang mengenangnya. Seorang pelawak yang tak terlupakan, senantiasa hadir dalam kenangan kita, menyimpan cerita tawa yang tak akan pernah pudar.