Tak Hanya Ada di Film Fiksi, Fenomena Pemakaman Dalam Air Juga Terjadi di Kalimantan Selatan

  • 10 bulan yang lalu
POJOKSATU.id, Kalsel – Pada alur di film Avatar 2, yang memperlihatkan kematian putra sulung Jake
dan Neytiri bernama Neteyam. Dimana jasadnya dimakamkan di dalam air Desa Pandora yang
dianggap abadi bersama leluhur Suku Metkayina.

Ternyata, kisah itu tidak hanya terjadi pada dunia fiksi saja.
Fenomena pemakaman di dalam air juga dapat ditemukan di Indonesia.

Tepatnya di Desa Nagara, Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Kalimantan Selatan.
Dimana desa ini memiliki budaya dengan memakamkan jenazah ke dalam air.

Hal itu karena kawasan tersebut dikelilingi oleh rawa, dan 90 persen kerap banjir saat air pasang.

Desa Nagara tidak memiliki lahan tanah yang cukup tinggi untuk melakukan pemakaman. Jadi jika
ada warga desa yang meninggal pada musim itu, jasadnya akan dimakamkan di bawah air.

Proses yang dilakukan sebelum pemakaman ialah menggali tanah di dalam rawa dengan cara
menyelam.

Menurut Camat Daha Selatan, Nafarin bahwa pemakaman di dalam air hanya terjadi ketika musim
hujan tiba. Ketika air laut pasang saat musim hujan, tak ada lagi daratan yang terlihat.

Maka, ketika ada yang meninggal di musim itu masyarakat menguburkannya di bawah air.
Masyarakat setempat pun sudah terbiasa memakamkan jenazah di tengah rawa yang dikelilingi air.

Berdasarkan data dari Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, wilayah Nagara berdiri di air rawa
dan sungai-sungai besar. Penduduk di wilayah itu juga banyak yang menganut agama Islam.

Peduduk dengan mayoritas muslim ini melakukan pemakaman menggunakan “Tabala“ atau peti mati
guna menjaga si mayit tetap berada di dalam peti saat dimakamkan di bawah air.

Tentunya, kondisi itu menyebabkan liang lahat digenangi air dan warga tetap melakukan proses
pemakaman.

Pemakaman di bawah air akan membutuhkan sejumlah orang untuk ikut membantu dan dibutuhkan
usaha ekstra. Selain mereka yang harus masuk ke air, mereka juga harus membuat simpul tali pada
kayu yang cukup kuat.

Pada prosesnya, kanan kiri tabala itu diberi tali, kemudian diletak di atas air persis di bawah lubang
kubur. Selanjutnya diberi kayu Galam di atasnya, dan peti tersebut ditarik ke dalam menggunakan tali
agar tidak tenggelam.

Selain Galam sebagai penanda, peti tersebut juga ditimbun dengan tanah sebagai pemberat di
dalamnya, sehingga Tabala terebut tidak kembali timbul.

Camat juga menambahkan bahwa pemerintah desa telah membangun tempat pemakaman umum
(TPU) yang struktur tanahnya tidak terpengaruh air pasang. Sehingga tidak semua warga melakukan
proses pemakaman seperti itu.

Lahan pemakaman bagus ada di beberapa tempat, seperti di wilayah Tumbukan Banyu ada kompleks
pemakaman. Ada juga di perbatasan Sangai Pinang sebagai antisipasi.

Nafarin mengaku untuk membangun TPU di wilayah Daha Selatan, pihaknya terkendala anggaran
lantaran banyaknya tanah yang digunakan untuk melakukan penimbunan.

Dianjurkan