Ini 4 Fakta Penyebab Banjir Jakarta dan Sekitarnya

  • 4 tahun yang lalu
JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan sejumlah penyebab banjir di Jakarta dan sekitarnya. Setidaknya berikut empat penyebab banjir yang terjadi di DKI Jakarta pada awal 2020.

Bersumber data dari BMKG, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyebut, salah satu penyebab banjir Jakarta di awal 2020 ini adalah curah hujan yang terpantau ekstrem. Dikatakan ekstrem karena angka yang tercatat relatif jauh lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Dari beberapa titik pengukuran, terpantau curah hujan di kawasan Halim Perdana Kusuma mencapai 377 mm/hari, Taman Mini 335 mm/hari, dan Jatiasih 259 mm/hari. Sementara curah hujan di tahun-tahun sebelumnya tercatat relatif lebih rendah.

Berikut ini catatan curah hujan dari tahun-tahun sebelumnya:

1996: 216 mm/hari

2002: 168 mm/hari

2007: 340mm/hari

2008: 250mm/hari

2013: 100mm/hari

2015: 277mm/hari

2016: 100-150 mm/hari

Dilansir dari Kompas.com, banjir juga disinyalir terjadi akibat tidak dilanjutkannya program normalisasi sungai yang melewati wilayah DKI Jakarta. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, salah satu kegiatan normalisasi yang dilakukan, yakni terhadap Sungai Ciliwung. Namun, saat ini dari 33 kilometer rencana normalisasi, baru 16 kilometer yang sudah tertangani.

Normalisasi adalah sebuah metode penyediaan alur sungai dengan kapasitas mencukupi untuk menyalurkan air, terutama air yang berlebih saat curah hujan tinggi.

Kegiatan ini dilakukan karena kapasitas sungai yang mengecil akibat pendangkalan dan penyempitan badan sungai, dinding yang rawan longsor, aliran air yang belum terbangun dengan baik, dan penyalahgunaan untuk permukiman. Salah satunya yakni dengan cara pengerukan untuk memperlebar dan memperdalam sungai.

Pengamat Tata Kota, Nirwono Joga, mengatakan, berubahnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta menjadi kawasan pembangunan, seperti permukiman, gedung, dan jalan. Resapan air hujan menjadi berkurang dan akhirnya air mengalir ke jalanan.

\"Sebagian besar banjir yang terjadi di Jakarta ini terjadi di daerah-daerah tangkapan air, resapan air, yang dulu sejak zaman Belanda memang diperuntukkan untuk ruang hijau,\" ujarnya di Jakarta, Selasa (22/1/2013).

Joga mengatakan, pemerintah harus tegas membatasi pembangunan komersial di Jakarta. Pendirian bangunan pun harus dicek kembali apakah telah menyediakan sebanyak 30 persen sumber resapan sesuai ketentuan undang-undang.

Selain itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai, banjir yang menggenangi Jakarta dan sekitarnya disebabkan kerusakan ekologi dan kesalahan yang dibuat manusia, seperti membuang sampah sembarangan.

\"Ada yang disebabkan kerusakan ekosistem, kerusakan ekologi yang ada, tapi juga ada yang memang karena kesalahan kita yang membuang sampah di mana-mana. Banyak hal,\" ujar Jokowi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2020).

Jokowi pun meminta pemerintah provinsi, pemerintah kota, dan pemerintah kabupaten di Jabodetabek bekerja sama dengan pemerintah pusat menangani permasalahan banjir.

#BanjirJakarta #Ahok #AniesBaswedan

Dianjurkan