Masjid Agung Jawa Tengah - Masjid Ratusan Milyar

  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN - VIDEO.COM - Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) didesain dengan gaya arsitektur perpaduan antara Jawa, Timur Tengah dan Yunani. Dilengkapi dengan 6 buah payung hidrolik ukuran besar yang dibuka jika jemaah salat cukup banyak.

Awalnya pembangunan MAJT direncanakan menghabiskan biaya Rp 30 Miliar.

Gubernur Jawa Tengah saat itu H Mardiyanto pada upacara peresmian menyebut biaya pembangunan keseluruhan sebesar Rp 198.692.340.000.

Namun dalam perkembangannya menurut Wakil Ketua Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah Dr H Noor Achmad MA, biayanya terus mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 230 Miliar.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan MAJT pada Selasa 14 November 2006M/23 Syawal 1427H pukul 20.00. Peresmian ditandai dengan penandatanganan batu prasasti setinggi 3,2 meter dengan berat 7,8 ton.

Batu itu merupakan batu alam yang khusus diambil dari lereng Gunung Merapi, Kabupaten Magelang.

Prasasti tersebut dipahat Nyoman M. Alim yang juga dipercaya membuat miniatur candi Borobudur yang ditempatkan di Minimundus Vienna Austria pada tahun 2001.

Presiden SBY kemudian didampingi Habib Lutfi bin Ali Yahya, Sahal Mahfudh, Menteri Agama Maftuh Basyuni dan sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Gubernur Jawa Tengah H Mardiyanto dan Wakil Gubernur Drs H Ali Mufiz MPA menunaikan shalat sunah di MAJT.
Keistimewaan Masjid Agung Jawa Tengah
Masjid Agung Jawa Tengah dibangun di atas lahan seluas 10 Hektare.

Luas Bangunan Induk atau Bangunan Utama untuk Shalat : 7.669 meter persegi .

Bangunan utama terdiri dua lantai, lantai satu untuk jamaah pria, lantai dua untuk jamaah perempuan.

Kapasitas ruang utama diperkirakan bisa menampung 6.000 orang jamaah.

Di dalam bangunan induk dilengkapi dengan empat buah minaret (menara masjid yang tinggi dan langsing, berbalkon, tempat muadzin mengumandangkan azan) masing-masing tingginya 62 meter.

Salah satu minaret dilengkapi dengan lift yaitu minaret bagian Depan (Timur) Kanan.

Kubah utama berbentuk setengah lingkaran dari cor beton dengan garis tengah 20 meter.

Gaya arsitektur masjid, merupakan perpaduan antara Jawa, Timur Tengah (Arab Saudi) dan Yunani.

Gaya timur tengah terlihat dari kubah dan empat minaretnya.

Gaya Jawa terlihat dari bentuk tajugan di atap di bawah kubah utama.

Sedang gaya Yunani terlihat pada 25 pilar-pilar Kolasium dipandu dengan kaligrafi Arab yang sangat indah.

Filosofi perancangan Masjid Agung Jawa Tengah merupakan perwujudan dan kesinambungan historis perkembangan agama Islam di Tanah Air.

Filosofi ini diterjemahkan dalam Candrasengkala yang dirangkai dalam kalimat “Sucining Guna Gapuraning Gusti” yang berarti Tahun Jawa 1943 atau Tahun Masehi 2001 adalah tahun dimulainya realisasi dari gagasan pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah.

Candrasengkala ini terwujud menjadi ekspresi jatidiri Masjid Agung yang megah dan indah, perpaduan unsur budaya universal maupun lokal dalam kebudayaan Islam.

Berikutnya, plasa Masjid. Pada plasa ini terdapat banner yang dinamakan Gerbang Al-Qanathir yang artinya “Megah dan Bernilai”.

Tiang pada Gerbang Al-Qanathir ini berjumlah 25 buah merupakan simbolisasi dari 25 rosul Allah sebagai pembimbing umat. Pada Banner Gerbang ini bertuliskan kaligrafi kalimat Syahadat Tauhid “Asyhadu Alla Illa Ha Illallah´ dan Syahadat Rasul “Asyhadu anna Muhammadar Rosulullah”.

Sedang pada bidang datar tertulis huruf pegon berbunyi “Sucining Guna Gapuraning Gusti”.

Plasa masjid seluas 7500 meter persegi ini merupakan perluasan ruang salat yang dapat menampung kurang lebih 10 ribu jamaah.

Dilengkapi dengan 6 payung raksasa yang bisa membuka dan menutup secara otomatis seperti yang ada di masjid Nabawi di Madinah.

Konon di dunia hanya ada dua masjid yang dilengkapi dengan payung hidrolik semacam ini.

Dianjurkan