Peneliti Sebut Genose Sebagai Alat Skrining dan Tidak Bisa Menggantikan Tes PCR

  • 3 tahun yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Rabu (03/02) pagi, Menteri Perhubungan dan Menristek mendatangi Stasiun Senen Jakarta Pusat.

Keduanya meninjau kesiapan alat deteksi covid buatan Indonesia, Genose C-19, yang mulai dipakai pada 5 Februari.

Menhub Budi Karya Sumadi dengan Menristek Bambang Brodjonegoro meninjau lagsung alat deteksi covid Genose C-19 buatan UGM di Stasiun Pasar Senen.

Alat deteksi ini nantinya akan digunakan sebagai syarat wajib penumpang kereta api jarak jauh.

Mulai 5 Februari nanti, Genose juga akan disiapkan di terminal-terminal.

Tes genose bagi penumpang bus akan dilakukan secara acak.

Menristek, Bambang Brojonegoro, menjelaskan, cara kerja Genose adalah mendeteksi pola senyawa dalam embusan napas.

Metode ini akan membedakan orang yang terinfeksi dan tidak terinfeksi covid-19.

Genose telah diuji coba ke 2000 sampel, dan mengantongi izin penggunaan darurat dari WHO.

Meski demikian, Menristek menggarisbawahi jika fungsi genose tak bisa menggantikan fungsi tes PCR.

Sementara, Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi Universitas Gadjah Mada, meminta masyarakat untuk tidak terjebak membeli alat pendeteksi covid-19 berbasis embusan napas, atau Genose melalui toko daring.

Pasalnya alat ini ditawarkan sejumlah pihak dengan harga mencapai 90 juta rupiah.

Padahal Universitas Gadjah Mada sudah mematok harga penjualan genose sebesar 62 juta rupiah.

Lebih lengkap bagaimana cara kerja genose mendeteksi pola virus dari embusan napas, kita bahas dengan Ketua Tim Peneliti Genose Dari UGM, Kuwat Triyana.

Dianjurkan