Mahasiswa KKN diusir dari Desa karena keluhkan fasilitas melalui konten

  • 10 bulan yang lalu
Nasib mahasiswi Universitas Negeri Padang (UNP) diusir warga imbas bikin konten keluhkan fasilitas
minim di Desa.

Minggu (25/6/2023) Sekretaris UNP Erianjoni mengakui keteledoran sejumlah mahasiswi tersebut.

Pihaknya mengatakan mahasiswi tersebut sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Bungus Teluk
Kabung tersebut.

Menurutnya, bila ada permasalahan atau hal-hal lain yang dialami di lokasi KKN, mahasiswa mesti
mengkomunikasikannya dengan dosen pembimbing lapangan (DPL).

Ini memang keliru. Mahasiswa kita harus diberi pembelajaran, tidak semua harus semuanya lewat
media sosial, kan ada wadah komunikasinya, DPL dan unit pelaksana pusat KKN,” kata Erianjoni.

“Sederhana saja, mereka kebablasan juga bermedia sosial, tentu masyarakat tidak terima.
Menyangkut nama daerah tentu sensitif,” ujar dia.

Selain itu, Erianjoni menilai sejumlah mahasiswi itu juga belum siap untuk bisa memahami
masyarakat dan daerah setempat.

“Jadi, ya mereka (warga) tak terima, mereka (mahasiswa KKN) posting di media sosial kekecewaannya
karena harapan yang diharapkan tak terjadi. Fasilitas yang mereka harapkan tidak dapat, sementara
mereka harus bayar. Barangkali anak KKN ini juga cemburu di daerah lain ada yang tidak bayar,” tutur
dia.

Lanjutnya, pasca video itu viral, dan diduga warga tak terima, mahasiswa KKN itu sudah kembali ke
kos-kosan dan rumah masing-masing.

Sebelumnya, aksi sejumlah mahasiswi dari Universitas Negeri Padang (UNP) membuat konten video
soal kuliah kerja nyata (KKN) berujung polemik.

Setelah isi dari konten tersebut memicu permasalahan dengan warga desa setempat yang tak terima.

Adapun video tersebut menyinggung soal kehidupan sulit di desa seperti tidak air hingga tempat
tinggal yang harus bayar.

“Kalian libur semester? Mana maen. KKN-lah. KKN kalian di mana? Tanah Datar, Lima Puluh Kota?
Bungus lah, air gak ada, mandi di Musala. Diusir? Ngontrak bayar pula,” ucap sejumlah mahasiswi
dalam video tersebut melansir dari Tribunpadang.com, Minggu (25/6/2023).

Alhasil pihak pemerintah desa sendiri lantas memanggil para mahasiswi dan meminta mereka untuk
angkat kaki

Adik-adik dianggap tidak ada membawa perubahan, sampai nanti ada penyelesaiannya oleh dosen
pembimbingnya kepada kami, kepada Bapak Camat dan Lurah.”

“Jadi itu keputusannya, karena untuk mengingat keamanan adik-adik juga di lingkungan, karena pasti
ada warga yang membaca itu, karena ini bukan masalah adik-adik dengan pemerintah,” kata pria dalam video

Dianjurkan