Pena Buya Hamka Seorang Ulama dan Sastrawan Indonesia

  • 9 bulan yang lalu
Hari Jumat, 24 Juli 1981, menjadi saksi bisu kepergian seorang tokoh agung yang telah menorehkan jejak gemilang dalam dunia sastra dan keagamaan. Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah, yang akrab dipanggil Buya Hamka, berpulang dalam usia 73 tahun, meninggalkan warisan yang tak terlupakan.

Jenazahnya disemayamkan dengan penuh penghormatan di rumahnya, Jalan Raden Fatah III. Pelayat-pelayat dari berbagai kalangan berdatangan untuk memberikan penghormatan terakhir. Di antara mereka, tampak Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Adam Malik, memberikan salam perpisahan untuk seorang tokoh besar negeri ini.

Rumahnya yang dahulu sering menjadi tempat berkumpul para intelektual dan pembicaraan tentang kemanusiaan, kini menjadi tempat penghormatan terakhir bagi sang maestro. Masjid Agung Al-Azhar menjadi saksi berikutnya dalam prosesi perpisahan ini. Ibu kota meratapi kepergian seorang pemimpin agama yang mengilhami banyak orang dengan pemikiran-pemikirannya yang cemerlang.

Ketika jenazahnya dibawa ke peristirahatan terakhir di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan, suasana berduka tak terbendung. Semua yang hadir merasakan kehilangan yang mendalam atas kepergian seorang guru besar, seorang pemimpin spiritual, dan seorang tokoh intelektual.

Seusai pemakaman, pemerintah memberikan penghargaan tertinggi, Bintang Mahaputra Utama, sebagai tanda penghormatan atas jasa-jasanya bagi bangsa. Namun, penghargaan tersebut hanya sebagian kecil dari apa yang telah diberikan olehnya. Buya Hamka bukan sekadar seorang tokoh, melainkan seorang pahlawan nasional yang meninggalkan warisan tak ternilai.

Karier cemerlangnya sebagai wartawan, penulis, dan pengajar mengukir namanya dalam sejarah. Ia menjadi sosok inspiratif dalam perjuangan untuk kebenaran dan kemerdekaan. Di politik, ia terlibat aktif dalam Masyumi dan MUI, selalu berjuang dengan tulus untuk kepentingan rakyat.

Namun, Buya Hamka tak hanya menghiasi dunia politik dan keagamaan. Kecintaannya pada sastra dan ilmu pengetahuan membawanya ke puncak keilmuan. Universitas-al Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menghormatinya dengan gelar doktor kehormatan. Universitas Moestopo, Jakarta, memberikan penghormatan sebagai guru besar, sebuah pengakuan atas ketajaman pikirannya dan kontribusinya dalam dunia ilmu.

Buya Hamka, sang legenda, terus menginspirasi generasi-generasi mendatang dengan karya dan pemikirannya. Universitas Muhammadiyah Hamka, nama yang diabadikan untuk perguruan tinggi Islam di Jakarta, menjadi bukti keabadian dari jasa-jasanya.

Meskipun telah berpulang, Buya Hamka tetap hadir dalam jiwa bangsa ini. Karya-karyanya terus mengalir dalam aliran kebenaran dan keindahan sastra Indonesia. Semangatnya dalam berjuang untuk keadilan dan persatuan masih membakar semangat perjuangan di hati banyak orang.
...

Dianjurkan