Di Tengah Vaksinasi Masal Texas Cabut Kewajiban Pakai Masker, Peneliti: AS Lakukan Kesalahan
- 3 tahun yang lalu
AS, KOMPAS.TV - Angka penularan covid-19 di Amerika Serikat menurun di tengah proses vaksinasi massal.
Namun sebagian ahli medis cemas banyak warga yang kini terlalu nyaman bepergian dan terlihat dari lonjakan penumpang harian di bandara.
Texas termasuk negara bagian yang mengakhiri sama sekali PSBB, seluruh kegiatan usaha boleh kembali dibuka dengan kapasitas penuh. Sementara kewajiban mengenakan masker juga dicabut.
Puluhan negara bagian di Amerika Serikat juga melakukan pelonggaran PSBB, meski tidak sedrastis yang dilakukan di Texas.
Banyak warga negara Amerika kini memang merasa lebih nyaman untuk keluar rumah bahkan keluar kota dengan semakin meluasnya akses terhadap vaksinasi.
Sebagian ahli medis kini khawatir banya warga negara Amerika justru terlalu percaya diri.
Padahal virus corona merupakan tetap ancaman meskipun banyak warga kini telah divaksinasi.
"AS lakukan kesalah yang sama tahun lalu, ingat jangan sampai AS ulangi kesalahan yang sama. Apalagi di saat banyak varian baru virus menyebar" ujar Peneliti University of Washington Ali Mokda.
Namun sebagian ahli medis cemas banyak warga yang kini terlalu nyaman bepergian dan terlihat dari lonjakan penumpang harian di bandara.
Texas termasuk negara bagian yang mengakhiri sama sekali PSBB, seluruh kegiatan usaha boleh kembali dibuka dengan kapasitas penuh. Sementara kewajiban mengenakan masker juga dicabut.
Puluhan negara bagian di Amerika Serikat juga melakukan pelonggaran PSBB, meski tidak sedrastis yang dilakukan di Texas.
Banyak warga negara Amerika kini memang merasa lebih nyaman untuk keluar rumah bahkan keluar kota dengan semakin meluasnya akses terhadap vaksinasi.
Sebagian ahli medis kini khawatir banya warga negara Amerika justru terlalu percaya diri.
Padahal virus corona merupakan tetap ancaman meskipun banyak warga kini telah divaksinasi.
"AS lakukan kesalah yang sama tahun lalu, ingat jangan sampai AS ulangi kesalahan yang sama. Apalagi di saat banyak varian baru virus menyebar" ujar Peneliti University of Washington Ali Mokda.