Hari Kuningan, Hari Suci Umat Hindu di Bali yang Dirayakan Setiap Enam Bulan atau 210 Hari Sekali

  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM – Hari Kuningan merupakan hari suci umat Hindu di Bali yang dirayakan setiap enam bulan atau 210 hari sekali, tepatnya pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan.

Seperti yang sudah diketahui, bahwa satu bulan dalam kalender Bali adalah 35 hari.

Hari Kuningan dilaksanakan 10 hari setelah perayaan hari raya Galungan.

Hari Kuningan merupakan resepsi atas hari Galungan sebagai kemenangan dharma melawan adharma.

Dalam perayaan hari Kuningan, pemujaan ditujukan kepada para Dewa dan Pitara agar turun melaksanakan pensucian serta mukti atau menikmati sesajen-sesajen yang telah dipersembahkan.

Rangkaian Perayaan

Semua umat Hindu di hari Kuningan menghaturkan sembah untuk memohon berkah, keselamatan, dan kesejahteraan bagi semua umat.

Rangkaian pelaksanaan hari raya Kuningan sebenarnya merupakan lanjutan dari rangkaian hari Raya Galungan.

Setelah itu, lima hari kemudian ada hari Pemacekan Agung, kemudian Penyekeban, Penyajaan, Penampahan kemudian puncak perayaannya hari raya Kuningan.

Keesokan harinya kemudian dilaksanakan Manis Kuningan dan rentetan perayaan paling akhir adalah saat hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan bertepatan pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.

Pada saat hari raya Kuningan ada juga persembahan kepada para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan, dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa.

Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hanya dilakukan setengah hari saja.

Sebelum jam 12 siang pelaksanaan sudah harus selesai semua karena sebelum siang hari energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu (Panca Mahabutha) mencapai klimaksnya.

Sedangkan setelah siang hari memasuki masa pralina di mana energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara, dan Dewa sudah kembali ke surga.

Saat perayaan hari aya Kuningan, yang menjadi ciri khas dari isi sesajen atau persembahan umat Hindu adalah nasi kuning.

Berbeda dengan pelaksanaan pada saat upacara lainnya seperti Galungan, Pagerwesi, Saraswati, dan hari suci lainnya yang menggunakan sarana nasi putih.

Simbol nasi kuning ini merupakan lambang sebuah kemakmuran yang telah dianugerahkan Sang Pencipta dan juga menghaturkan persembahan lainnya sebagai ucapan terima kasih manusia, berikut syukur atas segala anugerah dari Tuhan.

Dianjurkan