Terkait Ekonomi Indonesia, Akademisi: Ada Pesimisme Ekonomi

  • 4 tahun yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, badan pusat statistik, lalu Kementerian PPN dan Bappenas, satu suara, bahwa ekonomi kuartal dua yang sepekan lagi berakhir, akan tumbuh negatif.

Hanya saja angkanya yang berbeda-beda. Secara teknis, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia Negatif, apakah artinya sudah resesi?

Efek jahat Covid-19 semakin menggerogoti tubuh ekonomi. Gelombang PHK, lonjakan kemiskinan, daya beli anjlok, ekspor impor tersendat, inilah detik-detik Indonesia semakin dekat dengan jurang resesi.

Tinggal satu pekan, kuartal dua berakhir. Tetapi, antar lembaga negara punya proyeksi makro ekonomi yang berbeda. Kesamaannya hanya satu, yaitu semuanya memproyeksi ekonomi negatif.

Pada proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal dua, Kementerian Keuangan merilis angka negatif 3,8 persen. Badan pusat statistik minus 4,6 persen, Kementerian PPN dan Bappenas lebih dalam ke minus 5 persen, mendekati megatif 6 persen.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, perbedaan ini menjadi bukti, sangat tidak pastinya pertumbuhan ekonomi.

Kekhawatiran resesi semakin menyengat di tahun ini. Tetapi, penjaga fiskal dan moneter yakin, ekonomi tahun depan akan berbalik.

Sementara itu, Penggunaan dana corona baru dipakai 9 persen dari yang dianggarkan.

Total dana yang dianggarkan mencapai 695,2 triliun rupiah.

Dari pencairan, dana untuk bantuan sosial nilainya paling besar, mencapai hampir 60 triliun rupiah.

Sisanya digunakan untuk anggaran kesehatan. Seperti insentif tenaga medis dan klaim penggantian biaya perawatan pasien korona.

Ekonom CSIS, Fajar Hirawan kepada harian kontan menyebut, pemerintah lambat dalam penggunaan dana.

Padahal anggaran sudah ditambah untuk penanganan corona.


Dianjurkan