ASAL MULA BERDIRINYA PATUNG BAYI SAKAH DI GIANYAR

  • last year
1. Berawal dari program kerja Bupati Gianyar

Pada saat Bupati Gianyar, Tjokorda Raka Dherana, memimpin pada periode tahun 1983 hingga 1993, ia memiliki program kerja membuat patung di setiap persimpangan jalan utama Kabupaten Gianyar. Hal itu ia lakukan untuk memperlihatkan ciri khas Kabupaten Gianyar sebagai kota seni dan budaya.

Bupati lalu mengundang para tokoh di Gianyar untuk membicarakan program kerjanya tersebut. Hasilnya, para tokoh mengusulkan agar membangun patung pahlawan hingga dari cerita pewayangan.

2. Tokoh Desa Mas meminta konsep patung yang berbeda

Dalam pertemuan tersebut, seorang tokoh Desa Mas bernama Ida Bagus Aji Mangku Ambara meminta konsep patung yang berbeda dan siap menanggung biayanya. Ia menilai, pertigaan Sakah dianggap memiliki nilai sakral atau dalam Bahasa Bali disebut dengan istilah tenget.

Nama Banjar di lokasi tersebut adalah Blahtanah, artinya tanah yang terbelah. Nama Sakah sendiri berasal dari kata 'saka ah' yang berarti lingam (lingga yoni). Lalu di sebelah barat lokasi pertigaan tersebut terdapat Pura Hyang Tiba.

3. Mendapat pawisik membuat patung berwujud bayi

Konsep bentuk dari patung yang akan dibangun di pertigaan Sakah berasal dari pawisik atau bisikan gaib. Diceritakan, (alm) Ida Bagus Putra, kerabat dari Ida Pedanda Buda Sukawati (Pendeta Hindu dari Griya Buda Taman Sukawati), sedang memancing di Pantai Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, pada Purnama sasih Katiga (bulan ketiga) tahun 1985. Ketika rebahan di pinggir pantai, tiba-tiba muncul sosok patung berbentuk Brahma Lelare yang wujudnya seperti sekarang ini.

Ida Bagus Aji Mangku lalu mempresentasikan konsep patung tersebut ke hadapan Gubernur Bali kala itu, Ida Bagus Oka; dan Bupati Gianyar, Tjokorda Raka Dherana. Gubernur Bali menyetujui konsep patung yang akan dibangun tersebut.

4. Makna Patung Brahma Lelare

Peletakan pembangunan Patung Brahma Lelare dilakukan pada tahun 1990. Patung Brahma Lelare merupakan perwujudan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai bayi yang melambangkan siklus kehidupan seorang manusia.

Patung ini juga sebagai lambang penyatuan Siwa Buddha. Karena hal ini, patung yang sering disebut sebagai Patung Bayi Sakah tersebut mengandung aura sakral. Selain itu, banyak warga yang mendatangi patung ini untuk memohon keturunan.

Sebagai tempat suci, Patung Brahma Lelare memiliki hari piodalan setiap 10 hari setelah Kuningan, tepatnya Selasa, Anggara Kliwon, wuku Medangsia. Patung Brahma Lelare diusung atau diempon oleh krama (warga) Banjar Adat Blahtanah, Desa Batuan Kale, Kecamatan Sukawati.

#Sejarah #Bali #SejarahBali
======================================
Connect with us on website and social media :
WEBSITE : https://www.sejarahbali.com
FACEBOOK : https://www.facebook.com/SejarahBali
INSTAGRAM : https://www.instagram.com/SejarahBali
TWITTER : https://twitter.com/SejarahBali
YOUTUBE : https://www.youtube.com/SejarahBaliChannel
TIKTOK : https://www.tiktok.com/@sejarahbalicom

Recommended